Konflik Palestina vs Israel

Serangan Israel Berlanjut usai Gencatan Senjata, PBB: Neraka Dunia Telah Kembali ke Gaza

Juru Bicara OCHA, Jens Laerke, menegaskan pertempuran ini akan semakin memperburuk keadaan darurat kemanusiaan yang ekstrem di Gaza.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS/instagram
Sejumlah orang terluka tiba di Rumah Sakit Kamal Adwan menyusul penargetan sekelompok warga sipil di setelah gencatan senjata sementara berakhir. 

SERAMBINEWS.COM, GAZA - Badan Koodrinasi Masalah Kemanusiaan PBB (OCHA) menegaskan neraka dunia telah tiba di Gaza.

Berlanjutnya serangan Israel ke Gaza setelah gencatan senjata dengan Hamas usai memberikan kerusakan parah di wilayah tersebut berlanjut.

Pejabat kesehatan Gaza mengungkapkan bombardir Israel setelah gencatan senjata telah menewaskan 184 orang.

 
Selain itu, juga telah membuat sekitar 589 orang terluka, serta lebih dari 20 rumah hancur.

Juru Bicara OCHA, Jens Laerke, menegaskan pertempuran ini akan semakin memperburuk keadaan darurat kemanusiaan yang ekstrem di Gaza.

“Nereka di Bumi telah kembali ke Gaza,” kata Laerke dikutip dari Al-Jazeera, Jumat (1/12/2023).

Sementara itu, Bulan Sabit Palestina (PRCS) mengatakan pasukan Israel menginformasikan bahwa semua organisasi dan entitas yang mengoperasikan truk bantuan dilarang masuk sejak hari ini, hingga pemberitahuan lebih lanjut.

“Keputusan ini memperburuk penderitaan warga (sipil Palestina) dan meningkatkan tantangan yang dihadapi organisasi kemanusiaan, dan bantuan dalam meringankan kesulitan warha negara dan pengungsi akibat agresi yang sedang berlangsung,” bunyi pernyataan PRCS di media sosial X.

Di kesempatan berbeda, Kantor Media Pemerintah Gaza menyerukan kepada negara Arab dan negara Muslim untuk mendirikan rumah sakit lapangan untuk menyelamatkan puluhan ribu orang yang terluka.

Juru Bicara kantor tersebut, Salama Marouf mengatakan truk bantuan dalam jumlah besar juga sangat dibutuhkan.

 
Termasuk setidaknya satu juta liter bahan bakar per hari.


Marouf meminta sejumlah negara, termasuk anggota Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk datang dengan rencana penyelamatan darurat.

Selain itu, juga untuk menemukan solusi kemanusiaan untuk lebih dari 250.000 keluarga yang kehilangan rumahnya.

Baca juga: Media Ibrani: Netanyahu Berniat Habisi Warga Palestina di Gaza hingga Tersisa Sedikit Mungkin

Korban Tewas Warga Sipil Gaza Tembus 15.200 usai Israel Kembali Bombardir Gaza

Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan jumlah korban tewas dibunuh serangan Israel tembus 15.200 orang, 70 persen dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Angka tersebut diumumkan pada Sabtu (2/12/2023) oleh juru bicara kementerian, Ashraf al-Qidra, yang tidak memberikan rincian lebih lanjut, seperti dilaporkan Associated Press.

Sebelumnya, mereka melaporkan lebih dari 13.300 korban tewas. Al-Qidra tidak menjelaskan lonjakan tajam tersebut.

Namun, mereka hanya mampu memberikan pembaruan sporadis sejak 11 November, karena masalah konektivitas dan gangguan besar akibat serangan israel dan penyerbuan berbagai rumah sakit oleh pasukan Israel

Lebih dari 40.000 orang tercatat luka-luka, kata Al-Qidra.

Israel meningkatkan serangan yang baru setelah gencatan senjata seminggu dengan Hamas, memunculkan kekhawatiran baru tentang korban sipil, meskipun Amerika Serikat (AS) mendesak Israel melakukan segala yang mungkin untuk melindungi warga sipil.

“Ini akan menjadi sangat penting ke depannya," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hari Jumat usai pertemuan dengan menteri luar negeri Arab di Dubai, mengakhiri tur Timur Tengah ketiganya sejak perang dimulai. "Ini adalah sesuatu yang akan kita perhatikan dengan sangat cermat.”

Banyak serangan Israel pada hari Sabtu difokuskan di daerah Khan Younis di selatan Gaza.

 Militer Israel mengatakan telah menyerang lebih dari 50 target Hamas dengan serangan udara, tembakan tank, dan angkatan laut.

 
Militer menjatuhkan selebaran sehari sebelumnya yang memperingatkan penduduk untuk pergi. 

Tetapi, pada Jumat malam, tidak ada laporan tentang banyaknya orang yang pergi, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Tidak ada tempat untuk pergi,” keluh Emad Hajar, yang melarikan diri dengan istri dan tiga anaknya dari kota utara Beit Lahia sebulan yang lalu untuk mencari perlindungan di Khan Younis.

“Mereka mengusir kami dari utara, dan sekarang mereka mendorong kami untuk meninggalkan selatan.”

Militer Israel juga mengatakan melakukan serangan di utara dan mengenai lebih dari 400 target di seluruh Jalur Gaza.

Sebagai respons terhadap desakan AS untuk melindungi warga sipil, militer Israel merilis peta online. Tetapi, alih-alih membantu, peta itu disebut justru makin membuat bingung.

Peta itu membagi Jalur Gaza menjadi ratusan petak berlabel, kadang-kadang melintasi jalan atau blok, dan meminta penduduk untuk mempelajari nomor lokasi mereka jika evakuasi diperlukan nanti.

“Publikasi itu tidak menyebutkan di mana orang harus dievakuasi,” catat kantor PBB yang mengoordinasikan masalah kemanusiaan di wilayah Palestina dalam laporannya. 

“Tidak jelas bagaimana mereka yang tinggal di Gaza akan mengakses peta tanpa listrik dan di tengah pemadaman telekomunikasi yang berulang.”

Dalam penggunaan pertama peta untuk memerintahkan evakuasi, Avichay Adraee, juru bicara militer Israel dalam bahasa Arab, menentukan area di utara dan selatan yang harus dikosongkan pada hari Sabtu dalam unggahan di Twitter atau X. 

Adraee mencantumkan zona-zona bernomor di bawah perintah evakuasi. Tetapi, area yang disorot pada peta yang terlampir dengan unggahannya tidak sesuai dengan zona bernomor.

Mesir menyatakan kekhawatiran bahwa serangan terbaru Israel terhadap Gaza dapat menyebabkan warga Palestina mencoba menyeberang ke wilayahnya. Dalam pernyataan pada Jumat malam, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pemindahan paksa Palestina adalah "garis merah".

Baca juga: VIDEO Media Israel Sebut Rencana Pemindahan Warga Gaza ke Empat Negara Telah Disetujui Amerika


Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang berada di Dubai pada hari Sabtu untuk konferensi iklim COP28, diharapkan akan menguraikan proposal dengan pemimpin-pemimpin regional untuk "menempatkan suara-suara Palestina di pusat" perencanaan langkah-langkah berikutnya untuk Jalur Gaza setelah konflik, menurut Gedung Putih.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah menekankan perlunya solusi dua negara pada akhirnya, dengan Israel dan negara Palestina hidup berdampingan.

Ketegangan yang diperbarui juga meningkatkan kekhawatiran untuk 136 sandera yang, menurut militer Israel, masih ditahan oleh Hamas dan kelompok militan lainnya setelah 105 dibebaskan selama gencatan senjata.

Bagi keluarga sandera yang tersisa, runtuhnya gencatan senjata adalah pukulan bagi harapan agar orang-orang tercinta mereka bisa menjadi yang berikutnya setelah melihat orang lain dibebaskan selama beberapa hari.

Pada Jumat, tentara Israel mengumumkan mereka telah memastikan kematian empat sandera tambahan, membawa total yang diketahui meninggal menjadi tujuh orang. Hamas mengatakan sandera Israel yang tewas adalah akibat serangan Israel sendiri.

Selama gencatan senjata, Israel membebaskan 240 warga Palestina dari penjara-penjaranya. Sebagian besar yang dibebaskan dari kedua belah pihak adalah perempuan dan anak-anak.

Perang dimulai setelah serangan Hamas dan kelompok militan lain pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, di selatan Israel dan menahan sekitar 240 orang.

Setelah berakhirnya gencatan senjata, milisi di Gaza melanjutkan penembakan roket ke Israel, dan pertempuran pecah antara Israel dan milisi Hizbullah yang beroperasi di sepanjang perbatasan utara dengan Lebanon.

 

Perintah Penghentian Masuknya Bantuan Kemanusiaan
 
Ratusan ribu orang melarikan diri dari utara Gaza ke Khan Younis dan bagian lain di selatan awal perang, sebagai bagian dari eksodus massal yang luar biasa dan membuat tiga perempat populasi mengungsi dan menghadapi kelangkaan pangan, air, dan pasokan lainnya.

Sejak dilanjutkannya pertempuran, tidak ada konvoi bantuan atau pengiriman bahan bakar yang masuk ke Gaza, dan operasi kemanusiaan di dalam Gaza sebagian besar terhenti, menurut PBB.

Komite Penyelamatan Internasional atau IRC, kelompok bantuan yang beroperasi di Gaza, memperingatkan kembalinya pertempuran akan “menghapuskan bahkan bantuan minimal” yang dapat dikirimkan karena ada gencatan senjata dan “akan menghasilkan bencana bagi warga sipil Palestina.”

Hingga gencatan senjata dimulai, lebih dari 13.300 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, sekitar dua pertiga di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.

Jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi, karena pejabat hanya sesekali memperbarui data sejak 11 November. Kementerian mengatakan ribuan orang lain dikhawatirkan tewas di bawah reruntuhan.

Israel mengatakan mereka menargetkan personel Hamas dan menyalahkan korban sipil pada Hamas, menuduh mereka beroperasi di lingkungan perumahan.

 Israel mengatakan 77 tentaranya tewas dalam serangan darat di utara Gaza. Mereka mengeklaim telah membunuh ribuan milisi tanpa memberikan bukti.

 

Baca juga: Banda Aceh Raih Juara Umum MTQ Ke-36 di Simeulue, Ketua DPRK Ucapkan Selamat

Baca juga: Kasus Penganiayaan Rinoa Aurora dan Leon Dozan Berakhir Damai, Sang Ibu Ungkap 3 Poin Kesepakatan

Baca juga: Harga Emas Hari Ini Dibuka Dengan Angka Tinggi, Segini Rincian Harga Emas Minggu 3 Desember 2023


 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved