PSI Respon Sindiran Megawati soal Orang Luar Jadi Ketum, Grace: Berharap Kaesang Jumpa Ketum PDIP

PSI respon sindiran Megawati soal orang luar jadi ketum pertai, Grace berharap Kaesang bisa Jumpa Ketum PDIP.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
Tribunnews
PSI respon sindiran Megawati soal orang luar jadi ketum pertai, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie berharap Kaesang bisa jumpa Ketum PDIP. 

SERAMBINEWS.COM - PSI respon sindiran Megawati Soekarnoputri soal orang luar jadi ketum,

Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie menyebut, pihaknya berharap Kaesang bisa berjumpa Ketum PDIP.

Diketahui baru-baru ini Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri menyebut tidak mungkin orang lain tiba-tiba bisa jadi ketua umum sebuah partai tanpa proses pemilihan.

"Gak mungkin orang lain itu tiba-tiba bisa jadi ketua umum,” ucap Megawati saat memberikan pidato penutupan Rakernas ke-IV PDIP di Kemayoran, Jakarta, Minggu (1/10/2023).

“Karena terus siapa yang mau milih kalau tiba-tiba orang luar yang dipilih. Dan itu melanggar AD/ART," tambahnya.

Baca juga: Megawati: Saya Bingung Bilang Pak Jokowi Petugas Partai, Katanya Terlalu Sombong

Baca juga: Kasus Kopi Sianida yang Menewaskan Mirna Jadi Dokumenter Netflix, Apa Kabar Jessica di Penjara?

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie mengatakan, semua partai punya mekanisme sendiri-sendiri.

"Itu kan internalnya PDIP masing-masing, kami hormati, kami hargai," kata Grace dikutip dari YouTube Kompas.com, Selasa.

"Semua partai punya mekanisme sendiri, punya value atau nilai-nilai sendiri. Jadi, ya gak masalah," tambahnya.

 

 

Sementara saat ditanya wacana pertemuan Ketum PSI Kaesang Pangarep dan Ketum PDIP Megawati, menurutnya komunikasi antar partai ini terus berproses.

"Komunikasi informal jalan terus, untuk pertemuan resmi kita akan mengeluarkan surat resmi, rasanya suratnya sudah dalam proses ya," kata Grace.

"Jadi dalam surat itu, tentunya kami berharap agar ketua umum kami mas bro Ketum Kaesang bisa berjumpa dengan ketua umum PDIP ibu Megawati," tambahnya.

Baca juga: Rumah Tangga Lebih Bahagia, Seksolog dr Boyke Ungkap Kuncinya, PASUTRI Cukup Lakukan 4 Hal Ini

Mengenai proses pertemuannya seperti apa, PSI menyerahkan hal tersebut kepada PDIP.

Selanjutnya mengenai peta politik dalam mendukung capres, PSI hingga saat ini belum menentukan waktu.

"Buat kami gak ada deadline sebenarnya karena kami kan partai pendukung bukan partai pengusung," ungkap Grace.

"Jadi buat PSI yang penting semuanya sudah lebih jelas, misalnya soal peta capres, peta koalisi, komitmen untuk melanjutkan program-program pak Jokowi," tambahnya.

Disebutkan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI itu, pihaknya tidak ingin terburu-buru dalam menentukan dukungannya ke sosok mana.

"Kalau itu semua sudah clear, kami akan juga datang dengan keputusan akhir. Kalau sekarang kan masih cair sekali," kata Grace.

"Kata pak Jokowi ojo kesusu, kami setuju," pungkasnya.

Baca juga: Jadi Menantu Pengacara Kondang Otto Hasibuan, Jessica Mila Akui Daster Adalah Pakaian Favoritnya

Baca juga: SOSOK Kades Sangrawayang yang Tolak Pandawara Bersihkan Pantai Loji, Tak Mau Nama Baik Desa Tercemar

Megawati Bingung Dikatai Sombong usai Sebut Jokowi Petugas Partai

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menyebut dirinya bingung saat bilang Jokowi petugas partai, namun dikatai terlalu sombong.

Hal itu diungkapkannya saat memberikan pidato penutupan Rakernas ke-IV PDIP di Kemayoran, Jakarta, Minggu (1/10/2023).

"Saya itu sampai bingung, lah kok saya bilang pak Jokowi petugas partai, kader, lho kok saya diomongkan," ucap Megawati dikutip dari tayangan Kompas TV, Minggu.

"Katanya terlalu sombong, itu adalah AD-ART di partai kita," tambahnya.

Menurut Ketum PDIP itu, bahkan dirinya sendiri merupakan petugas partai yang mandatnya diberikan melalui Kongres.

"Saya pun petugas partai lho," ucap Megawati.

"Ditugasi oleh Kongres Partai untuk menjadi, dipilih oleh kalian untuk bertanggung jawab sebagai ketua umum," tambahnya.

Dikatakannya, tidak mungkin menjadi ketua umum bila seseorang tidak dipilih dan ditugasi oleh para anggota partai.

"Saya pun kader, gak mungkin orang lain itu tiba-tiba bisa jadi ketua umum, terus siapa yang milih," kata Megawati.

"Nah bayangkan kalau kita tidak diberi kesempatan untuk menerangkan hal ini, dengan demikian sering kontradiktif," tambahnya.

Ketum PDIP itu mengatakan, betul bila presiden dipilih langsung oleh rakyat, namun mekanisme pengajuan nama sosoknya tetap dari partai.

"Ada yang mengatakan presiden itu dipilih oleh rakyat, iya betul," ucap Megawati.

"Tapi kalau tidak ada organisasi politiknya yang memberikan nama, itu kan sudah mekanismenya begitu, untuk dipilih," tambahnya.

Dia mencontohkan para kandidat bacapres lainnya seperti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto yang nama-namanya juga diajukan oleh partai, baru kemudian menjadi capres.

"Nah sekarang calon ada tiga, itu kan diberi nama oleh partai lain-lain, jadi harus ditata pikiran kita," pungkasnya.

Berita Lainnya: Kader Membelot dari Ganjar ke Prabowo, Politikus Senior Sebut PDIP Tak Goyah

Beberapa kader diduga mulai membelot dari mendukung Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto, Politikus Senior Andreas Hugo Pareira sebut PDIP tak goyah.

Hal itu disampaikan menanggapi Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko yang menemui langsung Prabowo dan memberi sinyal mendukung Ketum Gerindra itu sebagai capres 2024.

Menurutnya, walau kader diberi kebebasan namun harus menjaga disiplin pada kesepakatan putusan partai soal mendukung Ganjar jadi capres, dan itu tidak boleh ditawar lagi.

Meski demikian, Politikus Senior PDIP itu menyentil kalau pun ada yang membelot dari Ganjar ke Prabowo, partai banteng ini tidak akan goyah.

Kondisi saat ini menurutnya sangat menguji para kader apakah tetap solid dan setia, atau malah memilih jalan lain.

"Disiplin organisasi dalam situasi seperti ini dan itu akan teruji, partai tetap solid, partai tidak akan goyah hanya karena satu dua orang," ucap Andreas dikutip dari tayangan YouTube tvOneNews, Senin (24/7/2023).

Diakuinya, Budiman merupakan aktivis intelektual dan sudah dikenalnya sejak lama, baik secara pemikiran maupun sikap politik.

"Aktivis intelektual itu mereka mencari bentuk yang terbaik buat aktivitasnya," ungkap Andreas.

Meski demikian, menurutnya dalam sebuah organisasi, ada disiplin yang mesti diterapkan, termasuk dalam hal ini yang berlaku di PDIP.

"Karakter aktivisnya itu masih sangat kuat melekat pada Budiman, sehingga kadang-kadang disiplin dalam berbicara dan bersikap, muncul seperti hari-hari ini kita lihat," kata Andreas.

"Tapi buat partai tidak ada masalah dalam artian, itu proses filterisasi juga untuk melihat apakah kader partai yang disiplin atau tidak," tambahnya.

Prabowo Tak Suka Bajak Partai Lain

Sementara Ketua Prabowo Mania, Immanuel Ebenezer menanggapi tindakan sejumlah kader PDIP yang condong secara terang-terang menunjukkan dukungan ke Prabowo.

Pada prinsipnya, Ketum Partai Gerindra disebut sangat senang bila ada yang mendukungnya secara terang-terangan.

"Prinsipnya, dia sangat senang sekali siapa pun yang mendukung apalagi mendukung dengan jujur di depan publik," ungkap pria yang disapa Noel itu.

Kemudian ia membeberkan kalau tipikal Prabowo bukanlah sosok yang suka membajak partai lain, terutama jelang Pemilu.

"Kalau soal masuk partai atau apa, dia juga tipikalnya tidak mau membajak, apalagi pak Prabowo ini menganggap bu Mega ini seperti kakaknya sendiri," ungkap Noel.

"Kemudian PDIP ini partai kuat, partai kader, tidak mungkin juga sekelas pak Prabowo mau coba membajak partai lain, itu bukan tipenya pak Prabowo," tambahnya.

Sentil Adian Napitupulu soal Narasi Masa Lalu

Ketua Prabowo Mania itu juga mengkritik narasi yang selalu mengedepankan masa lalu, bukan tentang masa depan.

"Karena narasi bicara tentang masa lalu kan dari kader PDIP, teman saya Adian Napitupulu yang selalu bicara tentang penculikan dan sebagainya," kata Noel.

"Kayak kita-kita ini yang bicara masa depan yang sedikit miris. Kita kan mau bicara tentang gagasan, ayo bicara tentang gagasan," tambahnya.

Ketua Prabowo Mania itu mengajak ke depan partai politik agar lebih mengedepankan tentang ideologi, cita-cita dan gagasan.

"Kalau sekelas partai tidak bicara gagasan, tidak bicara tentang ideologi ya bukan partai namanya itu ormas," ungkap Noel.

"Partai itu adalah organisasi terbesar dari sebuah organisasi mana pun. Kalau partai tidak mampu memberi tawaran-tawaran besar buat bangsa ini ya jangan jadi partai," tambahnya.

Ketua Prabowo Mania itu juga menyebut kalau Ganjar tidak pantas menjadi presiden di tahun 2024 mendatang.

"Kan dari awal saya bilang, Ganjar itu pertama tidak punya gagasan, sombong dan angkuh. Dan itu berkali-kali saya sampaikan," ungkap Noel.

"Jadi, menurut saya gak pantas Ganjar untuk memimpin 2024," pungkasnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved