HUT ke 50 PDIP
Megawati Luncurkan Kapal RS Milik PDIP, Bernama Laksamana Malahayati, Pejuang Wanita dari Aceh
Megawati memimpin langsung peluncuran kapal RS milik PDIP yang diberi nama Laksamana Malahayati, seorang pejuang wanita asal Aceh.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Yeni Hardika
Megawati Luncurkan Kapal RS Milik PDIP, Bernama Laksamana Malahayati, Pejuang Wanita dari Aceh
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di perayaan Hari Ulang Tahun (HUT)-nya yang ke-50 meluncurkan kapal rumah sakit terapung.
Peluncuran tersebut merupakan kejutan yang dilakukan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri di HUT ke-50 PDIP, Selasa (10/1/2023).
Megawati memimpin langsung peluncuran kapal RS milik PDIP yang diberi nama Laksamana Malahayati, seorang pejuang wanita asal Aceh.
"Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, maka kapal yang akan diluncurkan ini bernama Laksamana Malahayati,” kata Megawati.
Ia mengatakan, kapal ini dilengkapi dengan peralatan medis hingga dokter jaga yang akan siap melayani kebutuhan masyarakat.
Kapal ini nantinya akan berlayar di seluruh Indonesia untuk membantu rakyat.

Baca juga: Ketua Umum PDIP Bilang Begini Terkait Calon Presiden, Megawati : Kalian Siap Menang Tiga Kali?
Peluncuran kapal rumah sakit terapung ini sekaligus menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara maritim.
“Ini kapal rumah sakit, jadi ada dokter dan sebagainya untuk membantu masyarakat yang berada di remote area," sambungnya.
Megawati menyebut, pemberian nama Laksamana Malahayati pada kapal tersebut bukan tanpa alasan.
Laksamana Malahayati sebagai sosok perjuang asal Aceh itu maju melawan penjajah dengan tampil sebagai laksamana perang yang gagah berani.
Strategi dan kemampuan perang yang dilakukan Laksamana Malahayati pun selalu ditakuti musuh
Nantinya, kapal ini akan menjadi armada andalan Baguna (Badan Penanggulangan Bencana PDI Perjuangan), yang hadir di pulau-pulau terpencil Indonesia.
Baca juga: Megawati Ancam Pecat Kader PDIP Jika Tidak Jalankan Instruksi Partai
Profil Laksamana Malahayati
Laksamana Malahayati merupakan wanita pejuang di Bumi Serambi Mekkah pada masa Kesultanan Aceh.
Darah pejuangnya memang turun dari sang ayah bernama Laksamana Mahmud Syah.
Bahkan, kakeknya dari garis keturunan ayah juga seorang Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah tahun 1530–1539.
Malahayati memegang jabatan kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV pada tahun 1585–1604.
Lalu karirnya semakin melejit hingga ia memimpin 2000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal Belanda pada 11 September 1599.
Malahayati mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 2017 silam.

Dalam berbagai catatan sejarah, Malahayati dikenal sebagai laksamana laut perempuan pertama di Indonesia.
Dia adalah panglima perang Kesultanan Aceh yang tesohor berkat keberaniannya melawan armada angkatan laut Belanda dan Portugis pada abad ke-16 M.
Ia melawan musuh-musuhnya menggunakan senjata rencong.
Ketika perang “Teluk Haru” berkecamuk, suami Malahayati, Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief tewas di tangan armada laut Portugis.
Ia cukup terpukul mendengar kabar tersebut, tak ingin terus larut dalam kesedihan ia pun memutuskan untuk membentuk armada yang terdiri dari para janda dan gadis (inong balee).
Laksamana Malahayati meminta Sultan Saidil Mukammil Alaudin Riayat Syah untuk memenuhi permintaannya.
Armada perempuan tersebut dikenal dengan nama Inong Balee.
Pada 11 September 1599, Malahayati memimpin armada Inong Balee untuk berperang melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman.
Ia berhasil menggagalkan siasat pasukan Belanda, Cornelis de Houtman tewas tertikam oleh rencong milih Malahayati dalam duel di atas geladak kapal, serta menawan Frederick de Houtman.
Bukan hanya merupakan seorang laksamana, Malahayati juga merupakan seorang diplomat.
Sultan Alaudin Riayat Syah IV menyuruh Laksamana Malahayati untuk menerima dan menghadap Ratu Inggris, Sir James Lancester.
Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah mengenal emansipasi wanita jauh sebelum Kartini mewacanakannya.
Pasukan Inong Balee pernah membangun benteng setinggi 100 meter dari permukaan laut yang menghadap langsung ke laut.
Selain itu, pasukan Inong Balee juga memiliki pangkalan militer di Teluk Lamreh Krueng Jaya.
Perjuangan Laksamana Malahayati melawan penjajah harus terhenti sekitar tahun 1606.
Ia gugur saat bertempur melawan pasukan portugis di Perairan Selat Melaka. Jasad Malahayati dimakamkan di lereng Bukut Lamkuta, Banda Aceh. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
BACA BERITA TERKAIT LAINNYA
BACA BERITA SERAMBINEWS DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.