Luar Negeri
Vladimir Putin Tak Takut Hadapi Surat Penangkapan, Santai saat Kunjungi Crimea
Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina pada tahun 2014, sebuah langkah yang dikecam sebagian besar dunia sebagai tindakan ilegal.
SERAMBINEWS.COM, KYIV - Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Crimea untuk memperingati sembilan tahun pencaplokan semenanjung Laut Hitam dari Ukraina pada Sabtu (18/3/2023).
Ini terjadi sehari setelah Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Rusia yang menuduhnya melakukan kejahatan perang .
Kantor berita negara Rusia RIA Novosti mengatakan Putin mengunjungi sekolah seni dan pusat anak-anak, lokasi yang tampaknya dipilih sebagai tanggapan atas tindakan pengadilan.
Dilansir dari Associated Press, pengadilan secara khusus menuduhnya pada hari Jumat (17/3/2023) bahwa Putin memikul tanggung jawab pribadi atas penculikan anak-anak dari Ukraina selama invasi besar-besaran Rusia ke negara tetangga yang dimulai hampir 13 bulan lalu.
Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina pada tahun 2014, sebuah langkah yang dikecam sebagian besar dunia sebagai tindakan ilegal.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menuntut agar Rusia menarik diri dari semenanjung serta wilayah yang didudukinya sejak tahun lalu.
Putin tidak menunjukkan niat untuk melepaskan keuntungan Kremlin. Sebaliknya, dia menekankan pada hari Jumat pentingnya mempertahankan Krimea.
“Jelas, masalah keamanan menjadi prioritas utama Crimea dan Sevastopol sekarang,” katanya, mengacu pada kota terbesar di Crimea.
“Kami akan melakukan semua yang diperlukan untuk menangkis ancaman apa pun,” tambahnya.
Putin naik pesawat untuk menempuh jarak 1.821 kilometer (1.132 mil) dari Moskwa ke Sevastopol, di mana dia mengambil kemudi mobil yang membawanya berkeliling kota, menurut gubernur yang dilantik, Mikhail Razvozhaev.
Selain sekolah seni dan pusat anak-anak, Putin juga melakukan tur.
Putin juga mengunjungi situs arkeologi di reruntuhan kota Yunani kuno Chersonesos, menurut media pemerintah Rusia.
Surat perintah penangkapan ICC adalah yang pertama dikeluarkan terhadap pemimpin salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Pengadilan yang berkedudukan di Den Haag, Belanda itu juga mengeluarkan surat perintah penangkapan Maria Lvova-Belova, Komisioner Hak Anak di Kantor Presiden Federasi Rusia.
Langkah itu segera ditolak oleh Rusia dan disambut baik oleh Ukraina sebagai terobosan besar.
Implikasi praktisnya, bagaimanapun, dapat dibatasi karena kemungkinan Putin diadili di ICC sangat kecil kemungkinannya karena Rusia tidak mengakui yurisdiksi pengadilan atau mengekstradisi warga negaranya.
Baca juga: VIDEO ICC Perintahkan Tangkap Vladimir Putin, Joe Biden Mendukung Penuh
Isi Surat Penangkapan Putin oleh ICC
DEN HAAG, KOMPAS.com - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court - ICC) menerbitkan surat penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pengadilan menuduhnya bertanggung jawab atas kejahatan perang. Utamanya, tindakan deportasi anak-anak yang melanggar hukum dari Ukraina ke Rusia.
ICC juga berkata, kejahatan ini dilakukan di Ukraina dari 24 Februari 2022--ketika Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke negara tersebut.
Baca juga: Pengadilan Kriminal Internasional Perintahkan Penangkapan Putin
Moskwa menolak tuduhan tersebut dan mengatakan, surat perintah pengadilan itu "keterlaluan".
Kemungkinan tidak banyak yang bisa dilakukan dengan surat penangkapan ini--ICC tidak punya kuasa untuk menangkap seorang tersangka, dan hanya dapat menjalankan yuridiksi ke negara-negara anggotanya saja--dan Rusia bukan anggota.
Meski begitu, penerbitan surat ini bisa memengaruhi Putin dengan cara-cara lain, seperti tidak bisa melakukan perjalanan internasional.
Melalui pernyataan tertulis, ICC berkata memiliki alasan untuk percaya bahwa Putin melakukan tindakan kriminal itu secara langsung, juga dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Pernyataan itu juga menuduhnya gagal menggunakan kekuasaannya sebagai presiden untuk menghentikan anak-anak dideportasi.
Saat ditanya soal tindakan ICC ini, Presiden AS Joe Biden berkata, "ya, saya rasa itu dibenarkan". Dia menekankan bahwa AS juga bukan negara anggota ICC, "tapi saya pikir mereka punya poin yang kuat". Putin "jelas-jelas melakukan kejahatan perang", ujarnya.
Komisioner hak-hak anak Rusia, Maria Lvova-Belova, juga dicari oleh ICC untuk kejahatan yang sama.
Di masa lalu, dia secara terbuka telah membicarakan tentang usaha-usaha untuk mengindoktrinasi anak-anak Ukraina yang dibawa ke Rusia.
September lalu, Lvova-Belova mengeluhkan bahwa beberapa anak yang dipindahkan dari Kota Mariupol "berkata-kata buruk tentang (Presiden Rusia), mengatakan hal-hal mengerikan dan menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina."
Dia juga mengaku telah mengadopsi seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dari Mariupol.
ICC berkata mereka mulanya mempertimbangkan untuk merahasiakan penerbitan surat penangkapan ini, tapi kemudian memutuskan mempublikasinya dengan pertimbangan surat itu dapat menghentikan kejahatan-kejahatan lain untuk terjadi.
Jaksa penuntut ICC, Karim Khan, mengatakan kepada BBC, "Anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai rampasan perang, mereka tidak bisa dideportasi".
"Jenis kejahatan seperti ini, Anda tidak perlu jadi pengacara, hanya perlu menjadi manusia untuk mengetahui betapa kejamnya itu," ujar dia.
Baca juga: Alasan Pengadilan Internasional Perintahkan Penangkapan Putin
Berbagai reaksi atas penerbitan surat penangkapan ini muncul hanya beberapa menit setelah diumumkan, dan Kremlin mengeluarkan pernyataan resmi yang menolaknya.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov berkata keputusan apapun dari ICC itu "batal demi hukum" dan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyamakan surat penangkapan itu dengan tisu toilet.
"Tidak perlu saya jelaskan DI MANA benda itu seharusnya digunakan," dia menulis di Twitter, dengan emoji tisu toilet.
Meski begitu, sejumlah pemimpin oposisi Rusia menyambut baik pengumuman ICC. Ivan Zhdanov, sekutu dekat tokoh oposisi yang dipenjara Alexei Navalny, mencuit bahwa ini adalah "langkah simbolis" namun penting.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata, dia berterima kasih kepada Khan dan ICC atas keputusan mereka menuntut hukum "negara yang jahat".
Jaksa Penuntut Umum Ukraina Jenderal Andriy Kostin berkata, keputusan ini "bersejarah untuk Ukraina", sementara kepala staf kepresidenan negara itu, Andriy Yermak, menyebut keputusan ini "sebuah permulaan".
Namun, karena Rusia bukan anggota ICC, kesempatan bahwa Vladimir Putin atau Maria Lvova-Belova muncul di kursi pesakitan di Den Haag sangat kecil.
ICC bergantung pada kerja sama antar-pemerintah untuk menangkap seseorang, dan Rusia "tentu saja tidak akan bekerja sama dalam hal ini", kata Jonathan Leader Maynard, dosen politik internasional di King's College London kepada BBC.
Meski begitu, Khan menekankan bahwa tidak seorang pun pernah mengira Slobodan Milosevic, pemimpin Serbia yang diadili atas kejahatan perang di Kroasia, Bosnia, dan Kosovo, akan berakhir di Den Haag.
"Untuk mereka yang merasa bisa melakukan kejahatan di siang hari, dan tidur nyenyak di malam hari, mungkin mereka harus melihat sejarah kembali," kata dia.
Secara hukum, bagaimanapun, ini akan menimbulkan masalah bagi Putin.
Meskipun dia adalah kepala negara G20, dan rencananya akan berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan bersejarah, Putin juga sekarang seorang buron, dan ini pasti bakal membatasi negara-negara mana saja yang bisa dikunjunginya.
Ada pula tingkat rasa dipermalukan bagi Kremlin, yang selalu menepis tuduhan Rusia melakukan tindak kejahatan perang, bahwa lembaga yang penting dan pan-nasional seperti ICC tidak mempercayai penyangkalan mereka.
Baca juga: VIDEO ICC Perintahkan Tangkap Vladimir Putin, Joe Biden Mendukung Penuh
Baca juga: Kronologi Terbongkarnya Siswi SMP Tewas Dibunuh Pacar lalu Dikubur di Dapur, Ini Motif Pelaku
Baca juga: Jika Ayu Ting Ting Menikah Lagi, Bilqis akan Menjadi Penyeleksi Pertama, Ini Katanya
Kompas.com: Hadapi Surat Penangkapan, Putin Santai Saja Kunjungi Crimea
Sosok Robin Westman, Penembak Sekolah Pakai Senjata Bertuliskan 'Bunuh Trump' dan 'Bakar Israel' |
![]() |
---|
Kim Jong Un Perintahkan Senjata Nuklir Dipercepat saat AS-Korsel Latihan Militer |
![]() |
---|
Mesin Pesawat Condor Jerman Meledak di Udara, Begini Nasib 273 Penumpang |
![]() |
---|
Korban Tewas Banjir Bandang dan Longsor Pakistan Lampaui 350 Orang |
![]() |
---|
5 Orang Tewas akibat Helikopter Pakistan Jatuh Saat Misi Penyelamatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.