Oknum Polisi Rudapaksa Anak dan Pembantu, Tangis Sang Istri Pecah Ungkap Kelakuan Bejat Suaminya

Sambil menangis, wanita bhayangkari diduga istri polisi curhat sang suami merudapaksa anaknya sendiri hingga ART.

Editor: Faisal Zamzami
Ilustrasi Grafis/Tribun-Video, YouTube Uya Kuya TV
Pilu Vidy, istri polisi suaminya tega rudapaksa anak hingga ART 

Pada 31 Agustus lalu, sang anak kemudian membongkar aski bejat ayah sambungnya itu kepada sang ibu.

"Pertama kali saya mengetahui tindakan asusila itu saya tanya 'kak pernah gak papi megang area sensitif dari tubuh kakak yang tidak boleh dipegang laki-laki' 'pernah katanya kami laundry naik motor itu pegang-pegang itu' terus katanya pas malam itu kakak lagi tidur dibanguni suruh ke ruang tengah dipaksa nonton video dewasa,kakak lari terus dipaksa nonton', dan akhirnya dilakukan pencabulan," ungkapnya.

Vidy mengaku sang anak merasa trauma hingga membuatnya tak bisa sepenuhnya mengungkapkan tindakan asusila dari ayah sambungnya.

Sambil menahan tangis, Vidy menyampaikan bahwa hatinya sangat hancur sehancur-hancurnya mengetahui tindakan sang suami kepada anaknya sendiri itu yang masih di bawah umur.

"Hati saya hancur-hancur sehancur-hancurnya," ujarnya melanjutkan.

Irma Hutabarat mengaku miris mendengar perbuatan perkosaan itu disebut persetubuhan dalam laporan dakwaan.

"Hah itu pasalnya gak bener, anak 10 tahun itu masih kecil, dipaksain nonton oleh bapaknya sendiri, jangan sebut untuk istilah penjahat," kata Irma Hutabarat.

Ia mengaku bahwa dirinya sempat diancam diminta untuk tidak mempublikasikan kasus tersebut.

"Saya dapat infor dari mereka(LSM) dibelakang saya diminta untuk mundur jangan kawal kasus saya,

"Ada yang mengancam atau mengingatkan kamu untuk tidak ramai-ramai di media?!," tanya Uya Kuya.

ada pihak yang.. tidak bisa disebutkan itu," ungkap Vidya.

Vidy pun mengungkapkan sosok ketua hakim yang diduga mengancam tidak mempublikasikan kasus ini.

"Dari Majelis Hakim, terutama Hakim Ketua," ujarnya menyampaikan.

"Hakim Ketua siapa?," tanya Uya.

"Bapak Soni, Bapak Hari dan Ibu Ranum, harapan saya ada hakim perempuan setidaknya bisa berbeda suara dengan yang lainnya tai satu suara," jawabnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved