Pengungsi Rohingya Terus Bertambah di Aceh, Mahfud MD: Dia Enggak Mau Keluar Lagi dari Indonesia

Mahfud menjelaskan, para pengungsi tersebut sejatinya hanya transit di Indonesia sebelum ke tempat tujuannya.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS
Rohingya-Seratusan warga Rohingya berada di halaman depan rumah warga di Gampong Lhok Mambang, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, diberi makan dan minum oleh pemerintah gampong setempat, Minggu (19/11/2023) dinihari. SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD mengatakan, pihaknya sedang mencari jalan keluar mengenai pengungsi Rohingya yang terus bertambah datang ke Indonesia.

Sebab, hingga kini pengungsi Rohingya yang datang ke tanah air terus bertambah, yakni 1.478 orang.

"Kita sedang mencari jalan keluar tentang ini; satu, mengenai kebutuhan domestik kita Indonesia di mana pun. Kedua, juga mengenai kemanusiaan," kata Mahfud saat ditemui di iNews Tower, Jakarta, Selasa (5/12/2023) malam.

Mahfud menjelaskan, para pengungsi tersebut sejatinya hanya transit di Indonesia sebelum ke tempat tujuannya.

"Biasanya mau transit buat ke Australia. Tapi dia berhenti di Indonesia dan enggak mau keluar lagi," ujarnya.

Sementara saat ini, kata Mahfud MD, warga Indonesia seperti di Aceh, Sumatera Utara, Riau keberatan dengan pengungsi Rohingya tersebut.

"Orang-orang lokal, orang Aceh, Sumatera Utara, Riau itu beliau sudah keberatan ditambah terus, 'karena kami juga miskin kenapa ini terus ditampung tapi gratis terus?" ucap Mahfud.

Mahfud menegaskan, pengungsi Rohingya tidak terikat dengan Indonesia.

Sebab, Indonesia tidak menandatangani United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

 UNHCR adalah organisasi internasional yang berdiri dibawah United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Organisasi ini bertujuan melindungi, memberikan bantuan, dan menangani orang-orang yang harus meninggalkan rumah mereka karena konflik dan diskriminasi.

Karenanya, Mahfud menerangkan bahwa Indonesia menerima pengungsi Rohingya karena kemanusiaan saja.

Sebab, negara-negara lain seperti Malaysia, Australia hingga Singapura tidak menerima mereka.

"Kita tidak terikat itu, karena tidak menandatangani UNHCR itu, kita hanya kemanusiaan, cuma negara-negara lain itu sudah menutup," ungkap Mahfud.

Baca juga: ‘Tak Ingin Terjadi Hal di Luar Kendali’ Pemko Sabang Desak Pengungsi Rohingya Keluar dari Pulau Weh

Alasan Pengungsi Rohingya Kabur dari Bangladesh Menuju Aceh Padahal Dijatah Makan Rp124 Ribu Sehari

Pengungsi Rohingya yang ditempatkan di kamp-kamp wilayah timur Bangladesh memutuskan meninggalkan daerah tersebut dan menuju Aceh, Indonesia.

Dikutip dari Serambi, para pengungsi mengeluhkan meningkatnya kekerasan geng, kurangnya lapangan pekerjaan dan sekolah, serta terbatasnya jatah makanan. 

Program Pangan Dunia PBB, sumber utama bantuan pangan bagi para pengungsi, memotong nilai uang bulanan di kamp-kamp pada Juni 2023, untuk kedua kalinya tahun ini, menjadi rata-rata USD 8 per orang atau Rp124 ribu.


Badan itu telah menyalahkan kurangnya dukungan para donatur.

“Semua hal ini mendorong orang-orang Rohingya untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya,” kata Mohammed Rezuwan Khan, seorang pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp.

Dia mengatakan bahwa saudara perempuan dan keponakannya melarikan diri dari kamp dengan perahu tahun lalu, menuju Indonesia, dan mereka semua tahu risikonya.

“Tetapi ketika orang-orang tidak punya pilihan lain, ketika orang tidak dapat melakukan perjalanan dengan paspor seperti orang-orang lain di dunia,”

“ketika orang-orang tidak memiliki harapan untuk kembali ke Myanmar dalam waktu dekat dalam beberapa tahun mendatang,”


“ketika orang-orang mengalami banyak penderitaan di kamp pengungsian, maka perjalanan tersebut menjadi pilihan terakhir dan tidak dapat dibatalkan,” kata Khan.


 “Ini seperti melempar koin. Kami akan bertahan atau kami akan mati” ujarnya.

Kondisi di darat dan di laut juga mengubah penumpang dan tujuan kapal.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya perahu-perahu tersebut kebanyakan mengangkut laki-laki dan gadis perempuan, kini lebih banyak keluarga yang bepergian bersama dan membawa anak-anak. 

Menurut angka UNHCR, 1 dari 5 penumpang pada tahun 2022 adalah anak-anak, namun sepanjang tahun ini hampir sepertiganya.

Juru bicara UNHCR, Babar Baloch dan Chris Lewa dari Arakan Project, mengatakan hal itu juga merupakan akibat dari meningkatnya keputusasaan di kamp-kamp pengungsian.

“Karena mereka tidak melihat masa depan (keluarga) mereka di kamp – pelanggaran hukum, ketidakamanan, kurangnya pendidikan,” kata Lewa. 

“Tetapi di antara berbagai alasan orang meninggalkan kamp, ​​kami mendengar alasan nomor satu adalah pengurangan makanan,” paparnya.

Sementara itu, jauh lebih banyak kapal, sekitar 60 persen, yang berangkat ke Indonesia dibandingkan tahun 2022 yang hanya 22 persen, menurut data UNHCR. 

Baloch dan Lewa mengatakan hal ini karena pada dasarnya saat ini hanya negara di sepanjang rute perjalanan mereka yang masih bersedia menerima mereka.

Baca juga: Fakta-fakta Pengungsi Rohingya: Larikan Diri dari Bangladesh, Satu Orang dapat Rp 124 Ribu per Hari

Pecahkan rekor

Jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kamp pengungsi di Bangladesh tercatat memecahkan rekor pada tahun ini.

Menurut data Badan urusan Pengungsi PBB (UNHCR) tercatat pengungsi Rohingya yang melarikan diri melintasi Laut Andaman dengan perahu sebanyak 3.722 orang hingga November 2023.

Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2022 lalu.

UNHCR menghitung ada 3.705 orang Rohingya yang melakukan perjalanan laut sepanjang tahun 2022, yang merupakan jumlah terbanyak sejak tahun 2015.

Hampir 1 juta etnis Rohingya, minoritas Muslim dari Myanmar, kini tinggal di kamp-kamp pengungsi yang luas di Bangladesh timur. 

Sebagian besar dari mereka lari dari Myanmar pada tahun 2017 karena terjadi, apa yang disebut PBB sebagai, genosida oleh militer Myanmar.

Mereka yang melarikan diri dari kamp dengan perahu mencoba menyeberangi Laut Andaman menuju Malaysia atau Indonesia, kedua negara itu merupakan negara mayoritas Muslim. 

Dipindahkan ke halaman warta kota

139 pengungsi Rohingya yang terdampar di Pantai Gampong Keuramat Kecamatan Sukajaya Kota Sabang pada Sabtu (2/12/2023) dini hari dipindahkan warga.

Warga memindahkan pengungsi Rohingya tersebut halaman Wali Kota Sabang.

Pengungsi tersebut sebelumnya ditempatkan di lahan kosong milik BPKS yang berada di Gampong Balohan.

"Sekitar pukul 12.00 WIB siang ini mereka tiba di depan kantor Wali Kota Sabang, di bawak menggunakan 4 mobil dari gampong Balohan. Setelah kemarin malam mereka istirahat di lahan yang sudah di sediahkan oleh pemerintah di gampong tersebut," ujar Rahmat, warga setempat.

Hingga saat ini, belum ada keputusan dari pemerintah daerah terkait untuk rencana pemindahan.

Masih berdatangan di Bulan Desember

Komisariat Tinggi PBB urusan Pengungsi (UNHCR) memperingatkan lebih banyak lagi pengungsi Rohingya yang mendarat pada bulan Desember ini.

Hal itu diungkapkan oleh juru bicara UNHCR, Babar Baloch dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Voice of America (VOA).

Ia mengatakan, Desember menjadi musim berlayar tahunan, sehingga perairan di Laut Andaman relatif tenang.

Hal inilah yang kemungkinan akan dilakukan oleh pengungsi Rohingya di Bangladesh melakukan pelayaran ke Indonesia atau Malaysia.

Dikatakannya, jumlah pengungsi Rohingya yang tiba tahun ini bisa, atau kemungkinan besar, akan terus meningkat.

“Kami tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada bulan Desember, tapi jika kita melihat tahun lalu, 2022, tiga bulan terakhir adalah tersibuk,” kata Babar Baloch.

Laporan VOA menyebutkan bahwa, para pengungsi yang terdampar di Aceh baru-baru ini umumnya mereka yang kabur dari kamp pengungsi di Bangladesh.

Jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Bangladesh pada tahun ini jumlahnya tertinggi dan telah melampau dari jumlah tahun 2022.

UNHCR dalam sebuah pernyataannya mengatakan bahwa kapal Rohingya yang baru terdampar di Kota Sabang, Aceh pada Sabtu (5/12/2023) dini hari membawa sekitar 150 orang Rohingya.

“Hal ini menjadikan jumlah total warga Rohingya yang melarikan diri melintasi Laut Andaman dengan perahu menjadi 3.722 orang sepanjang tahun ini, menurut UNHCR,” laporan VOA, dikutip Serambinews.com, Selasa (5/12/2023).

Dalam pernyataannya, UNHCR mengatakan pihaknya juga menerima beberapa laporan mengenai dua kapal lagi yang masih dalam pelayaran, dengan total penumpang sekitar 400 orang.

Mereka masih terkatung-katung di Laut Andaman dengan kondisi kapala mengalami kerusakan mesin.

“UNHCR menghitung ada 3.705 orang Rohingya yang melakukan perjalanan laut sepanjang tahun 2022, yang merupakan jumlah terbanyak sejak tahun 2015,” laporan media itu.

 

Baca juga: Kisah di Balik Berdirinya Tugu Abel Tasman di Gunung Marapi Sumbar, Tempat Terakhir Yashirli Amri

Baca juga: Erdogan: Kejahatan Perang dan Kejahatan Kemanusiaan Israel di Gaza Harus Dipertanggungjawabkan

Baca juga: Hamas Klaim Tewaskan 10 Tentara Israel di Gaza, 50 Warga Palestina Terbunuh dalam Serangan Israel

 

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengungsi Rohingya Terus Bertambah, Mahfud MD: Dia Berhenti di Indonesia dan Enggak Mau Keluar Lagi

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved