Info Kesehatan Aceh

Kasus Difteri di Aceh Meningkat

“Setiap tahun ada kasus difteri yang meninggal di Aceh, dan kenaikan kasusnya signifi - kan. Sekitar 10 persen dari jumlah kasus difteri itu meninggal

|
Editor: IKL
DOK HUMAS PEMERINTAH ACEH
TINJAU VAKSINASI - Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Ayu Marzuki meninjau kegiatan Bakti sosial pelayanan kesehatan bergerak daerah terpencil perbatasan dan kepulauan (DTPK) sekaligus meneteskan vaksin polio ke mulut anak-anak di Gampong Saney, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, Senin (26/12/2022). 

SERAMBINEWS.COM, DIFTERI, penyakit menular yang disebabkan oleh corynebacterium diphteriae masih menjadi momok menakutkan di masyarakat. 

Penyakit yang bisa menyerang orang-orang dari segala usia ini tersebar melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Bahkan, infeksi serius dengan komplikasi dapat mengancam jiwa, terutama anak-anak. 

Di Provinsi Aceh, kasus difteri meningkat secara signifi - kan. Tercatat pada tahun 2021 terdapat 17 kasus dan tahun 2022 naik menjadi 30 kasus, kini hingga November 2023 sudah terjadi 33 kasus difteri di Aceh. 

Sayangi Buah Hati Anda
Sayangi Buah Hati Anda 

Sayangnya, rata-rata sekitar 10 persen dari jumlah pasien yang dirawat tersebut tak bisa diselamatkan. Demikian diungkapkan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, dr Iman Murahman MKM saat diwawancarai pada Rabu (13/12/2023). 

Menurut Iman, kasus difteri yang didominasi anak-anak ini kini semakin meningkat dan merata di kabupaten/kota. Rata-rata, anak yang terserang difteri dari usia 1-4 tahun, 5-9 tahun, dan 10-14 tahun. 

Penyakit ini memiliki gejala awal meliputi demam atau tanpa demam, infeksi di tenggorokan, ada kemerahan di faring, leher membengkak, hingga terdapat selaput putih keabuan yang bisa menutup setengah rongga tenggorokan. 

Disebutkan, sejumlah upaya sudah dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh untuk mencegah difteri, di antaranya dengan melakukan imunisasi ke sekolah- sekolah, namun sebagian besar menolak imunisasi. 

Baca juga: Apa Itu Penyakit Difteri?

“Setiap tahun ada kasus difteri yang meninggal di Aceh, dan kenaikan kasusnya signifi - kan. Sekitar 10 persen dari jumlah kasus difteri itu meninggal. Imunisasi adalah cara pencegahan yang mungkin dilakukan,” ujar dr Iman Murahman MKM.

Iman melanjutkan, terkadang penolakan terhadap imunisasi ini tak beralasan. Ada orang tua yang masih mempertanyakan kehalalan vaksin, namun sebagian besar menolak imunisasi karena takut efek sampingnya. 

“Seperti demam setelah disuntik, dan bengkak di tempat suntikan. Padahal ini reaksi yang lumrah terjadi. Ini tidak membahayakan,” jelasnya. Ditambahkan, Dinkes Aceh selama ini telah melakukan deteksi dini. 

Terhadap yang terjangkit difteri diberikan anti difteri serum (ADS), antibiotik, konsul ke Dokter Spesialis Anak, THT, dan Jantung. “Pasien tersebut biasanya dirawat di ruang terpisah di rumah sakit, agar tidak menular ke yang lainnya,” kata dia. 

Sementara terhadap orang yang memiliki kontak erat dengan pasien harus diperiksa dengan mengambil swab tenggorokan lalu dikirim ke laboratorium Jakarta. 

Orang terdekat dengan pasien juga harus diberikan antibiotik dan mendapat imunisasi dengan 3 dosis. “Inilah yang menjadi tantangan, karena imunisasi itu ditolak masyarakat,” sambung Iman. 

Iman Murahman menjelaskan, fase paling berbahaya bagi pasien difteri ialah saat timbul selaput putih keabuan yang menutup saluran napas. Dokter bisa menciptakan saluran napas buatan di leher pasien yang menembus trakea, namun ada komplikasi serius yang bisa timbul. 

“Kalau pun pasien bisa bertahan, di fase ini, bisa komplikasi dengan infeksi pembungkus jantung, gagal fungsi ginjal, dan kejang otot. Jadi ini sangat melelahkan,” timpalnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved