Atlet Aceh Meninggal

Dinilai Ada Kejanggalan, Penyebab Kematian Feberlina Nduru Atlet Muaythai Aceh Mulai Dipertanyakan

Nobuala Halawa yang juga Sekretaris HIMNI Kota Subulussalam dan Tim Hukum HIMNI Aceh menyoal lantaran adanya pemberitaan

|
Penulis: Khalidin | Editor: Eddy Fitriadi
For Serambinews.com
Feberlina Nduru, atlet Muaythai Provinsi Aceh asal Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam. Dinilai Ada Kejanggalan, Penyebab Kematian Feberlina Nduru Atlet Muaythai Aceh Mulai Dipertanyakan. 

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Sejumlah kalangan mulai mempertanyakan penyebab meninggalnya Feberlina Nduru, atlet Muaythai binaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, Senin (4/9/2023) di Ruang ICCU Rumah Sakit Kesdam, Banda Aceh.

Salah satu yang menyoal tersebut adalah Nobuala Halawa SH MH dari Tim Advokasi Hukum  KONI Kota Subulussalam sebagaimana siaran persnya kepada Serambinews.com, Selasa (5/9/2023). 

Nobuala Halawa yang juga Sekretaris HIMNI Kota Subulussalam dan Tim Hukum HIMNI Aceh menyoal lantaran adanya pemberitaan yang menyebutkan penyebab kematian atlet Muaythai Aceh Feberlina Nduru dikarenakan ‘Bunuh Diri’.

Atas hal ini, Nobuala menyatakan sangat menyayangkan karena jika benar kematian almarhumah Feberlina akibat bunuh diri sejatinya harus diusut.

Nobuala meminta perlunya pengusutan kematian atlet Muaythai guna mengungkap penyebab sebenarnya sehingga dia nekat mengakhiri hidup.

Hal ini perlu, kata Nobuala mengingat Feberlina adalah atlet binaan KONI Aceh di bawah Cabor Muaythai yang dipersiapkan untuk berkontribusi dalam PON tahun 2024 mendatang.

“Kami mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut. Kalaupun ada dugaan ‘Bunuh Diri’ yang dialami Almarhumah ternyata benar, maka yang dicari adalah fakta sebab-akibat hukum mengapa dia melakukan peristiwa bunuh diri tersebut,” tegas Nobuala.

Dikatakan, simpang siur sebab kematian almarhumah diserahkan kepada pihak yang berwenang seperti dokter dan aparat penegak hukum.  

“Kami dari HIMNI Aceh dan HIMNI Kota Subulussalam siap untuk melakukan pendampingan hukum bagi  keluarga almarhumah bila diperlukan.” Ujar Halawa.

Dikarenakan keluarga almarhumah masih berduka, sehingga Nobuala Halawa masih menunggu petunjuk dari keluarga dalam hal  melakukan pendampingan.

Dia memastikan kasus ini harus diungkap lantaran kematian almarhumah Feberlina tersebut mendapat perhatian banyak orang.

Secara terpisah, Ketua Harian PB Muaythai yang juga Ketua Komite I DPD DI Fachrul Razi turut berduka atas meninggalnya atlet Muaythai terbaik Aceh tersebut.

Ia juga baru mendapat kabar tentang adanya ada kejanggalan, dan langsung berkoordinasi dengan tim kuasa hukum Pengurus Besar Muaythai Indonesia untuk menyelidiki kematian gadis berusia 23 tahun. 

"Kami telah memerintahkan  tim kuasa hukum Muaythai Indonesia untuk segera mengusut kasus kematian atlet muda asal Aceh ini, " ujar Fachrul Razi, Selasa (5/9/2023).

Fachrul Razi terkejut mendengarkan berita kematian atlet Aceh ini. Dirinya pernah membiayai keberangkatan almarhumah ke Banten dalam rangka Kejurnas dan Seleknas PB Muaythai Indonesia.

“Saya pernah memberikan beasiswa kepada almarhumah karena memperoleh emas di Banten, dan almarhumah berpeluang menyumbang emas pada PON Aceh 2024 mendatang," kata Fachrul Razi

Beredar kabar, Siti menderita sesak nafas dan serangan jantung. 

"Kita harapkan kasus ini segera terungkap apa penyebab kematiannya," Fachrul Razi yang juga  Senator asal Aceh.

Sebagaimana diberitakan, almarhumah dikebumikan di kampung halamannya yakni  Desa Penuntungan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam, Selasa (5/9/2023).

Informasi yang diterima Serambinews.com, dari kerabatnya Nobuala Halawa, SH,MH mengatakan korban tiba di Subulussalam pukul 7.30 WIB.

Setelah melalui proses fardhu kifayah, kata Nobuala Halawa, jenazah Feberlina langsung dikebumikan.

Almarhumah merupakan jawara Muaythai yang selama ini menjadi andalan Provinsi Aceh. Karenanya, meninggalnya Feberlina membuat olahraga Provinsi Aceh sangat kehilangan.

Selain almarhumah, kedua orang tuanya dikabarkan juga telah menjadi muallaf. Proses masuk islam diawali abangnya dan kemudian Feberlina lalu diikuti kedua orang tuanya dan adik-adiknya.

“Jadi sekarang satu keluarga almarhumah Feberlina semua sudah muslim, mereka muallaf,” kata Nobuala Halawa.

Putri pasangan pasangan Faotulo Nduru dan alm. Yuniati Giawa ini menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 12.00 WIB. Dia adalah atlet berprestasi hingga mendapat beasiswa zakat dari Baitul Mal Aceh.

Informasi yang diterima Serambinews.com, almarhumah dirawat di RS Kesdam sejak Minggu malam.

“Kita semua berbelasungkawa atas berpulangnya Feberlina Nduru, seorang atlet andalan Provinsi Aceh,” kata Nobuala Halawa, SH, MH, Bid Advokasi Hukum  KONI Kota Subulussalam kepada Serambinews.com.

Anak kedua pasangan Faotulo Nduru dan alm. Yuniati Giawa ini mulanya beragama Kristen sesuai keyakinan orang tuanya.

Namun di usia 17 tahun ia memutuskan jadi muallaf, mengikuti jejak sang abang yang telah lebih dulu menjadi muslim.

Sejak saat itu ia konsisten memanggil dirinya dengan sapaan “Siti”, nama depan dari nama hijrahnya “Siti Rahmah”.

“Di dokumen resmi nama Siti masih Febirlina Nduru. Di KTP, akte, ijazah semua masih belum ganti. Makanya Siti masih harus pakai  nama Febirlina Nduru. Tapi boleh panggil Siti aja,” katanya.

Pengabdiannya terhadap dunia olahraga di Kota Subulussalam hingga Provinsi Aceh begitu luar biasa.

Dara kelahiran Nias tahun 2000 adalah atlet andalan Kota Subulussalam dan kini menjadi binaan Koni Provinsi Aceh.

Dia bahkan menjadi atlet yang dipersiapkan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) mendatang.

Selama ini, Feberlina banyak menyabet prestasi hinga ke tingkat nasional untuk dipersembahkan kepada Provinsi Aceh.

Kecintaan Feberlina yang akrab disapa Siti terhadap olah raga bela diri muncul secara alami sejak kelas 3 SD.

Ia mengaku memiliki dorongan untuk berkelahi sehingga butuh tempat pelampiasan emosi yang lebih positif.

“Awalnya Siti gabung ke klub karate. Dapat pelatih dan pernah ikut bertanding tapi tak pernah menang. Mungkin karena tak dapat restu dari Mamak,” kata Siti dalam sebuah wawancara semasa hidupnya sebagaimana dikutip dari laman resmi Baitul Mal Aceh.

Orang tua Siti memang sempat menentang pilihan putrinya itu karena pertimbangan kurang cocok untuk anak perempuan. Tapi, melihat kegigihan Siti dan prestasi yang berhasil ia peroleh, orang tuanya pun luluh.

Siti pindah ke cabang olahraga muaythai pada tahun 2017 setelah pelatihnya melihat peluang Siti berkembang di cabang itu.

Siti juga bergabung dengan Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI) sebagai atlet binaan dari kota Banda Aceh dan rutin berlatih di sela-sela jam sekolah di Daruzzahidin.

Berkat bakatnya dia mendapat perlakuan khusus, diberikan dispensasi untuk libur sekolah jika ada karantina atau pertandingan dengan syarat harus melampirkan surat izin dari KONI.

Satu persatu prestasi di cabang muaythai berhasil ia torehkan. Siti menyabet dua kali gelar juara Pra PORA (tahun 2017 dan 2021), juara PORA  tahun 2018, juara PORWIL tahun 2019, dan tiga kali juara KEJURNAS (tahun 2017,  2018, dan 2022) terbaru, Siti mengharumkan nama Aceh dengan meraih medali emas dalam Kejurnas Liganas Muaythai 2022 di Sulawesi Selatan, Januari lalu.

Saat ini Siti tercatat sebagai mahasiswa semester 3 FKIP Penjaskrek (Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi) Universitas Serambi Mekkah.

“Kuliahnya juga dibiayai penuh dengan dana zakat Baitul Mal Aceh. Siti mengaku sangat bersyukur atas beasiswa tersebut," kata Murdani salah seorang amil Baitul Mal Aceh.

Berkat dana zakat, ia bukan hanya mendapatkan kesempatan merantau untuk sekolah dan mendalami Islam, tetapi juga peluang yang lebih besar untuk mengembangkan bakatnya di olahraga beladiri.

“Siti bisa fokus belajar dan berlatih. Tak perlu pusing mikirin biaya sekolah dan biaya makan. Bonus dari juara muaythai bisa Siti tabung.

Target Siti, sebelum usia Siti mencapai batas maksimal sebagai atlet muaythai di tahun 2025, Siti bisa bangun rumah orangtua di kampung,” Siti berbagi harapannya.

Cita-cita tersebut bukan untuk megah-megahan. Keluarga Siti saat ini menempati rumah yang menurutnya tidak representatif untuk menampung 13 jiwa: 11 anak dan 2 orang tua.

Rumah tersebut berukuran kecil dan hanya memiliki dua kamar tidur. Selain itu, ayah Siti yang berprofesi sebagai buruh tani masih harus menanggung 8 orang anak, dua di antaranya sedang sekolah di Pesantren Fajar Hidayah, Aceh Besar.

Siti akhirnya juga ikut berhemat, menyisihkan beasiswa untuk bantu meringankan beban ekonomi orangtuanya.

“Kepada muzaki yang sudah bayar zakat, Siti ucapkan terimakasih. Semoga lebih banyak anak-anak lain seperti Siti dan keluarga Siti yang mendapatkan kesempatan ini.

Bisa sekolah, mengembangkan bakat, juga bantu orang tua,” kata Siti kala itu/

Siti beserta abang dan adiknya adalah tiga dari ribuan anak dari keluarga kurang mampu yang menerima beasiswa penuh Baitul Mal Aceh.

Sederet prestasi yang didedikasi untuk olahraga Aceh telah mengharumkan nama negeri ini. Nmaun kini Allah berkehendak lain, Feberlina menghadap sang Khaliq di usianya ke 23.

Terima kasih Feberlina Nduru atas prestasi yang sudah diberikan kepada Kota Subulussalam dan Aceh! Selamat jalan Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran. Amin.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved