Internasional

Enam Negara Memihak Rusia Dalam Pemungutan Suara Resolusi PBB Perang Ukraina

Majelis Umum PBB dengan suara bulat menyetujui Resolusi untuk menyerukan perdamaian di Ukraina pada Kamis (23/2/2023).

Editor: M Nur Pakar
AFP/File
Suasana pemungutan suara selama pertemuan Majelis Umum PBB di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York City, AS. 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Majelis Umum PBB dengan suara bulat menyetujui Resolusi untuk menyerukan perdamaian di Ukraina pada Kamis (23/2/2023).

Pemungutan suara itu menandai ulang tahun invasi Rusia skala penuh.

Tapi suara itu tidak bulat terhadap Resolusi yang menyerukan Rusia menarik pasukannya dari Ukraina dan agar perdamaian dipulihkan di kawasan itu.

Resolusi disahkan dengan 141 negara memberikan suara mendukung, enam negara bergabung dengan Rusia dalam memberikan suara menentangnya dan 32 negara abstain.

Keenam negara yang menentang resolusi itu adalah Belarusia, Korea Utara, Suriah, Eritrea, Mali, dan Nikaragua.

Jumlah itu meningkat dari empat yang memilih bersama Rusia menentang resolusi Oktober 2022 yang mencela aneksasi Rusia atas empat wilayah pendudukan Ukraina.

Baca juga: Negara Pro-Moskow Terancam Terseret Perang Ukraina, Rusia Dituduh Berencana Invasi Moldova

Belarusia, Korea Utara, Suriah, dan Nikaragua memberikan suara menentang resolusi itu, sementara Mali dan Eritrea termasuk di antara yang abstain, seperti dilansir The Hill, Jumat (23/2/2023).

Pada resolusi Maret 2022 lalu yang menyerukan Rusia untuk segera sepenuhnya dan tanpa syarat menarik diri dari Ukraina, Nikaragua dan Mali abstain dari pemungutan suara.

Sedangkan Eritrea bergabung dengan para pembangkang lainnya untuk menentangnya.

Resolusi tersebut tidak memiliki kekuatan dalam hukum internasional tetapi merupakan teguran global atas invasi Rusia.

Tindakan penegakan yang mengikat tergantung pada Dewan Keamanan PBB, di mana Rusia memiliki hak veto sepihak sebagai anggota tetap dewan.

Sebanyak 32 negara yang abstain dari resolusi termasuk China, India, Pakistan, dan Afrika Selatan.

Perang mencapai peringatan pertamanya pada Jumat (24/2/2023).

Rusia diperkirakan meningkatkan serangan musim semi dalam beberapa minggu ke depan, sementara Ukraina juga merencanakan serangan balasan baru.

Namun, perjalanan tahun kedua akan sangat bergantung pada kekuatan di luar kedua negara.(*)

Baca juga: China Tegaskan Hubungan Dengan Rusia Kokoh Seperti Batu dan Tidak Tergoyahkan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved