Internasional

Ukraina Memiliki Ambisi Merebut Kembali Krimea, Terhalang Keragu-Raguan AS Memasok Senjata Berat

Ukraina yang memiliki ambisi untuk meluncurkan serangan balasan untuk merebut kembali Krimea dari Rusia masih menemui jalan buntu.

Editor: M Nur Pakar
()
Pasukan Rusia Dikerahkan ke Krimea, Ukraina 

SERAMBINEWS.COM, KIEV - Ukraina yang memiliki ambisi untuk meluncurkan serangan balasan untuk merebut kembali Krimea dari Rusia masih menemui jalan buntu.

Hal itu seiring Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat lainnya masih ragu untuk memasok senjata berat ke Kiev.

Kebuntuan antara AS dan Jerman atas pengiriman tank ke Ukraina telah menyoroti teka-teki tersebut.

Tetapi Kiev juga akan membutuhkan peningkatan kekuatan udara untuk operasi besar ke semenanjung yang saat ini diduduki oleh Rusia.

Presiden AS Joe Biden dan pejabat tinggi AS lainnya telah menahan diri dari komitmen publik untuk membantu Ukraina membebaskan Krimea.

Tetapi dilaporkan menyambut baik gagasan untuk memberi Kiev kemampuan untuk menyerang pasukan Rusia di semenanjung untuk melemahkan rasa aman Presiden Rusia Vladimir Putin di sana.

Krimea merupakan tujuan militer taktis dan simbolis kunci untuk Kiev.

Putin secara pribadi mensponsori pembangunan jembatan besar yang menghubungkan Rusia dengan Krimea, dan Armada Laut Hitam Kremlin berkantor pusat di kota pelabuhan Sevastopol.

Baca juga: Rusia Bangun Benteng Pertahanan di Semenanjung Krimea, Cegah Serangan dari Luar

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kemenangan untuk Ukraina termasuk mendorong pasukan Rusia keluar dari semua wilayah pendudukan.

Khususnya Krimea, yang diserbu Rusia dan dianeksasi secara ilegal pada tahun 2014 lalu.

“Saya akan terus membela Ukraina dan saya menargetkan Krimea saya,” kata Zelensky.

Dia juga mencantumkan kota dan wilayah lain yang masih berada di bawah pendudukan Rusia.

Tank, bersama dengan kendaraan tempur infanteri dan artileri serta amunisi lain yang disediakan Barat menjadi bagian dari keseluruhan upaya yang diperlukan Ukraina untuk mengalahkan pasukan Rusia.

Ben Hodges, mantan Panglima Angkatan Darat AS Eropa, dalam email ke The Hill pada Rabu (25/01/2023) mengatakan Pemerintah Ukraina tahu, mereka tidak dapat menerima Rusia mempertahankan kendali Krimea.

Namun, Ukraina tidak akan pernah aman atau terjamin atau mampu membangun kembali ekonomi mereka selama Rusia mempertahankan Krimea,” tulis Hodges.

Dia juga menjabat sebagai penasihat senior di Human Rights First, sebuah organisasi amal non-partisan.

“Jadi, dalam beberapa bulan ke depan, Ukraina akan menetapkan kondisi untuk pembebasan Krimea pada akhirnya," jelasnya.

AS menahan tawaran tank Abrams untuk Ukraina.

Washington masih mengkhawatirkan kemampuan pasukan Ukraina mengoperasikan dan memelihara mesin turbin bertenaga bahan bakar jet tank dan kemampuan canggih lainnya.

Inggris telah mengirimkan tank Challenger, dan Polandia mengatakan siap mengirim tank Leopard buatan Jerman ke Ukraina, tetapi menunggu lampu hijau dari Berlin.

Baca juga: Warga Rusia Serukan Pembalasan Besar-Besaran Atas Penghancuran Jembatan ke Krimea

Rusia memegang wilayah yang signifikan di sepanjang tenggara Ukraina yang memberikan pasukannya pertahanan yang kuat di Krimea, meskipun mundur dari kota Kherson di selatan Ukraina pada Desember 2022.

Secara militer merebut kembali semenanjungdalam invasi tahun 2014 dipandang oleh pejabat pertahanan AS sebagai tugas yang hampir mustahil dalam jangka pendek.

“Dari sudut pandang militer, saya masih berpendapat untuk tahun ini akan sangat, sangat sulit untuk secara militer mengeluarkan pasukan Rusia dari semua wilayah Ukraina yang diduduki Rusia,” kata Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, AS.

Dia menyampaikanya kepada wartawan minggu lalu di konferensi Ramstein, pertemuan hampir 50 negara yang mendukung Ukraina.

“Itu tidak berarti itu tidak bisa terjadi, bukan berarti itu tidak akan terjadi, tapi itu akan sangat, sangat sulit,” tambahnya.

Sambil menahan tank, AS menolak mengirim senjata jarak jauh yang menurut Kiev penting untuk membebaskan semua wilayah yang diduduki Rusia.

Termasuk sistem rudal jarak jauh ATACMS, dengan jangkauan sekitar 185 mil.

Drone bersenjata Gray Eagle, yang dapat membawa hingga empat rudal Hellfire.

Serta bom berdiameter kecil yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan sekitar 94 mil.

Hodges mengatakan jika Ukraina memiliki senjata seperti sistem ini, ia dapat melancarkan serangan dari Odesa ke Sevastopol, kota pelabuhan Krimea tempat Armada Laut Hitam Rusia bermarkas.

“Ditto untuk pusat logistik utama di Dzhankoy di utara Krimea,” tambahnya.

Baca juga: Pengeboman Jembatan Krimea Bikin Vladimir Putin Berang, Lima Kota Ukraina Jadi Sasaran Rudal Rusia

Dia juga mengatakan tank dan kendaraan lapis baja infanteri dimaksudkan untuk memperkuat satu sama lain.

Sehingga, akan mampu membangun pasukan lapis baja yang kuat guna menindaklanjuti serangan udara yang menargetkan posisi militer Rusia.

“Ukraina sedang membangun pasukan lapis baja, seukuran Divisi atau lebih besar, yang dilatih dan dipersiapkan untuk berfungsi sebagai formasi terobosan untuk fase ofensif besar berikutnya dari Kampanye,” tulis Hodges.

“Tank yang disediakan Barat, Kendaraan Tempur Infanteri (IFV) dan artileri self-propelled akan membuatnya lebih mematikan," jelasnya.

Jenderal Valerii Zaluzhnyi, komandan militer Ukraina, mengatakan kepada The Economist Ukraina membutuhkan 300 tank dan senjata berat tambahan untuk mendorong mundur Rusia dari seluruh wilayah Ukraina.

Sementara pasukan Ukraina diduga melakukan serangan di dalam Krimea.

Hal ini dipandang sebagai contoh terisolasi yang berfungsi untuk menggoyahkan kepercayaan Rusia daripada menandakan pembebasan yang akan segera terjadi.

Ukrainan juga merusak Jembatan Kerch buatan Rusia pada bulan Oktober 2022 untuk menghambat saluran logistik militer Rusia ke semenanjung dan menyerang secara pribadi Putin.

Putin sempat berpura-pura mengendarai Mercedes melintasi jembatan dua bulan setelah serangan untuk menunjukkan pengoperasiannya.

“Putin, popularitasnya yang besar muncul ketika dia merebut Krimea dan menyatakannya sebagai wilayah Rusia, dan rakyat Rusia pada umumnya telah menerimanya,” kata Evelyn Farkas, Direktur Eksekutif Institut McCain.

Dia sempat menjabat sebagai wakil asisten menteri pertahanan selama pemerintahan Barack Obama, dengan fokus pada Rusia dan Ukraina.

“Jika Putin kehilangan Krimea, secara politis itu akan menjadi kekalahan baginya,” jelasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved