Internasional
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pembunuhan Wanita Terus Meningkat di Afghanistan
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pembunuhan wanita dilaporkan meningkat di Afghanistan.
SERAMBINEWS.COM, KABUL - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pembunuhan wanita dilaporkan meningkat di Afghanistan.
Bahkan, sebanyak 57 persen wanita Afghanistan melaksanakan pernikahan sebelum berusia 19 tahun.
Juga ada kasus keluarga yang menjual anak perempuan dan harta bendanya untuk membeli makanan.
Perlakuan Taliban terhadap perempuan juga bisa memperburuk situasi Afghanistan secara keseluruhan.
Menyingkirkan perempuan dari pekerjaan membuat Afghanistan menelan biaya hingga $1 miliar, atau 5 persen dari produk domestik bruto, menurut PBB.
Penelitian juga menunjukkan sekolah akan meningkatkan penghasilan anak perempuan sebagai orang dewasa hingga 20 persen.
Dengan dampak lebih lanjut pada pengentasan kemiskinan, kesehatan ibu yang lebih baik, angka kematian anak yang lebih rendah, pencegahan HIV dan pengurangan kekerasan terhadap perempuan.
“Status gadis dan wanita Afghanistan jarang baik, bahkan ketika Taliban tidak berkuasa,” kata Michael Kugelman, Wakil Direktur Program Asia dan rekan senior untuk Asia Selatan di Wilson Center kepada Arab News, Kamis (22/12/2022).
“Tapi suksesi pembatasan pakaian, gerakan, pekerjaan, dan pendidikan mereka yang cepat ini membawa mereka kembali ke titik yang belum pernah mereka alami sejak 1990-an ketika Taliban terakhir memegang kendali," tambahnya.
“Saya berpendapat keadaan bisa menjadi lebih buruk sekarang daripada di tahun 1990-an karena hari ini, tidak seperti saat itu," ujarnya.
Dia mengatakan Taliban telah memiliki kendali atas seluruh negeri dan tidak ada kantong perlawanan yang substantif.
Baca juga: Taliban Larang Anak Gadis Sekolah, Lebih Baik Dinikahkan Daripada Menganggur di Rumah
Ditambahkan penolakan terhadap jenis kebijakan ini akan lebih sulit dilakukan daripada tahun 1990-an.
AS berhasil mundur dengan tergesa-gesa dari Afghanistan pada Agustus 2021 setelah mencapai kesepakatan damai yang goyah dengan Taliban.
Sejak itu, negara tersebut terjerumus ke dalam krisis ekonomi, kemiskinan, dan isolasi internasional.
Selama negosiasi di Doha, Taliban berusaha meyakinkan dunia telah berubah sejak masa kekuasaan sebelumnya dari tahun 1996 hingga 2001.