Perang Gaza

Kisah Abu Saher, Lelaki yang Mengkafani Jenazah di Gaza, Menangis Setiap Melihat Tubuh Anak-anak

Saya belum pernah mengalami masa sulit seperti ini dalam hidup saya,” kata al-Maghari sambil menyeka air mata dari janggut putihnya

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/al jazeera
Abu Saher al-Maghari, yang telah mengkafani jenazah di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa selama 15 tahun, mengatakan dia belum pernah melihat luka seperti yang dia lihat sekarang 

Tidak ada waktu untuk menangis

Al-Maghari percaya bahwa mendiskusikan dampak pekerjaan ini terhadap kesehatan mentalnya adalah sebuah “kemewahan” mengingat kondisi bencana yang dialami sektor kesehatan.

“Menghadapi banyaknya jenazah yang robek dan terbakar yang sebagian besar adalah anak-anak, memerlukan ketangguhan psikologis tingkat tinggi yang tidak dimiliki setiap manusia,” ujarnya.

“Saya menghadapi ujian nyata setiap hari. Tidak ada waktu untuk menangis atau putus asa pada saat yang sama, tetapi kita hanyalah manusia.”

Pekerjaan Al-Maghari dalam kondisi berbahaya ini tidak memberinya kesempatan untuk memikirkan keluarganya, yang tinggal di kamp pengungsi Nuseirat di pusat Kota Gaza.

“Seperti semua orang tua, saya mengkhawatirkan keluarga saya, tetapi saya hampir tidak bisa berkomunikasi dengan mereka atau merasa tenang,” kata ayah lima anak ini.

“Ketika saya kembali ke rumah, saya tidak dapat berbicara dengan keluarga saya sama sekali,” tambahnya. “Yang aku minta dari mereka hanyalah tinggalkan aku sendiri, meski mereka merindukanku. Itu di luar kendali saya.”

Ketika pemboman dan serangan darat Israel terus berlanjut, dia tahu ada kemungkinan bahwa serangan Israel dapat terjadi di wilayah yang lebih dekat dengan wilayahnya.

“Saya sering membayangkan anak-anak saya bisa menjadi korban yang saya kafani kapan saja,” kata al-Maghari. “Semua orang menjadi sasaran, tanpa kecuali.”(*)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved