Berita Banda Aceh

Banyak Akun Media Sosial Sebarkan Disinformasi Tentang Rohingya, Masyarakat Diminta Tabayyun

masyarakat harus selalu ingat dengan perintah Allah SWT untuk melakukan Tabayyun, yakni mencari kejelasan dari setiap informasi yang didapatkan.

Editor: Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM/TM FARIZI
Protection Associate UNHCR Faisal Rahman (kanan), Sejarawan Muslim Nicko Pandawa SHum (dua kanan), Pembina Majelis Talim Al-Mukminun Dr Yusrizal Zainal MSi (tiga kanan) menjadi narasumber dalam acara Islamic Civilization in Malay Archipelago Forum (ICOMAF) Edisi 23 yang di pandu oleh Firza Kutaraja di Aula Hotel Masjid Oman Al-Makmur, Banda Aceh, Sabtu (9/12/2023) malam. 

Laporan TM Farizi | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sejarawan Muslim yang juga influencer, Nicko Pandawa SHum mengatakan, banyak akun media sosial yang saat ini genjar menyebarkan disinformasi atau informasi salah tentang Rohingya.

Salah satu yang disinformasi yang disebarkan yakni pengungsi Rohingya melakukan demo penuntutan hak atas tanah di Malaysia. Padahal itu adalah aksi demonstrasi yang dilakukan di depan Kedutaan Besar Myanmar di Malaysia.

“Itu tahun 2017 ketika Junta Militer Myanmar membantai habis-habisan orang-orang Rohingya di Arakan,” ujarnya menjadi narasumber dalam acara Islamic Civilization in Malay Archipelago Forum (ICOMAF) Edisi 23 di Aula Hotel Masjid Oman Al-Makmur, Banda Aceh, Sabtu (9/12/2023) malam.

Karena itu, lanjut dia, masyarakat harus selalu ingat dengan perintah Allah SWT untuk melakukan Tabayyun, yakni mencari kejelasan dari setiap informasi yang didapatkan.

Sementara itu, Protection Associate UNHCR Faisal Rahman dalam acara tersebut mengungkapkan kondisi Cox's Bazar, tempat bernaungnya hampir 1 juta pengungsi Rohingnya di Bangladesh.

Baca juga: BREAKING NEWS – Seratusan Rohingya Kembali ke Kantor Gubernur Aceh, Ditolak Warga di Saree

Ia mengatakan, pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar masih tinggal dalam tenda-tenda dan potensi masalah yang kian meninggi di kawasan tersebut.

Hal inilah yang mendorong naluri pengungsi Rohingya untuk mencari tempat penghidupan yang layak dengan mempertaruhkan nyawanya mengarungi lautan.

Faisal menegaskan, ketika etnis Rohingya mengungsi ke Cox’s Bazar dari Myanmar, UNHCR segera melakukan pendataan dan memberi status sebagai pengungsi.

“Saat mereka mendarat di Indonesia, (muncul pertanyaan) ‘kok sudah ada kartu UNHCR’. Kan begitu isunya?. Nah saat pemberian status pengungsi, status tersebut tidak akan pernah hilang kecuali dia dapat kembali ke negaranya,” jelasnya.

Dia menjelaskan, kartu UNHCR merupakan satu-satunya identitas yang dimiliki pengungsi Rohingya.

Sehingga ketika dia bergerak ke mana pun, kartu tersebut menjadi pegangannya sebagai identitas diri.

Baca juga: Balada Pengungsi Rohingya Terkatung-katung di Kantor Gubernur Aceh, UNHCR Belum Terlihat

Adapun sebaran pengungsi Rohingya, menurut Faisal, tidak hanya di Cox’s Bazar saja. Melainkan di Thailand sebanyak 65 ribu pengungsi, Malaysia 150 ribu, India 20 ribu, dan di Indonesia hanya seribuan orang.

Disisi lain, Pembina Majelis Talim Al-Mukminun, Dr Yusrizal Zainal MSi mengungkapkan, etnis Rohingnya memiliki permasalahan yang cukup kompleks, sehingga kehidupan mereka tidak seberuntung seperti orang lainnya.

“Junta militer Myanmar membantai mereka sehingga membuat mereka harus pergi ke Bangladesh. Tetapi di Bangladesh mereka juga tidak dalam kondisi baik, ada geng-geng yang melakukan pengancaman dan pembunuhan terhadap mereka,” paparnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved