Bela Palestina, Tapi Mengapa Negara-Negara Arab Tak Mau Menampung Pengungsi Palestina?

Meski menyatakan membela Palestina, negara-negara Arab enggan menampung para pengungsi Palestina dari Gaza yang tengah diserang Israel.

Editor: Amirullah
AFP via BBC INDONESIA
Warga Palestina mengungsi setelah Israel menggempur Masjid Sousi di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. 

SERAMBINEWS.COM – Mengapa negara-negara Arab tak mau menampung pengungsi Palestina?

Padahal negara-negara Arab menyatakan membela Palestina.

Sebagai contoh, Mesir dan Yordania dengan tegas menolak memberikan tempat berlindung bagi warga Palestina.

Pada hari Rabu, (18/10/2023), Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi mengatakan perang yang dikobarkan Israel tidak hanya ditujukan untuk melawan Hamas. Menurutnya perang itu juga ditujukan untuk mendesak warga sipil Palestina berpindah ke Mesir.

El-Sissi mengklaim berpindahnya warga sipil itu bisa mengganggu perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Sementara itu, sehari sebelumnya Raja Yordania Abdullah II dengan tegas menolak menampung pengungsi Palestina.

“Tak ada pengungsi di Yordania, tak ada pengungsi di Mesir,” kata Abdullah dikutip dari Associated Press.

Penolakan kedua didasarkan pada kekhawatiran bahwa Israel ingin mengusir warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.

Di samping itu, perpindahan warga sipil juga dianggap akan membuat warga Palestina tak lagi meminta didirikannya negara untuk mereka.

El-Sissi juga menyebut eksodus secara besar-besaran bakal memunculkan risiko masuknya para militan ke Semenanjung Sinai di Mesir.

Apabila para militan itu melancarkan serangan dari Sinai, perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang sudah berlaku selama 40 tahun bisa hancur.

Sejarah eksodus besar-besaran

Pada tahun 1948 negara Israel didirikan dan memicu perang dengan negara-negara Arab.

Diperkirakan ada 700.000 warga Palestina yang terusir dari wilayah yang saat ini dikuasai Israel. Warga Palestina menyebut peristiwa memilukan itu sebagai nakba atau ‘malapetaka’.

Setelah perang berakhir, Israel menolak mengizinkan para pengungsi kembali ke rumah mereka.

Selain itu, Israel juga menolak permintaan warga Palestina untuk mengizinkan kembalinya para pengungsi sebagai bagian dari kesepakatan damai. Israel mengatakan hal itu akan mengancam mayoritas orang Yahudi di sana.

Gambar satelit selebaran milik Maxar Technologies yang diambil pada 18 Oktober 2023 ini menunjukkan dampak serangan terhadap rumah sakit Al-Ahli dan daerah sekitarnya di Kota Gaza, pada 17 Oktober 2023. Kelompok militan Palestina Hamas, yang menguasai wilayah tersebut , menuduh Israel berada di balik ledakan tersebut. Tentara Israel menyalahkan serangan roket yang gagal dilakukan sekutu Hamas, Jihad Islam, yang menggambarkan tuduhan itu sebagai
Gambar satelit selebaran milik Maxar Technologies yang diambil pada 18 Oktober 2023 ini menunjukkan dampak serangan terhadap rumah sakit Al-Ahli dan daerah sekitarnya di Kota Gaza, pada 17 Oktober 2023. Kelompok militan Palestina Hamas, yang menguasai wilayah tersebut , menuduh Israel berada di balik ledakan tersebut. Tentara Israel menyalahkan serangan roket yang gagal dilakukan sekutu Hamas, Jihad Islam, yang menggambarkan tuduhan itu sebagai "kebohongan". Baik laporan Israel maupun Palestina tidak dapat dikuatkan secara independen. (Citra satelit ©2023 Maxar Technologies / AFP) ()

Kemudian, pada tahun 1967 ketika Israel berperang melawan negara-negara Arab, Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza. Hal ini membuat lebih dari 300.000 warga Palestina mengungsi. Kebanyakan dari mereka pergi ke Yordania.

Kini para pengungsi beserta dengan keturunan mereka telah mencapai hampir 6 juta. Mereka tinggal di perkampungan di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah, dan Yordania.

Diaspora warga Palestina bahkan meluas hingga ke negara-negara di Teluk Persia dan ke negara-negara Barat.

Mesir takut sejarah eksodus itu akan kembali terjadi dan sebagian besar warga Palestina akan tetap tinggal di tempat pengungsian selamanya.

Perintah evakuasi

Beberapa hari lalu Israel meminta warga Palestina untuk mengevakuasi diri dari wilayah Gaza bagian utara. Israel diduga akan melancarkan serangan darat ke Gaza Utara.

Menurut Israel, warga Palestina akan dibolehkan kembali ke rumah mereka setelah perang berakhir.

Akan tetapi, el-Sissi tidak percaya akan pernyataan Israel itu. Dia mengataka perang antara Hamas dan Israel bisa berlangsung hingga bertahun-tahun.

El-Sissi kemudian mengusulkan Israel agar mengungsikan warga Palestina ke Gurun Negev hingga perang usai.

Mesir sendiri saat ini sudah menampung sekitar 9 juta pengungsi dan migran. Sebanyak 300.000 di antaranya adalah orang sudah yang menyelamatkan diri dari perang di negaranya.

Negara-negara Arab dan warga Palestina juga curiga bahwa Israel mungkin menggunakan kesempatan itu untuk memaksakan perubahan kependudukan secara permanen.

Ada pula kecurigaan bahwa Israel ingin membuat warga Palestina berhenti meminta didirikannya negara di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem bagian timur.

“Semua sejarah yang merujuk kepada fakta bahwa ketika warga Palestina dipaksa meninggalkan wilayah mereka, mereka tidak diizinkan kembali,” kata H.A. Hellyer, seorang pakar di Carnegie Endowment for International Peace.

Hellyer mengatakan Mesir tak ingin terlibat dalam pembersihan etnis di Gaza.

(Tribunnewswiki)


Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com

Baca juga: MASIH Ingat Kevin 2 Bulan Nikahi Mariana Tante-tante Usia 41? Kini Malah Disebut Durhaka oleh Ibunya

Baca juga: Krisis Palestina dan Empati Muslim Global

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved