Breaking News

Kupi Beungoh

Mengembalikan Bioskop di Aceh Pasca 18 Tahun Tsunami

Seiring perkembangan film Indonesia, bioskop mulai tumbuh hingga hampir seluruh Aceh. Seperti di Banda Aceh ada Pas 21, Gajah Theater, Merpati Theater

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Eva Hazmaini merupakan Sekretaris Yayasan Aceh Bergerak aktif dalam dunia multimedia terutama dalam memproduksi film-film bertemakan kearifan lokal di Aceh. 

Film fiksi Ajarkan Aku tentang Aceh ini telah diputar di sejumlah sekolah-sekolah, universitas serta diadakannya menonton bareng di Gedung Taman Budaya Banda Aceh serta sejumlah lokasi lainnya. Ini salah satu respons dari kondisi ketiadaan bioskop di Aceh. Penggiat film maupun para sineas bukan saja memproduksi film-film lokal, tapi juga melakukan pemutaran dan diskusi. Bukan film yang diproduksi secara lokal saja yang diputar tapi juga film yang bisa diakses juga didiputar dan dilakukannya diskusi sesudah pemutaran. Tempat-tempat untuk kebebasan berekspresi mulai terbuka di ruang publik pasca tutupnya bioskop di Aceh dengan hadirnya para sineas.

Tak hanya itu, pada peringatan 18 tahun tsunami Aceh, sineas Aceh akan menampilkan sebanyak 18 film produksi yang akan ditampilkan di Taman Budaya Aceh. Ini menjadi salah satu wujud kepedulian sineas terhadap ketidaktersediaannya ruang bioskop di Aceh. Maka dari itu, para sineas menghadirkan ruang tonton bersama dengan memanfaatkan ruang yang ada.

Film keliling

Film-film yang diproduksi oleh sineas asal Aceh bukan saja dilakukannya pemutaran di dalam gedung, tapi juga di areal terbuka. Aktivitas pemutaran yang diselingi dengan diskusi terbuka untuk umum, jadi siapa saja bisa menghadiri kegiatan ini. Pemutaran di Gedung atau ruangan biasanya digelar di gedung pentas seni Taman Budaya, Banda Aceh, Sultan Selim II dan sejumlah bangunan lain yang disulap menjadi bioskop. Begitu juga di ruang terbuka, digelar layar tancap dengan cara berkeliling dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.

Ketika ada kegiatan pemutaran film, panitia penyelenggara akan membuat selebaran serta menyediakan tiket gratis bagi para penonton. Melalui media sosial bahkan dengan cara berkeliling dengan mobil untuk memberitahukan pengumuman. Warga diajak untuk menonton film yang diputar di bioskop dadakan yang dibuat khusus oleh komunitas film.

Hal ini menjelaskan bahwa kehadiran para sineas di Aceh mampu memberikan kontribusinya dalam menghadirkan kembali bioskop sebagai ruang nonton di tengah publik. Budaya nonton dengan bioskop keliling serta mengubah gedung taman budaya serta beberapa gedung lainnya menjadi bioskop telah menarik perhatian. Warga datang menghabiskan akhir pekan serta mendapatkan hiburan dengan suasana berbeda seperti nonton di televisi atau media streaming lainnya.

Bioskop untuk Aceh

Para Sineas Aceh bukan hanya sekadar ingin mendistribusikan karya-karyanya ke ruang publik, tapi ingin menumbuhkan semangat mendapatkan hak-hak masyarakat, penonton, sineas serta warga yang hobi menonton dan orang yang membutuhkan adanya bioskop di Aceh. Selain itu, dengan adanya gerakan bioskop ini diharapkan juga berdampak pada stigma bahwa bioskop bukan sebagai tempat “mesum”, tapi menjadi lokasi edukasi serta ruang hiburan yang disajikan melalui film dan bisa dinikmati oleh publik.

Untuk itu, kita harapkan agar ke depan ada lokasi khusus yang dijadikan sebagai lokasi menonton dengan tujuan memberikan ruang publik kepada sineas dan masyarakat untuk saling bertemu dalam satu tontonan. Sehingga nantinya melalui tontonan kitab isa menjaga silaturrahmi, adat, budaya serta agama. Semoga!

*) PENULIS adalah Sekretaris Yayasan Aceh Bergerak aktif dalam dunia multimedia terutama dalam memproduksi film-film bertemakan kearifan lokal di Aceh

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca  Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved