CURHAT Pilu Guru SMP di NTT 10 Tahun Tak Digaji, Lukas Kolo Tetap Mengajar: Kini Tinggal di Pustaka

Meski belum mendapatkan bayaran dari pemerintah selama 10 tahun, Lukas Kolo tetap mengajar dan ikhlas berbagi ilmu pada muridnya.

Editor: Amirullah
Kompas.com / BangkaPos
Inilah sosok Lukas Kolo, guru di NTT yang tak digaji selama 10 tahun oleh pemerintah 


Di SMP Negeri Wini ini, Lukas bersama keluarganya sengaja tinggal di ruang perpustakan yang dialihfungsikan menjadi mes.

Hal tersebut demi menghemat biaya transportasi dari rumahnya di Bakitolas yang jaraknya sekitar 25 kilometer ke SMP Negeri Wini.

“Pulangnya kalau ada keperluan saja. Ya kadang satu bulan sekali. Yang menginap di mes ada tiga guru, termasuk saya,” ungkapnya.

Dia mengaku harus membuat alat peraga karena tak memiliki lab bahasa.

“Sejauh ini, kami hanya bisa pakai alat peraga. Kami kreatif sendiri untuk membuat gambar atau poster.

"Kami sediakan dan kami paparkan agar mereka tahu tentang apa,” tuturnya.


Hal yang sama juga dialami oleh teman sesama guru Lukas Kolo yakni Frederikus yang juga tak mendapatkan bayaran dari pemerintah.

Meski demikian, guru bahasa Inggris itu berusaha sabar dan ikhlas menyiapkan materi pembelajaran.

Saat praktik listening atau praktik mendengarkan percakapan Bahasa Inggris, Frederikus menggunakan speaker atau pengeras suara kecil yang disambungkan ke ponsel.

Frederikus mengungkapkan bahwa SMP Negeri Wini tak memiliki proyektor untuk mengajar.

Bahkan terkadang dirinya meminjam proyektor ke SD Katolik Wini yang tak jauh dari sekolahnya.

Inilah sosok Lukas Kolo, guru di NTT yang tak digaji selama 10 tahun oleh pemerintah
Inilah sosok Lukas Kolo, guru di NTT yang tak digaji selama 10 tahun oleh pemerintah (Kompas.com / BangkaPos)

“Kami kadang kalau mau pakai Infocus (merek proyektor) harus pinjam dari SD Katolik Wini. Karena kan mereka ada. Kalau ada pertemuan orang tua dan urgent, ya harus pinjam,” ujar Frederikus.

Di sisi lain, setiap guru harus membeli buku referensi tambahan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa.

“(Kalau ada tambahan belajar, guru) harus beli. Terkadang, buku referensinya disiapkan oleh guru, lalu mereka fotokopi,” ucap Guru Bahasa Indonesia, Aryance Paulina Thake Kolo.

Lukas pun meminta Pemerintah Indonesia memperhatikan tenaga pengajar di pelosok negeri yang jauh dari kata sejahtera.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved