Atlet Aceh Meninggal

Feberlina Nduru, Atlet Muaythai Aceh yang Meninggal di Banda Aceh Dikebumikan di Subulussalam

Almarhumah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, Selasa (5/9/2023).

|
Penulis: Khalidin | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Febirlina Nduru, atlet Muaythai Provinsi Aceh asal Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam meninggal dunia, Senin (4/9/2023), di Ruang ICCU Rumah Sakit Kesdam, Banda Aceh. Almarhumah dimakamkan di kampung halamannya di Subulussalam pada Selasa (5/9/2023). 

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Feberlina Nduru, atlet Muaythai binaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh yang meninggal dunia pada Senin (4/9/2023) siang, di Ruang ICCU Rumah Sakit Kesdam, Banda Aceh, kini telah dikebumikan. 

Almarhumah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, Selasa (5/9/2023).

Informasi yang diterima Serambinews.com dari kerabat almarhumah Nobuala Halawa, SH, MH mengatakan, jenazah korban tiba di Subulussalam pada pukul 07.30 WIB.

Setelah melalui proses fardhu kifayah, kata Nobuala Halawa, jenazah Feberlina langsung dikebumikan.

Almarhumah merupakan jawara Muaythai yang selama ini menjadi andalan Provinsi Aceh. Karena itu, meninggalnya Feberlina membuat olahraga Provinsi Aceh sangat kehilangan.

Selain almarhumah, kedua orangtuanya dikabarkan juga telah menjadi muallaf.

Proses masuk Islam diawali abangnya dan kemudian Feberlina, lalu diikuti kedua orangtuanya dan adik-adiknya.

“Jadi sekarang satu keluarga almarhumah Feberlina semua sudah muslim, mereka muallaf,” kata Nobuala Halawa.

Putri pasangan pasangan Faotulo Nduru dan almarhumah Yuniati Giawa ini menghembuskan napas terakhirnya pada Senin siang sekitar pukul 12.00 WIB.

Dia adalah atlet berprestasi hingga mendapat beasiswa zakat dari Baitul Mal Aceh.

Informasi yang diterima Serambinews.com, almarhumah dirawat di RS Kesdam, sejak Minggu malam.

“Kita semua berbelasungkawa atas berpulangnya Feberlina Nduru, seorang atlet andalan Provinsi Aceh,” kata Nobuala Halawa, SH, MH, Bid Advokasi Hukum KONI Kota Subulussalam kepada Serambinews.com.

Anak kedua pasangan Faotulo Nduru dan almarhumah Yuniati Giawa ini, mulanya beragama Kristen sesuai keyakinan orangtuanya.

Namun di usia 17 tahun, ia memutuskan jadi muallaf, mengikuti jejak sang abang yang telah lebih dulu menjadi muslim.

Sejak saat itu, ia konsisten memanggil dirinya dengan sapaan “Siti”, nama depan dari nama hijrahnya “Siti Rahmah”.

“Di dokumen resmi nama Siti masih Febirlina Nduru. Di KTP, akte, ijazah semua masih belum ganti. Makanya Siti masih harus pakai nama Febirlina Nduru. Tapi boleh panggil Siti aja,” katanya.

Pengabdiannya terhadap dunia olahraga di Kota Subulussalam hingga Provinsi Aceh begitu luar biasa.

Dara kelahiran Nias tahun 2.000 itu adalah atlet andalan Kota Subulussalam dan kini menjadi binaan KONI Provinsi Aceh.

Dia bahkan menjadi atlet yang dipersiapkan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2024 mendatang.

Selama ini, Feberlina banyak menyabet prestasi hinga ke tingkat nasional untuk dipersembahkan kepada Provinsi Aceh.

Kecintaan Febrelina yang akrab disapa Siti terhadap olahraga bela diri muncul secara alami sejak kelas 3 SD.

Ia mengaku memiliki dorongan untuk berkelahi sehingga butuh tempat pelampiasan emosi yang lebih positif.

“Awalnya Siti gabung ke klub karate. Dapat pelatih dan pernah ikut bertanding tapi tak pernah menang. Mungkin karena tak dapat restu dari Mamak,” kata Siti dalam sebuah wawancara semasa hidupnya sebagaimana dikutip dari laman resmi Baitul Mal Aceh.

Orang tua Siti memang sempat menentang pilihan putrinya itu karena pertimbangan kurang cocok untuk anak perempuan.

Tapi, melihat kegigihan Siti dan prestasi yang berhasil ia peroleh, orangtuanya pun luluh.

Siti pindah ke cabang olahraga Muaythai pada tahun 2017, setelah pelatihnya melihat peluang Siti berkembang di cabang itu

Siti juga bergabung dengan Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI) sebagai atlet binaan dari Kota Banda Aceh dan rutin berlatih di sela-sela jam sekolah di Daruzzahidin. 

Berkat bakatnya, dia mendapat perlakuan khusus, diberikan dispensasi untuk libur sekolah jika ada karantina atau pertandingan dengan syarat harus melampirkan surat izin dari KONI.

Satu persatu prestasi di cabang Muaythai berhasil ia torehkan.

Siti menyabet dua kali gelar juara Pra-PORA (tahun 2017 dan 2021), juara PORA tahun 2018, juara Porwil tahun 2019, dan tiga kali juara Kejurnas (tahun 2017,  2018, dan 2022).

Terbaru, Siti mengharumkan nama Aceh dengan meraih medali emas dalam Kejurnas Liganas Muaythai 2022 di Sulawesi Selatan, Januari lalu.

Saat ini, Siti tercatat sebagai mahasiswa semester 3 FKIP Penjaskrek (Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi) Universitas Serambi Mekkah (USM).

“Kuliahnya juga dibiayai penuh dengan dana zakat Baitul Mal Aceh. Siti mengaku sangat bersyukur atas beasiswa tersebut,’ kata Murdani, salah seorang amil Baitul Mal Aceh.

Berkat dana zakat, ia bukan hanya mendapatkan kesempatan merantau untuk sekolah dan mendalami Islam, tetapi juga peluang yang lebih besar untuk mengembangkan bakatnya di olahraga beladiri.

“Siti bisa fokus belajar dan berlatih. Tak perlu pusing mikirin biaya sekolah dan biaya makan. Bonus dari juara Muaythai bisa Siti tabung,” ungkapnya beberapa waktu lalu. 

“Target Siti, sebelum usia Siti mencapai batas maksimal sebagai atlet Muaythai di tahun 2025, Siti bisa bangun rumah orangtua di kampung,” beber Siti berbagi harapannya.

Cita-cita tersebut bukan untuk megah-megahan.

Keluarga Siti saat ini menempati rumah yang menurutnya tidak representatif untuk menampung 13 jiwa: 11 anak dan 2 orangtua.

Rumah tersebut berukuran kecil dan hanya memiliki dua kamar tidur.

Selain itu, ayah Siti yang berprofesi sebagai buruh tani masih harus menanggung 8 orang anak, dua di antaranya sedang sekolah di Pesantren Fajar Hidayah, Aceh Besar.

Siti akhirnya juga ikut berhemat, menyisihkan beasiswa untuk bantu meringankan beban ekonomi orangtuanya.

“Kepada muzaki yang sudah bayar zakat, Siti ucapkan terima kasih. Semoga lebih banyak anak-anak lain seperti Siti dan keluarga Siti yang mendapatkan kesempatan ini,” ucap dia.

“Bisa sekolah, mengembangkan bakat, juga bantu orang tua,” kata Siti kala itu.

Siti beserta abang dan adiknya adalah tiga dari ribuan anak dari keluarga kurang mampu yang menerima beasiswa penuh Baitul Mal Aceh.

Sederet prestasi yang didedikasi untuk olahraga Aceh telah mengharumkan nama negeri ini. Namun kini Allah berkehendak lain, Feberlina menghadap Sang Khaliq di usianya ke-23 tahun.

Terima kasih Feberlina Nduru atas prestasi yang sudah diberikan kepada Kota Subulussalam dan Aceh!

Selamat jalan, Semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran. Aamiin.(*)

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved