Pengungsi Rohingya

16 Rohingya Meninggal di Laut Aceh, 75 yang Selamat Menetap di Kompleks Kantor Bupati Aceh Barat

Para Rohingya tersebut semuanya beragama Islam, dan aktivitas mereka hanya melaksanakan ibadah setiap waktu...

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Eddy Fitriadi
SERAMBI/SA'DUL BAHRI
Para wanita Rohingya saat santai di luar tenda sambil menunggu waktu berbuka puasa, di tenda Komplek Kantor Bupati Aceh Barat di Meulaboh, Senin (1/4/2024). 

Laporan Sa'dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Tenggelamnya kapal yang dihuni oleh 143 orang pengungsi Rohingya beberapa waktu yang lalu telah menyebabkan banyak di antara mereka meninggal dunia dan hilang di perairan laut Aceh Barat.

Dalam musibah tersebut, sebanyak 75 orang berhasil selamat, dan sebanyak 16 orang ditemukan sudah menjadi mayat yang mengapung di laut Aceh Barat, Aceh Jaya dan Kota Sabang, sedangkan yang lainnya hilang belum diketahui keberadaannya.

Sementara penemuan mayat-mayat para Rohingya tersebut berlangsung sejak Jumat (22/3/2024) lalu di kawasan Laut Aceh Jaya dan Aceh Barat dan terakhir di kawasan Kota Sabang.

“Sementara hingga saat ini mayat-mayat Rohingya ditemukan meninggal sebanyak 16 orang,” kata Protection Associate UNHCR Indonesia, Faisal Rahman saat dikonfirmasi Serambinews.com, Senin (1/4/2024).

Disebutkan, bahwa dari keterangan para Rohingya yang selamat dari kapal yang tenggelam di laut Aceh Barat sebelumnya ada sekitar 142 orang yang berada dalam kapal tersebut.

Dari jumlah 142 orang, 75 orang diantaranya telah berhasil diselamatkan, 16 orang ditemukan mengapung di laut dan sekitar 51 orang lagi belum diketahui keberadaannya jika memang benar jumlah Rohingya di kapal saat itu sebanyak 142 orang seperti yang disampaikan oleh para Rohingya yang selamat.

Sementara pihak UNHCR menanggung kebutuhan dasar dari para Rohingya tersebut merupakan makanan kepada para pengungsi tersebut.

Dalam amatan Serambi, saat ini sebanyak 75 Pengungsi Rohingya ditempatkan sementara di Kompleks Kantor Bupati Aceh Barat paska dilakukan pengusiran dari Markas PMI yang dilakukan oleh segelintir warga Desa Suak Nie melalui protes di aksi demo.

Dua unit tenda yang didirikan tersebut tersebut masing-masing satu tenda dihuni oleh para laki-laki dan satu tendanya lagi dihuni oleh para wanita Rohingya.

Para Rohingya tersebut semuanya beragama Islam, dan aktivitas mereka hanya melaksanakan ibadah setiap waktu secara berjamaah, melaksanakan Shalat tarawih dan tadarus atau membaca alquran seperti muslim lainnya di semua penjuru dunia.

Sementara masyarakat juga cukup banyak yang simpati akan keberadaan para pengungsi Rohingya, di mana kondisi tersebut terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang datang ke lokasi tersebut dengan memberikan makanan untuk berbuka puasa dan sahur.

Selain itu, ada juga warga yang membawa pakaian, termasuk ada yang memberikan kosmetik kepada para wanita Rohingya seperti lipstik dan bedak.(*)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved