Al-Farlaky Ungkap Kenapa Nelayan Aceh Kerap Terdampar ke Luar Negeri, Ternyata Ini Alasannya

Ketua Komisi I DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky SHi MSi mengungkap kenapa nelayan Aceh kerap terdampar ke luar negeri seperti India, Myanmar, Thailand.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Taufik Hidayat
YouTube Serambinews
Ketua Komisi I DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky SHi MSi (kiri) mengungkap kenapa nelayan Aceh kerap terdampar ke luar negeri seperti India, Myanmar, Thailand. Disampaikan dalam program Serambi Spotlight dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di Studio Serambinews.com, Selasa (31/10/2023). 

SERAMBINEWS.COM - Ketua Komisi I DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky SHi MSi mengungkap kenapa nelayan Aceh kerap terdampar ke luar negeri seperti India, Myanmar dan Thailand.

Secara garis besar menurutnya ada dua. Pertama yakni karena tidak disengaja akibat kesalahan teknis seperti mesin mati atau kehabisan bahan bakar.

"Beberapa kasus yang berbeda ini, tanpa disengaja," kata Al-Farlaky dalam program Serambi Spotlight dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di Studio Serambinews.com, Selasa (31/10/2023).

 

 

Ketua Komisi I DPRA itu menjelaskan, jika tidak terbukti menerobos batas laut negara lain secara disengaja, biasanya hanya dikenakan sanksi.

"Mampu meyakinkan petugas keamanan laut bahwa mesin rusak atau BBM habis, tidak sengaja tapi tanpa ikan, itu biasanya hanya dikenakan sanksi," jelas Al-Farlaky.

Baca juga: Empat Warga di Aceh Utara yang Dirawat Setelah Terhirup Bau Kondensat PGE Dipulangkan ke Rumahnya 

Baca juga: Pemerintah Aceh Raih Juara Kedua Kategori Reforma Agraria Terbaik Tahun 2021 - 2022

Kasus kedua yakni karena faktor memang disengaja memasuki wilayah negara lain mengingat beberapa tempat dikenal sebagai lumbung ikan.

"Namun kasus baru-baru ini ada yang disengaja berdasarkan putusan pengadilan, artinya nelayan kita memang sengaja melabuhkan pukat itu di perairan Thailand," ungkapnya.

"Kenapa ini sering terjadi, kenapa nelayan kita paling suka ke perairan Thailand, saya juga cek (ternyata) ikannya banyak katanya," tambah Al-Farlaky tertawa.

Kemudian berbeda negara juga diungkapkannya memiliki aturan yang berbeda.

Dia mencontohkan, kalau kasus di Myanmar itu jika nelayan Aceh tertangkap, maka yang bertanggung jawab adalah tekongnya, sementara ABK dilepas.

Baca juga: Perdana di Indonesia, KPI Aceh Sukses Ujicoba Peringatan Dini Bencana Melalui Siaran TV Digital

Baca juga: Datanya Dicuri Oknum Pegawai Bank Pelat Merah, Wanita Ini Syok Mendadak Ditagih Pajak Rp3 Miliar

Mirisnya, beberapa ABK asal Aceh merupakan anak-anak di bawah umur dari 17 tahun ke bawah.

"Masih anak-anak seperti kasus di Myanmar biasanya dikembalikan," ungkap Al-Farlaky.

"Usia 17 itu masih dianggap anak-anak, ada yang umur 15 tahun saya memfasilitasi pemulangan mereka sebanyak 8 orang, mereka sudah putus sekolah," tambahnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved