Sosok
Dokter Ahli Saraf Endang Mutiawati Dikukuhkan Jadi Guru Besar di FK USK Banda Aceh, Ini Sosoknya
Pengukuhan gelar profesor itu berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh pada Kamis (16/11/2023) pagi ini.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dr. dr. Endang Mutiawati Sp. S(K), dokter senior yang juga sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh baru saja dikukuhkan sebagai guru besar bidang ahli saraf.
Pengukuhan gelar profesor itu berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh pada Kamis (16/11/2023) pagi ini.
Dokter Endang merupakan dokter ahli saraf yang aktif bertugas di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA).
Di tengah kesibukannya di unit pelayanan kesehatan, mantan Wakil Direktur Pelayanan RSUZA ini juga tetap mengabdikan diri di dunia pendidikan.
Hal itu semata demi mencerdaskan generasi penerusnya, khususnya di bidang kepakarannya yaitu bidang Nyeri.
Besar dan tumbuh di lingkungan kampus serta memiliki orangtua yang merupakan tenaga pengajar di perguruan tinggi, membuat wanita berusia 60 tahun ini sudah begitu cinta dengan dunia pendidikan.
“Orang tua saya bekerja sebagai dosen di Fakultas Teknik USK. (Sementara) saya memilih fokus di bidang kedokteran karena ingin pelayanan kesehatan menjadi lebih maju. Bertambahnya spesialis atau ahli-ahli kesehatan tentu akan menambah mutu dari pelayanan bidang ini," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di RSUZA.
Baca juga: Guru Besar di IAIN Langsa Bertambah, Kali Ini yang Dikukuhkan Prof Zulkarnaini, Bidang Ilmu Tafsir
Benar saja, setahun setelah Endang menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Diponegoro (1988), ia langsung diangkat sebagai dosen di USK.
Profesi ini juga yang mengantarkan Endang untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya dan pada 1992 Endang kembali ke Universitas Diponegoro untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf.
Tak cukup sampai disitu, dimulai 2008, Endang menghabiskan empat tahun waktunya di Yogyakarta untuk menyelesaikan program S3 di Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada.
Setelah meraih gelar doktor, pada 2013, dokter Endang langsung melanjutkan pendidikannya sebagai Konsultan Nyeri dan Nyeri Kepala.
Fokusnya pada bidang neurologi dengan subbidang nyeri ini juga yang mengantarkan sang dokter meraih gelar profesor di tempat dirinya mengajar, yaitu Fakultas Kedokteran USK.
"Dapatkan gelar ini susah, tapi lebih susah lagi setelah mendapatkannya," sebut dr Endang.
Ia mengatakan, pengukuhannya sebagai guru besar semakin membuat dirinya bersemangat mewujudkan keinginannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui jalur pendidikan.
Baca juga: UIN Ar-Raniry Tambah Lima Guru Besar, Ditetapkan dan Diangkat oleh Menteri Agama RI
Disamping itu, dokter Endang juga ingin mencerdaskan masyarakat tentang pengetahuan seputar nyeri yang berkaitan dengan saraf.
"Masyarakat sangat terbatas pengetahuannya soal nyeri. Sejauh ini sebagian masyarakat sudah tau secara superfisial, tidak dalam," ungkap dokter Endang.
"Nyeri ini ada yang mudah dipahami ada yang tidak. Yang mudah dipahami misal nyeri akibat terjepit pintu. Rasa nyerinya muncul di bagian tubuh yang kena. Nyeri jenis muncul sebagai sinyal ada jaringan saraf yang rusak," jelasnya.
Sementara jenis nyeri yang sulit dipahami yaitu nyeri yang muncul bukan karena kerusakan jaringan saraf, tetapi kerusakan pada serabut saraf yang menghantarkan nyeri dari tubuh ke otak.
"Nyeri jenis ini tidak jelas lokasinya. Tapi kita merasakannya, bisa sepanjang perjalanan aliran saraf. Dan rasanya itu samar-samar atau tidak tegas," imbuh dokter Endang.
Oleh masyarakat, lanjutnya, nyeri ini sering sekali diartikan sebagai nyeri biasa.
Sehingga masyarakat latah membeli obat-obatan umum yang biasa digunakan untuk mengatasi rasa nyeri.
"Karena ga sembuh-sembuh, dikonsumsi lagi.
Akhirnya muncul efek samping komplikasi, bisa ginjal, lambung, atau jantung," jelas mantan Kabid Kepala Bagian Neurologi FK USK itu.
Oleh sebab itulah, dr Endang sangat berkeingan untuk berbagi pengetahuannya seputar nyeri, meski diakuinya ada beberapa tantangan.
“Karena saya di bidang pendidikan, tentu saja saya akan meningkatkan pembelajaran seputar nyeri kepada para mahasiswa (Kedokteran), ini sudah terjadi. Selain itu penelitian seputar nyeri juga kita perbanyak, publikasi seperti buku untuk mahasiswa dan buklet untuk masyarakat awam juga diperbanyak,” pungkasnya.
Baca juga: Prof Sugianto Dikukuhkan Jadi Guru Besar FP USK, Begini Sosok dan Kisah Perjalanan Kariernya
Sosok Dokter Endang
Dokter Endang merupakan anak pertama dari pasangan alm. Dr. Ir. Haryoto, M.Eng dan Dra. Chadijah.
Meski lahir di Yogyakarta pada 13 Desember 1962, dokter Endang tumbuh dan besar di Kota Banda Aceh.
Pendidikannya mulai dari taman kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), juga ditempuh di wilayah Kutaradja.
dr Endang sejak kecil memang dikenal sebagai anak yang cerdas.
Di bidang akademik, ia selalu meraih juara di kelasnya. Sementara di bidang karir keprofesiannya, juga tak kalah banyak.
Saat dirinya menjabat sebagai wakil dekan bidang akademik FK USK, dr Endang berhasil membawa Fakultas tersebut meraih akreditasi A untuk pertama kalinya.
Sebagai seorang dokter yang bekerjadi rumah sakit, ia juga sempat dipercaya menduduki posisi penting, yaitu wakil direktur bidang pelayanan RSUZA periode 2018-2022.
Baca juga: UIN Ar-Raniry Tambah Lima Guru Besar, Ditetapkan dan Diangkat oleh Menteri Agama RI
Tak hanya di kampus dan rumah sakit, Endang juga sangat aktif dalam berbagai organisasi profesi.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Syaraf Indonesia (Perdossi) Cabang Aceh (2012-2020) dan Ketua 1 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Aceh (2011-2014).
Sementara saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) dan aktif sebagai anggota Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI.
Dokter Endang juga diketahui aktif melakukan penelitian serta mempublikasikan hasil penelitiannya itu ke dalam jurnal.
Puluhan artikelnya dipublis oleh berbagai jurnal nasional dan internasional bereputasi hingga prosiding konferensi. Maka tidaklah mengherankan jika ia dianugerahi berbagai penghargaan selama karirnya.
Perempuan ini pun sukses mendidik empat anaknya hasil dari pernikahannya dengan dr. Djeni Bijantoro, SpB, SpBA.
Tiga dari anak-anaknya juga mengikuti jejak kedua orangtuanya di bidang kedokteran.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
Ditangisi Murid Usai Dicopot Mendadak, Sosok Roni Ardiansyah, Guru Favorit Murid Kini Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Letda Feri Irawan, Mengabdi Lewat Khitan Gratis untuk Anak Kurang Mampu di Abdya |
![]() |
---|
Paras Cantik, Otak Cemerlang, Ini Sosok Anak Sri Mulyani yang Punya Keahlian Langka |
![]() |
---|
Putra Ulee Gle Jadi Kasat Lantas Polres Pidie, Ini Jejak Karier di Kepolisian |
![]() |
---|
Juliana Agani, Guru MTs Darul Ulum Raih Gelar Doktor di UIN Ar-Raniry |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.