Internasional

Nasib Pilu Wanita Suriah, Perang Sudah Sangat Menderita, Gempa Hancurkan Semuanya

Para korban gempa Suriah, khususnya wanita terus bertanya-tanya atas nasibnya yang terus menderita akibat perang ditambah lagi dengan gempa dahsyat.

Editor: M Nur Pakar
AFP/Mohammad AL-RIFAI
Seorang wanita menyelamatkan kompor kecil dan tabung gas, saat operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut beberapa hari setelah gempa mematikan di Kota Jindayris, Provinsi Aleppo Suriah yang dikuasai pemberontak, pada 10 Februari 2023. 

Mereka tidak punya apa-apa untuk menafkahi keenam anak mereka dan lima cucu mereka, termasuk dua yang dia asuh setelah salah satu putranya terbunuh dalam perang.

Mereka harus berbagi kasur untuk tidur di tenda mereka.

“Jika kesulitan sebagai tanda cinta Tuhan, berarti Tuhan sangat mencintai rakyat Suriah,” kata Aisyah sambil berlinang air mata.

Seperti kebanyakan wanita di komunitas konservatif ini, dia berbicara dengan syarat nama belakangnya dirahasiakan.

Tenda mereka berada di sebuah kamp untuk korban gempa di Atareb, bagian dari wilayah yang dikuasai oposisi terakhir di Suriah barat laut, telah mengalami pengeboman dan pertempuran selama bertahun-tahun.

Berjalan di antara deretan rumah yang hancur di kota, sulit untuk membedakan mana yang runtuh akibat gempa dan mana akibat operasi militer yang intens di puncak pertempuran.

Perang Suriah telah memuat beban dan isolasi khusus pada wanita, dengan begitu banyak pria yang terbunuh, ditahan, cacat atau dipaksa keluar dari negara tersebut.

Jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan di seluruh Suriah meningkat sekitar 80 persen menjadi lebih dari seperlima rumah tangga pada tahun 2020, menurut PBB.

Baca juga: Korban Gempa Suriah Yang Dilanda Perang Berjuang Mendapatkan Bantuan, Kondisi Semakin Memburuk

Bahkan sebelum gempa, lebih dari 7 juta perempuan dan anak perempuan di seluruh Suriah membutuhkan layanan kesehatan kritis dan dukungan terhadap kekerasan fisik dan seksual.

Perkawinan anak sedang meningkat, dan ratusan ribu anak perempuan putus sekolah.

Dampak langsung dari gempa menempatkan setidaknya 350.000 kehamilan di Suriah dan Turkiye dalam risiko, menurut angka PBB.

Wanita di barat laut yang dikuasai oposisi sangat rentan.

Sebagian besar dari 4 juta penduduk wilayah itu melarikan diri ke sana setelah mengungsi dari bagian lain Suriah.

Perawatan kesehatan sudah sangat terbatas dan bergantung pada bantuan asing.

Sekarang layanan medis non-darurat telah dihentikan untuk menangani gempa.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved