Internasional

Pemuda Guinea Lari dari Negaranya, Tujuan Eropa Tak Kesampaian, Hadapi Kelaparan di Maroko

Sejumlah pemuda Guinea bersama sejumlah migran lainnya dari Afrika meninggalkan negaranya untuk mencari kehidupan lebih baik di Uni Eropa.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Seorang pria melihat sambil berdiri dengan migran sub-Sahara lainnya di lokasi konstruksi rel trem dekat stasiun bus Ouled Ziane di kota pesisir Atlantik, Casablanca, Maroko. 

SERAMBINEWS.COM, CASABLANCA - Sejumlah pemuda Guinea bersama sejumlah migran lainnya dari Afrika meninggalkan negaranya untuk mencari kehidupan lebih baik di Uni Eropa.

Seperti pemuda Oumar, meninggalkan rumahnya di Guinea lima tahun lalu.

Tetapi hari ini dia mendiami api kelaparan, kedinginan, dan kekerasan polisi setiap hari di Maroko.

“Bertahan hidup setiap hari adalah sebuah pertempuran,” kata pria berusia 25 tahun itu.

“Melelahkan karena tidak cukup makan, tidak tidur di bawah atap, tidak merasa aman, mengalami rasisme," ujarnya.

Dia menghabiskan malamnya dengan berkemah di trotoar di luar terminal bus Casablanca, rumah darurat ratusan orang Afrika sub-Sahara yang impiannya untuk mencapai Eropa tertunda di Maroko.

“Kami diusir pagi-pagi oleh polisi, kemudian kami berkeliling dan kembali ke tempat yang sama di penghujung hari,” kata Oumar.

Dilansir AP, Kamis (26/01/2023), seperti para migran lain yang diwawancarai dalam laporan ini, nama Oumar telah diubah.

Dia telah mencoba beberapa kali untuk mencapai wilayah Spanyol dari Maroko tetapi tidak berhasil.

Baca juga: Sebagian Besar Migran Albania di Inggris Cabut Tanda Elektronik, Khawatirkan Dideportasi

Oumar duduk menghabiskan waktu di seberang terminal bus Oulad Ziane dengan beberapa lusin, kebanyakan migran Guinea.

Beberapa memasak di dapur darurat sementara yang lain terbaring kelelahan di trotoar.

Bakary, juga dari Guinea, mengatakan telah tinggal di sini selama tiga tahun.

“Ini kenyataan menyedihkan, tetapi tidak ada yang mau melihatnya,” kata pemuda berusia 18 tahun itu.

Para migran mendirikan kamp darurat ini di tepi kota pelabuhan pesisir berpenduduk 4,2 juta orang karena kedekatannya dengan terminal bus, pusat transportasi utama.

Saat ini, lingkungan yang terpuruk melihat gejolak berulang kali dengan pihak berwenang.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved