Ibu Mertua Selingkuh dengan Mantan Mantu Hingga Lahirkan Bayi, Berhubungan Sejak Masih Suami Anaknya

Meski telah bercerai dengan anaknya, RH pun masih tinggal serumah dengan mantan menantu dan istri barunya di Desa Baru Kecamatan Awayan.

|
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Taufik Hidayat
Pixabay/Marncom
ILUSTRASI - Ibu Mertua Selingkuh dengan Mantan Mantu Hingga Lahirkan Bayi, Berhubungan Sejak Masih Suami Anaknya 

Lebih lanjut SP menceritakan, tak lama setelah dilahirkan, RH membawa bayinya keluar rumah dengan posisi masih dibawah daster .

Ia berjalan hingga ke tepi sungai.

Saat itulah ia baru memindahkan posisi bayinya untuk digendong dengan bagian kepala di tangan kanannya.

"Sempat berpikir sebentar hingga akhirnya bayi dibuang ke sungai. Saat itu, bayi masih dalam kondisi hidup karena ada pergerakan di bagian kaki," ujarnya.

Baca juga: Bela Kehormatan Istri, Menantu Bunuh Ayah Mertua, Pelaku: Istri Saya Mau Disetubuhi

Bantah alami gangguan jiwa

Hebohnya kasus ini sempat memunculkan isu bahwa pelaku yakni RH mengalami gangguan jiwa.

Namun hal tersebut ditepis oleh Kanit PPPA Sat Reskrim Polres Balangan, Aiptu Joko, Senin (7/8/2023).

Saat pemeriksaan, pelaku menjawab pertanyaan dengan runut dan tidak ada tanda gangguan kejiwaan.

"Pelaku tidak mengalami gangguan jiwa, memang karakternya pendiam," ujarnya, dikutip dari Banjarmasinpost.id.

Ia pun menyebutkan bahwa pelaku sebenarnya sudah pernah menikah empat kali.

Bayi perempuan yang dilahirkan lalu dibuang itu merupakan anak keempatnya.

Sementara itu, Psikolog Cindy Setiarini, S.Psi yang ikut memberikan keterangannya mengenai kasus tersebut mengatakan, bahwa pemicu kejahatan RH bisa dipicu oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal.

Faktor internal dari diri pelaku, mengingat kondisi hamil merupakan sebuah kondisi yang tidak biasa, dengan adanya perubahan emosional hingga perubahan bentuk tubuh.

Baca juga: Mertua Stroke Dirampok Menantu Sendiri yang Nyamar Jadi Ojol, Emas 100 Gram Raib: Sakit Hati Diejek

"Kondisi emosional sangat mempengaruhi karena adanya ketidakpastian masa depan dan juga ketakutan jika anak yang masuk dalam kategori tidak diinginkan itu lahir, hingga jalan pintas adalah menghilangkan keberadaan bayi dan sang ibu memilih dengan cara membuang bayi tersebut ke sungai," ujarnya, dilansir dari pemberitaan Banjarmasinpost.id lainnya.

Faktor lain yang juga menjadi pemicu adalah adanya lingkungan sosial yang tidak memungkinkan untuk pelaku memiliki anak.

Dengan status janda, namun melahirkan seorang anak, jelas akan menimbulkan penilaian kurang baik di masyarakat.

Hal ini, lanjut Cindy Setiarini, bisa menambah ketakutan pada diri yang bersangkutan.

"Belum lagi ada kesulitan ekonomi dan tidak adanya keluarga yang memberi dukungan," ujarnya, seraya menambahkan banyak faktor yang bisa menjadi pemicu.

(Serambinews.com/Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved