Perang Gaza

Presiden Israel Bujuk Uni Emirat Arab Bantu Bebaskan Sandera yang Ditawan Hamas di Gaza

UEA dan Israel menikmati hubungan dekat, karena negara Teluk tersebut termasuk di antara negara-negara Arab yang

Editor: Ansari Hasyim
AFP/Amos Ben GERSHOM / GPO
Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan (kanan) melakukan pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog (kiri) di ibukota UEA, Abu Dhabi, Minggu (30/1/2022). 

SERAMBINEWS.COM - Presiden Israel Isaac Herzog mengunjungi UEA pada 30 November, di mana ia meminta bantuan Presiden negara tersebut, Mohamed bin Zayed (MbZ), dalam membebaskan tahanan yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

“Presiden mengimbau temannya Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan untuk menggunakan seluruh kekuatan politiknya untuk mempromosikan dan mempercepat kepulangan para sandera,” bunyi pernyataan yang dirilis oleh kantor media Herzog.

Baca juga: VIDEO Penampakan Puluhan Roket Al Qassam Banjiri Kota Tel Aviv Israel

Presiden Israel mengunjungi UEA untuk menghadiri KTT iklim PBB, COP28.

Ini merupakan perjalanan pertamanya ke luar Israel sejak Operasi Banjir Al-Aqsa dan pecahnya perang Gaza-Israel pada 7 Oktober.

UEA dan Israel menikmati hubungan dekat, karena negara Teluk tersebut termasuk di antara negara-negara Arab yang melakukan normalisasi dengan Tel Aviv sebagai bagian dari Perjanjian Abraham pada tahun 2020.

Abu Dhabi menuai kritik keras setelah pecahnya perang ketika mereka mengutuk operasi Hamas.

Kunjungan Herzog terjadi ketika gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan Gaza telah berakhir.

Pada awal tanggal 1 Desember, putaran pembebasan tahanan ketujuh diadakan.

Sejumlah tahanan dari kedua belah pihak telah dibebaskan selama tujuh hari terakhir.

Mediator gagal menemukan “formula” pembebasan yang melibatkan pria dan personel militer Israel, menurut Reuters.

Sebagai hasil dari tujuh pertukaran terakhir, kini terdapat sejumlah kecil perempuan dan anak-anak Israel yang ditahan oleh Hamas.

Kelompok perlawanan sejauh ini menolak perjanjian apa pun untuk memasukkan pria dan tentara Israel yang ditawan, karena mereka bertujuan untuk menggunakan mereka untuk kesepakatan pertukaran yang lebih luas yang akan menghasilkan pembebasan ribuan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Israel mengeluarkan pernyataan setelah dimulainya kembali pertempuran pada tanggal 1 Desember, menuduh Hamas melanggar perjanjian dengan tidak memenuhi “kewajibannya untuk membebaskan semua sandera wanita” dan dengan menembakkan roket.

Hamas mengumumkan pasukannya telah melanjutkan konfrontasinya dengan pasukan Israel yang menyerang di Gaza.

Qatar mengatakan bahwa dimulainya kembali pemboman oleh Israel telah mempersulit upaya mereka, namun mereka berupaya memperbarui perjanjian gencatan senjata.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved