Info Kesehatan Aceh

Kasus Difteri di Aceh Terus Meningkat, Penyebabnya Karena Rendahnya Cakupan Imunisasi pada Bayi

Selain itu, rendahnya cakupan imunisasi juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang terjangkit wabah difteri dan memperluas penyebaranny

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
DINAS KESEHATAN ACEH
Pemberian imunisasi lengkap pada anak untuk mencegah difteri. 

SERAMBINEWS.COM - Tren kasus difteri di Aceh seiring tahun terus mengalami peningkatan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat, pada 2021, ada sebanyak 17 kasus difteri yang terjadi di Aceh.

Dari 17 kasus tersebut, 1 diantaranya dilaporkan meninggal dunia.

Jumlah kasus difteri meningkat cukup signifikan pada 2022.

Pada 2022, sebanyak 30 orang dilaporkan terkena difteri dengan tiga kematian sepanjang 2022.

Lalu pada tahun ini, dilaporkan ada 3 kenaikan kasus, dimana total kasus difteri yang dilaporkan hingga November 2023 sebanyak 30 kasus. Dua orang dilaporkan meninggal dunia.

Sebanyak 33 kasus tersebut tersebar di beberapa wilayah, dimana Aceh Utara menjadi kabupaten tertinggi dengan 6 kasus, disusul Aceh Besar dan Banda Aceh sebanyak 5 kasus serta Bireuen 4 kasus.

Sementara angka kematian, masing-masing dari Aceh Utara dan Aceh Jaya meninggal satu orang karena difteri.

Untuk diketahui, difteri merupakan penyakit menular yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit.

Baca juga: Apa Itu Penyakit Difteri?

info grafis data kasus difteri dinkes Aceh
Data kasus difteri di Aceh yang semakin meningkat seiring tahun.

Seseorang yang menderita difteri juga berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam nyawa.

Difteri juga merupakan penyakit yang sangat menular, yang penyebarannya bisa melalui batuk, bersin, atau luka-luka terbuka.

Penyakit difteri menyerang orang-orang dari segala usia.

Namun penderita difteri lebih banyak menjangkiti anak-anak usia di bawah 15 tahun dan sering dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah.

Selain itu, rendahnya cakupan imunisasi juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang terjangkit wabah difteri dan memperluas penyebarannya.

Hal inilah yang diyakini menjadi faktor meningkatnya temuan kasus difteri di Aceh.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Aceh, dr Munawar, SpOG (K) mengatakan, penyebab terjadinya peningkatan kasus difteri tahun ini karena rendahnya imunisasi pada bayi baru lahir.

Alasan para orang tua umumnya karena dampak vaksin saat imunisasi menyebabkan anak demam tinggi dan sakit.

"Padahal demam setelah vaksin itu bagus, artinya ada reaksi dalam pembentukan imun tubuh," jelas dr Munawar saat ditemui ditemui di ruangannya, Senin (11/12/2023).

Baca juga: Rentan Menyerang Anak-Anak, Kenali Gejala dan Penyebab Difteri, Bisa Menular Lewat Batuk dan Bersin

Penjelasan ini didukung dengan data status imunisasi di mana 76 persen penderita kasus difteri di Aceh merupakan mereka yang tidak imunisasi.

Menurut Dinkes Aceh, kenaikan kasus ini diakibatkan karena cakupan imunisasi yang tidak pernah mencapai target nasional.

Bahkan, Dinkes Aceh menyebut Aceh menjadi provinsi dengan cakupan imunisasi rutin terendah se-Indonesia.

Imunisasi Difteri Harus Lengkap

Senada dengan Dinkes Aceh, Health Officer, UNICEF Aceh Field Officce, dr Dita Ramadonna MSc mengatakan, faktor utama yang menyebabkan banyaknya kasus penyakit difteri adalah karena banyak anak tidak mendapat imunisasi difteri secara lengkap.

“Sesuai program imunisasi gratis dari pemerintah, setiap anak seharusnya mendapatkan imunisasi difteri sebanyak empat kali di bawah usia dua tahun, dan tiga kali ketika SD,” ujarnya kepada Serambi, sebagaimana dikutip dari pemberitaannya, Rabu (20/12/2023).

Ia menjelaskan, dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa kekebalan yang didapatkan setelah imunisasi difteri lengkap adalah seumur hidup.

penyebab tingginya angka kematian penderita difteri
Rendahnya imunisasi jadi penyebab tingginya angka kematian difteri.

Meski demikian, angka cakupan imunisasi di Aceh pada tahun ini telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

“Jika kita lihat angka cakupan imunisasi di Aceh, sebenanrnya ada sedikit peningkatan pada tahun 2022,"

Artinya, ada perbaikan dalam kesadaran orang tua untuk memberikan imunisasi.

Namun, ini masih perlu ditingkatkan karena masih ada sekitar 50 persen dari bayi di Aceh yang tidak mendapat imunisasi sama sekali (zero-dose children).

Mereka ini rentan terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan komplikasinya,” terang Dita.

Baca juga: Aceh Utara Tertinggi, 33 Kasus Difteri di Aceh per November 2023, Dua Meninggal

Jenis Imunisasi Difteri

Untuk saat ini di Indonesia dan di Aceh, program imunisasi difteri sudah masuk dalam program nasional imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.

Imunisasi difteri diberikan dalam bentuk kombinasi, yakni pemberian vaksin difteri, vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis), atau disebut imunisasi DPT.

Imunisasi dasar wajib dilakukan dengan pemberian vaksin DPT-HB-Hib sebanyak tiga dosis ketika bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Pemberian imumnisasi ini untuk melindungi tubuh dari penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B.

Baca juga: 5 Gejala Difteri dan Cara Pencegahannya, Ibu Wajib Tahu Ini

Pemberian imunisasi lengkap pada anak untuk mencegah difteri.
Pemberian imunisasi lengkap pada anak untuk mencegah difteri. (DINAS KESEHATAN ACEH)

Setelah menerima 3 dosis imunisasi dasar DPT-HB-Hib, dilanjutkan dengan 1 dosis imunisasi lanjutan DPT HB-Hib pada bayi saat berusia 18 bulan.

Kemudian imunisasi difteri lanjutan diberikan sebanyak tiga kali bagi anak usia sekolah dasar.

Imunisasi difteri lanjutnan ini mencakup 1 dosis imunisasi DT pada anak kelas 1 SD, dan imunisasi Td pada anak kelas 2, dan 5. (*)

 

 

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved