Internasional
RSF Laporkan Hampir 1.700 Jurnalis Terbunuh Dalam 20 Tahun Terakhir, Terbanyak di Irak dan Suriah
Reporters Without Borders (RSF) melaporkan hampir 1.700 jurnalis terbunuh di seluruh dunia selama 20 tahun terakhir ini.
“Sejak Vladimir Putin mengambil alih, Rusia telah melihat serangan sistematis terhadap kebebasan pers, termasuk yang mematikan, seperti yang telah berulang kali dilaporkan oleh RSF," tambahnya.
"Itu termasuk pembunuhan profil tinggi Anna Politkovskaya pada 7 Oktober 2006," kata kelompok hak asasi itu.
Di tempat lain di Eropa, Turkiye menduduki peringkat ketiga paling berbahaya, diikuti Prancis, sebagai akibat dari pembantaian di mingguan satir Charlie Hebdo di Paris pada tahun 2015.
Wartawan menjalankan risiko terbesar di seluruh dunia di wilayah di mana konflik bersenjata telah terjadi.
Baca juga: Kabar Duka dari Piala Dunia 2022, Jurnalis Amerika Meninggal Saat Meliput Laga Belanda vs Argentina
Tetapi, RSF menekankan, negara-negara di mana tidak ada perang yang secara resmi terjadi belum tentu aman bagi wartawan dan beberapa di antaranya berada di urutan teratas daftar tempat terjadinya pembunuhan.
“Faktanya, lebih banyak jurnalis yang terbunuh di zona damai daripada di zona berperang selama dua dekade terakhir, dalam banyak kasus, mereka sedang menyelidiki kejahatan terorganisir dan korupsi,” jelasnya.
Amerika menyumbang hampir setengah dari pembunuhan jurnalis, banyak di Meksiko, Brasil, Kolombia, dan Honduras.
“Amerika saat ini jelas merupakan benua paling berbahaya di dunia bagi media,” kata RSF.(*)