Berita Lhokseumawe

Biri-biri Diciptakan dari Telinga dengan Kloning Gemparkan Dunia, Ini Penjelasan Guru Besar Riset  

Awalnya Prof Kiki sapaan akrab Hermawan Sulistyo, menyampaikan kemajuan teknologi yang sekarang melahirkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasa

Penulis: Jafaruddin | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/JAFARUDDIN       
Guru Besar Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ), Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, PhD, menyampaikan orasi kebudayaan di hadapan 240 lulusan Universitas Bumi Persada (UNB) yang diwisuda, Sabtu (29/7/2023) 

Awalnya Prof Kiki sapaan akrab Hermawan Sulistyo, menyampaikan kemajuan teknologi yang sekarang melahirkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang akan menjadi tantangan terbesar ke depannya. 

Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe 

SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Guru Besar Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ), Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, PhD, menyampaikan orasi kebudayaan di hadapan 240 lulusan Universitas Bumi Persada (UNB) yang diwisuda, Sabtu (29/7/2023). 

Wisuda itu berlangsung dalam Rapat Senat Terbuka, di Gedung ACC Uteunkot Kecamatan Muara Dua Lhokseumawe yang dipimpin Rektor, Hari Toha Hidayat MCs.

Dari 240 lulusan yang diwisuda, 15 di antaranya berhasil lulus dengan predikat cum laude (pujian). 

Wisuda itu juga dihadiri Pj Wali Kota Lhokseumawe, Dr Drs Imran MSi MA Cd. 

Awalnya Prof Kiki sapaan akrab Hermawan Sulistyo, menyampaikan kemajuan teknologi yang sekarang melahirkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang akan menjadi tantangan terbesar ke depannya. 

Penasihat Ahli Kapolri itu juga menceritakan tentang penggunaan Cryptocurrency atau crypto, bentuk mata uang yang ada secara digital atau virtual yang sudah banyak digunakan di banyak negara.

Baca juga: Cara Bayar Pajak Motor Online via Aplikasi Bank Aceh Tanpa Antre, Pergi ke Samsat Cuma Stempel

Namun, di Indonesia belum mengakuinya, karena kesulitan memahaminya. 

Disebutkan Prof Kiki, Perkembangan teknologi yang sangat cepat berubah tersebut menjadi tantangan besar bagi lulusan perguruan tinggi, bahkan termasuk professor. 

Misalnya tentang penggunaan aplikasi bagi pengguna jasa transportasi. 

Sekarang tanpa menggunakan aplikasi, tidak bisa menemukan jasa pengangkutan dan pembayarannya juga harus dilakukan secara online, bukan menggunakan uang kertas atau fisik. 

“10 tahun lalu itu belum ada,” ungkap Prof Kiki. 

Selain itu juga sekarang ada perkembangan orang mencangkok jantungnya dengan jantung babi. 

Baca juga: VIDEO Sindiran Novel Baswedan Sebut Firli Bahuri Punya Ilmu Ninja Kabur saat Ada Masalah Sulit

AI itu hampir sama kemampuannya dengan manusia, tapi kekurangannya tidak punya perasaan. 

Seperti tukang sapu mesin yang digunakan di Bandara Internasional Kualanamu Medan yang menggunakan AI

Prof Kiki mengaku sempat mendekati mesin sapu tersebut, untuk memastikan mesin tersebut menggunakan kecerdasan buatan. 

Ketika dicegat, mesin tersebut berbalik dan berputar. Tapi mesin tersebut tidak memahami kenapa dicegat, karena tidak mempunyai perasaan. 

“Lalu bayangkan suatu hari nanti, ada orang yang otaknya AI, jantungnya (dicangkok dari) babi dan semua hybrid (setengah makhluk hidup dan setengah mesin), Itu sudah dimungkinkan sebetulnya,” ungkap Sulistiyo. 

Tetapi riset-riset ke arah tersebut, tidak boleh, karena persoalan etis. Di Amerika dilarang dan begitu juga di Cina juga tidak dilanjutkan, karena dilarang. 

Baca juga: Personel Polda Aceh Bripda Dolly Isma Indra Raih Emas MHQ PKM III Se-Asia Tenggara, Kategori 20 Juz

“Tapi kami percaya mereka sudah bisa bikin orang buatan, seperti Dolly (mamalia pertama yang dikloning dari sel dewasa),” 

Dolly itu biri-biri yang dikloning (duplikat suatu makhluk dengan tanpa melalui proses perkawinan), pada tahun 1981 di Inggris yang menggemparkan dunia. 

“jadi biri-biri diternakkan, dibuat biri-biri baru dari kuping dan buntutnya, yang dikloning sehingga jadi biri-biri baru seperti induknya. Jadi dia (dolly) bayi biri-biri dengan sel tua, karena sel-sel yang diambil dari induknya,” ungkap Sulistyo. 

Namun, sampai sekarang tidak ada perkembangan informasi lagi terkait penelitian tersebut. 

“Saya tidak percaya (riset) itu berhenti. Jangan-jangan sudah ada ribuan, pasti ada ribuan biri-biri hasil kloning, mungkin juga sudah dimakan orang.

Nah, orang makan biri-biri cloning itu apa dampaknya, karena selnya, sel tua, itu tahun 1981,” katanya. 

"Ini seperti fiksi, Sains Fiction, tapi hal ini sudah terjadi," tambahnya. (*) 

Baca juga: Momen Anies Bertemu Ganjar, Ungkap Lawan Politik Teman Demokrasi, Ganjar Akui Tak Bicara Politik

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved