CRU Sampoiniet Aceh Jaya, Google Maps, dan Kisah Hubungan Joana dengan Irwandi
Tiga hal itu yang paling berkesan bagi saya. Semua itu bermula ketika Kaukus Pemuda Aceh mengendakan kegiatan kamping di CRU Sampoiniet, Aceh Jaya.
Yocerizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kata dalam judul tersebut kelihatan tidak saling berkaitan. Tetapi, setidaknya tiga hal itu yang paling berkesan bagi saya.
Semua itu bermula ketika Kaukus Pemuda Aceh mengendakan kegiatan kamping di Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.
Kegiatan disepakati pada Selasa, 28 Februari 2023. Ada tiga rombongan mobil, dengan jumlah peserta sebanyak 13 orang.
Dua rombongan mobil bergerak lebih awal, sekitar pukul 15.30 WIB. Sementara saya bersama Senator Aceh, Syech Fadhil Rahmi bergerak sekitar pukul 18.00 WIB.
Untuk diketahui, Kaukus Pemuda Aceh merupakan wadah tempat bernaungnya para anak muda. Di dalamnya ada akademisi, jurnalis, aktivis, dan politisi.
Kami tiba di Aceh Jaya sudah malam, sekitar pukul 20.00 WIB. Masalahnya, tidak satu pun orang di mobil kami yang pernah ke CRU Sampoiniet.
Saya pun membuka Google Maps. Sambil melihat jalur, saya menghubungi teman di rombongan pertama yang sudah bergerak lebih dulu.
Teman tersebut mengatakan, masuk CRU dari kawasan Lhok Kruet, sebelah kiri jalan Nasional, tepat di depan Pertashop.
"Depan Pertashop ada jalan ke kiri. Ada pamplet tertulis CRU Sampoiniet, masuk aja," kata Hendra Keumala, teman yang berprofesi sebagai jurnalis.
Sementara Google Maps di tangan saya justru menunjukkan jalur berbeda, yakni masuk melalui wilayah Patek.
Tetapi berhubung suasana sudah malam dan gelap, apalagi mobil yang dikemudikan Cek Dani melaju dengan kencang, tanda-tanda yang disebutkan teman tadi menjadi terlewatkan.
Akhirnya kami pun masuk melalui Patek. Sesampai di sana, sambil makan mi tumis yang cukup lezat ala pedesaan, saya menghubungi Leader CRU Sampoiniet, Rizal.
Dia mengaku kaget, karena jalur yang kami ambil membuat jarak tempuh menjadi semakin jauh. Sebagai gambaran, jika masuk melalui Lhok Kruet ke CRU hanya berjarak 18 kilometer. Sementara jika dari Patek mencapai 28 kilometer.
Karena sudah terlanjur, dia menyarankan tetap melanjutkan perjalanan melalui Patek, tetapi jangan mengacu kepada Google Maps.
"Jangan pakai Google Maps lagi Bang, takutnya nanti nggak sampai. Nanti tanya aja sama warga," saran dia.
Kami pun melanjutkan perjalanan tanpa mengacu pada aplikasi tersebut. Begitupun, saya tetap mengaktifkannya hanya sekedar ingin tahu jalur yang kami lalui.
Benar saja, jalur yang ditunjuk warga ternyata berbeda dengan Google Maps. Bahkan di satu wilayah, aplikasi tersebut menunjukkan jalan buntu yang setelah kami masuki ternyata terhubung.
Kami pun akhirnya tiba di CRU Sampoinit sekitar pukul 22.00 WIB. Belakangan dari Rijal saya ketahui, jalur yang ditunjukkan oleh Google Maps melalui Patek tidak akan tembus ke CRU.
"Jalur itu tembusnya di seberang sungai, dekat CRU. Makanya di media sosial kita umumkan masyarakat untuk tidak pakai Google Maps," ujarnya sambil tertawa.
Baca juga: Untuk Ketiga Kalinya, Kawanan Gajah Liar Obrak-abrik Perkebunan di Aceh Jaya
Baca Selanjutnya: Nostalgia irwandi bertemu jojo
Baca juga: Rapat Konflik Gajah dan Manusia di DPRK Pidie Berlangsung Panas, Dewan Walk Out, 5 Rekomendasi Lahir
Tentang CRU
CRU Sampoiniet berada Desa Ie Jeuereungeh, Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya, didirikan tahun 2009, dan merupakan CRU pertama di Aceh.
Pusat konservasi gajah itu dibangun untuk melestarikan gajah serta mengurangi konflik gajah dan manusia, mengingat Sampoinit merupakan daerah yang sering mengalami gangguan gajah.
Ada tiga ekor gajah jinak yang ditempatkan di CRU ini: dua betina dan satu jantan. Dari ketiga ekor gajah itu, hanya gajah jantan yang selalu mendapat tugas menghalau gajah liar.
"CRU ini awalnya dirintis oleh FFI (Fauna & Flora International) bekerja sama dengab BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam)," tutur Rijal.
Pada awal-awal pendiriannya, lembaga FFI yang membiayai seluruh kebutuhan CRU, termasuk untuk mememuhi kebutuhan makanan gajah yang cukup besar.
Rijal menyebutkan, untuk makanan satu ekor gajah, setidaknya membutuhkan biaya paling sedikit Rp 300.000 sehari, itu belum termasuk obat-obatan.
Artinya, dengan tiga ekor gajah, biaya yang harus disiapkan hampir mendekati Rp 1 juta setiap harinya.
Besarnya kebutuhan dana ini telah dari sejak awal diperkirakan akan menjadi masalah. Karena itu, lanjut Rijal, selain bertujuan untuk mitigasi, misi dari CRU juga untuk mengedukasi dan juga sebagai lokasi ekowisata.
"Awalnya segala kebutuhan CRU dibiayai oleh FFI. Setelah habis kontrak, pembiayaan ditanggung pemerintah, tapi hanya 30 persen, sisanya dari pengunjung wisata," ungkap Rijal.
Untuk paket wisata gajah, pihaknya menyediakan harga paket Rp 250.000 per kelompok, yang maksimalnya terdiri dari 8 orang. Apabila lebih dari itu, maka pihaknya akan mengeluarkan satu ekor gajah lagi dan akan dihitung menjadi dua paket.

Sejauh ini, Rijal mengaku jumlah kunjungan wisata cukup untuk memenuhi kebutuhan makan gajah, meski di waktu-waktu tertentu terpaksa harus mengangon gajah ke tengah hutan karena kehabisan stok makanan.
"Nah ini yang sering menjadi masalah. Saat kita sedang mengangon di hutan, ada penugasan mendesak untuk mengatasi konflik gajah. Akibatnya penanganan menjadi terlambat," ungkap dia.
Menurutnya, jika anggaran cukup, persoalan makanan tidak akan menjadi masalah, dan gajah juga tidak perlu diangon ke dalam hutan. Dengan demikian, penugasan bisa direspons dengan cepat.
Selain masalah makanan gajah, biaya untuk kebutuhan operasional petugas CRU saat penugasan juga menjadi kendala, karena minimnya anggaran yang diberikan pemerintah.
Begitupun, nasib CRU Sampoiniet menurut Rijal jauh lebih baik ketimbang CRU di tempat lain yang minim pemasukan dari sektor wisata.
"Kalau di CRU Sampoiniet, jumlah pengunjung lumayan lah, tapi belum tentu di CRU lain," ujarnya.
Saat ini dia sebutkan, ada 6 CRU yang beroperasi di Aceh. Yaitu CRU Sampoiniet, CRU Trumon Aceh Selatan, CRU Alu Kuyun Aceh Barat, CRU Mila di Pidie, CRU DAS Peusangan, Bener Meriah, CRU Cotgirek Aceh Utara, dan CRU Lokop Serba Jadi.
Hampir di setiap CRU terdapat gajah jinak, dengan jumlah berkisar tiga sampai empat ekor.
Di tengah minimnya anggaran tersebut, kasus konflik yang terjadi justru semakin meningkat. Rijal juga mengakui hal itu, yang menurutnya terjadi sejak dua tahun terakhir.

"Dua tahun terakhir semakin sering terjadi konflik. Ini karena wilayah mereka sudah tidak ada lagi, karena pembukaan lahan untuk jalan, kebun, tambang, dan perambahan," tutur Rijal.
Mendengar hal itu, Syehc Fadhil mengaku akan berusaha menyurati Kementerian LHK, meminta agar anggaran ke CRU bisa ditambah lagi.
“Nanti akan saya coba bantu dengan menyurati Kementerian LHK,” timpal Senator DPD RI tersebut.
Kisah Joana
“Nah itu gajah kesayangan Irwandi, Joana, usianya 24 tahun,” tunjuk Rijal ke arah salah satu gajah betina yang sedang dimandikan oleh mahout atau pawang gajah.
Joana, meski usianya baru 26 tahun, tapi postur badannya lebih besar dari gajah betina satunya lagi, Isabela yang berusia 39 tahun.
“Joana itu sudah menggap Isabela seperti ibunya. Kalau dijauhkan, dia akan gelisah,” tambah Rijal.
Dia menceritakan, Joana ditemukan Irwandi Yusuf saat masih bayi, terjatuh di dalam sebuah lubang di kawasan Aceh Utara sekitar tahun 1998.
Ketika itu, Irwandi Yusuf belum menjadi gubernur. Dia masih aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala dan juga di FFI Indonesia.
Baca juga: Merantau Demi Cari Nafkah, Pria Ini Pilu Istrinya Malah Direbut Ayah Sendiri dan Kawin Lari
Baca juga: Antar Anaknya ke Sunatan Massal, Pria Ini Ikutan Disunat, Ada yang Sudah Berusia 72 Tahun
Baca juga: Hikayat Kisason Hiyawan, Akar Ilmu Politik Orang Aceh yang Terlupakan
“Saat itu dapat info dari masyarakat ada anak gajah yang jatuh ke dalam lubang, sehingga dilakukan penyelamatan,” terang Rijal.
Karena induknya diduga telah mati, bayi gajah itu lalu dirawat oleh Irwandi yang juga dokter hewan. Sedangkan untuk kebutuhan obat, makanan, dan lain sebagainya dibantu oleh Joana, wartawati BBC London.
“Jadi, nama Joana itu diambil dari nama wartawati BBC London, karena dia dianggap berjasa,” tambah Rijal.
Menurut dia, Joana termasuk gajah yang sukses hidup di penangkaran. Sebab biasanya bayi gajah sulit untuk hidup dikarenakan rentan tertular penyakit dari manusia.
Hubungan Joana dengan Irwandi terus berlanjut hingga sekarang. Saat Irwandi menjabat gubernur, beberapa kali diberitakan dia datang berkunjung untuk menjenguk Joana.
Bahkan ketika baru bebas dari tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Irwandi juga menyempatkan menjenguk Joana. Dia datang bersama istrinya, Steffy Burase.
“Irwandi datang Januari 2023 kemarin, bersama Steffy. Saat dipanggil oleh Irwandi, Joana masih ingat,” kata Rijal.
Irwandi datang dua hari berturut-turut. Hari pertama datang ketika agak sore. Itu hanya sebentar karena dia tidak membawa makanan.
Besoknya Irwandi kembali datang agak siang dengan membawa makanan. Setengah hari itu nyaris dihabiskan Irwandi bersama Joana.
“Irwandi selalu bersama Joana, sampai Steffy harus mengingatkan kalau ada Isabela yang juga perlu diberi perhatian,” ungkap Rijal.

Selain Isabela dan Joana, sebenarnya ada satu ekor lagi gajah jinak penghuni CRU Sampoinit, yaitu Azis, gajah jantan berusia 33 tahun.
Hanya saja, saat kami datang, Azis sedang ada penugasan ke wilayah Bener Meriah untuk menghalau gajah liar.
"Sebelumnya ada Olo, gajah jantan, tapi sudah mati," imbuh Rizal.
Untuk tugas menggiring gajah liar, memang biasanya dilakukan oleh gajah jantan. Penugasan biasanya ke daerah-daerah yang CRU-nya tidak memiliki gajah jantan.
Leader CRU Sampoiniet ini menyebutkan, dalam sebulan paling sedikit pihaknya mendapat penugasan mengatasi konflik sebanyak 10 kali.
“Tetapi pada waktu-waktu tertentu, ketika intensitas konflik meningkat, penugasan bisa mencapai 20 kali dalam sebulan,” tutup Rijal.(*)
CRU Sampoinit
Conservation Response Unit (CRU)
CRU Sampoiniet Aceh Jaya
Google Maps
Google Maps Street View
kaukus pemuda aceh
Kamping di CRU Sampoiniet
Gajah Jinak di CRU Sampoiniet
Konflik Gajah dan Manusia di aceh
Hubungan Joana dengan Irwandi
Kisah Gajah Jinak Joana
Viral, Gegara Ikuti Google Maps Pemotor Masuk Jalan Tol Jakarta-Cikampek |
![]() |
---|
Mudik Lancar dengan Google Maps Offline, Nggak Takut Kehabisan Kuota Internet atau Hilang Sinyal! |
![]() |
---|
Mudik Lebih Mudah: Begini Cara Gunakan Google Maps Offline untuk Perjalanan Lancar |
![]() |
---|
Menhut Tinjau Lahan Hibah Prabowo untuk CRU, Pj Gub Aceh: Langkah Strategis Penanganan Gajah |
![]() |
---|
CRU Alue Kuyun Turunkan Tim Usir Gajah Liar di Desa Canggai Aceh Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.