Luar Negeri

Vladimir Putin Tak Takut Hadapi Surat Penangkapan, Santai saat Kunjungi Crimea

Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina pada tahun 2014, sebuah langkah yang dikecam sebagian besar dunia sebagai tindakan ilegal.

Editor: Faisal Zamzami
SPUTNIK/ALEXEY NIKOLSKY
Presiden Rusia Vladimir Putin tengah mencoba senapan terbaru yang diproduksi produsen senjata ternama Kalashnikov. (SPUTNIK/ALEXEY NIKOLSKY) 

Dia juga mengaku telah mengadopsi seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dari Mariupol.

ICC berkata mereka mulanya mempertimbangkan untuk merahasiakan penerbitan surat penangkapan ini, tapi kemudian memutuskan mempublikasinya dengan pertimbangan surat itu dapat menghentikan kejahatan-kejahatan lain untuk terjadi.

Jaksa penuntut ICC, Karim Khan, mengatakan kepada BBC, "Anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai rampasan perang, mereka tidak bisa dideportasi".

"Jenis kejahatan seperti ini, Anda tidak perlu jadi pengacara, hanya perlu menjadi manusia untuk mengetahui betapa kejamnya itu," ujar dia.

Baca juga: Alasan Pengadilan Internasional Perintahkan Penangkapan Putin

Berbagai reaksi atas penerbitan surat penangkapan ini muncul hanya beberapa menit setelah diumumkan, dan Kremlin mengeluarkan pernyataan resmi yang menolaknya.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov berkata keputusan apapun dari ICC itu "batal demi hukum" dan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyamakan surat penangkapan itu dengan tisu toilet.

"Tidak perlu saya jelaskan DI MANA benda itu seharusnya digunakan," dia menulis di Twitter, dengan emoji tisu toilet.

Meski begitu, sejumlah pemimpin oposisi Rusia menyambut baik pengumuman ICC. Ivan Zhdanov, sekutu dekat tokoh oposisi yang dipenjara Alexei Navalny, mencuit bahwa ini adalah "langkah simbolis" namun penting.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata, dia berterima kasih kepada Khan dan ICC atas keputusan mereka menuntut hukum "negara yang jahat".

 
Jaksa Penuntut Umum Ukraina Jenderal Andriy Kostin berkata, keputusan ini "bersejarah untuk Ukraina", sementara kepala staf kepresidenan negara itu, Andriy Yermak, menyebut keputusan ini "sebuah permulaan".

Namun, karena Rusia bukan anggota ICC, kesempatan bahwa Vladimir Putin atau Maria Lvova-Belova muncul di kursi pesakitan di Den Haag sangat kecil.

ICC bergantung pada kerja sama antar-pemerintah untuk menangkap seseorang, dan Rusia "tentu saja tidak akan bekerja sama dalam hal ini", kata Jonathan Leader Maynard, dosen politik internasional di King's College London kepada BBC.

Meski begitu, Khan menekankan bahwa tidak seorang pun pernah mengira Slobodan Milosevic, pemimpin Serbia yang diadili atas kejahatan perang di Kroasia, Bosnia, dan Kosovo, akan berakhir di Den Haag.

"Untuk mereka yang merasa bisa melakukan kejahatan di siang hari, dan tidur nyenyak di malam hari, mungkin mereka harus melihat sejarah kembali," kata dia.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved