Breaking News

Berita Aceh Besar

Kisah Guru MTsN 8 Aceh Besar Masuk Grand Final GTK Kemenag RI, Berawal dari Keterbatasan Media Ajar

Kondisi tersebut membuat ia tertantang untuk kreatif dan inovatif, dalam mengembangkan metode pembelajaran bahasa Arab dan memilih strategi dan media

|
Penulis: Indra Wijaya | Editor: Nurul Hayati
For Serambinews
Rahmadiani, Guru MTsN 8 Aceh Besar. 

Setahun kemudian, baru ibunya ikut pindah ke Jakarta untuk berkumpul bersama. 

Setelah tamat dari Madrasah Aliyah di Jakarta Selatan, anak ke-6 dari 7 bersaudara ini mengikuti UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan lulus di Universitas Negeri Jakarta.

”Alhamdulillah lulus juga di LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) di Salemba ketika itu. Namun karena padatnya kuliah di UNJ membuat saya harus memilih salah satu kampus, dengan berat hati berhenti kuliah di LIPIA pada semester kelima,” kata Rahma, Selasa (14/11/2023).

Selesai kuliah, pada tahun 2003 Ia mulai mengajar di SDIT Insan Rabbani, Bekasi Barat, Jawa Barat sebagai guru honorer pada sekolah tersebut. 

Baca juga: Kakanwil Kemenag Aceh Lantik 17 Pejabat Eselon III, Berikut Daftarnya

Sejak saat itulah, ia bergelut dengan dunia anak dan pendidikan.

Di sekolah itu, Rahma mengabdi selama 3 tahun, dan pada tahun 2012 Ia pindah tugas ke SMP Negeri 3 Bireuen selama 2 tahun.

“Pada tahun 2014 saya sangat bersyukur kepada Allah SWT, karena bisa berkumpul dengan keluarga kecil saya di Banda Aceh dan bertugas di MAS Luqman Al-Hakim, Aceh Besar selama 4 (empat) tahun satminkal di madrasah tersebut, dan masih mengajar sampai sekarang untuk mencukupi 24 JTM,” katanya.

Rahma dan keluarga kecilnya sempat merasakan masa sulit, ketika Allah mengujinya dengan terbakarnya rumah tempat tinggal mereka pada tahun 2016.

“Dalam sekejap semua sirna. Rumah yang sudah kami tempati baru 6 tahun, tiba-tiba sudah hitam bekas terbakar, rusak berat tak layak tempati lagi,” kisahnya.

Kemudian baru pada tahun 2018, Ia bertugas dan satminkal di MTsN 8 Aceh Besar sampai sekarang.

Saat bertugas di MTsN 8 Aceh Besar pada tahun 2018, Rahma menemukan beberapa hal, yaitu: kondisi kelas  kumuh, monotonnya pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran (konvensional), penggunaan media yang kurang variatif.

Sehingga pembelajaran sering disampaikan secara lisan saja, tanpa ada media pendukung yang dapat menarik minat peserta didik saat pendidik menjelaskan materi.

Tidak banyak media pembelajaran ditempel di dinding kelas, pendidik juga cenderung sebagai Teacher Centered, metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab serta penggunaan buku paket sebagai Lembar Kerja masih sering digunakan ketika menyampaikan materi. 

Baca juga: Penyuluh dan Pejabat Kemenag Pidie Kunjungi Lapas Kota Bakti

"Sehingga peserta didik cepat merasa jenuh, dan format penilaian yang biasa saja, menjadikan peserta didik tidak bersemangat mengerjakannya,” ungkapnya.

Kondisi tersebut membuat ia tertantang untuk kreatif dan inovatif, dalam mengembangkan metode pembelajaran bahasa Arab dan memilih strategi dan media yang tepat dan bervariasi untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved