Haba Unimal

Peringati Hari Buruh, Ketua BEM FH Unimal: Hari Buruh Bukan Hanya Sebatas Momentum Belaka

1 Mei sebuah agenda besar dalam memperingati Hari Buruh atau yang sering disebut dengan May Day.

Penulis: Zaki Mubarak | Editor: IKL
Dok Unimal
Ketua BEM FH Unimal 

SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE - 1 Mei sebuah agenda besar dalam memperingati Hari Buruh atau yang sering disebut dengan May Day. Hari buruh juga sebuah hari dalam memperingati hari buruh sedunia atau Internasional.

Hari buruh menjadi titik sentral dan momentum bagi para buruh maupun para aktivis untuk menyuarakan berbagai permasalahan terkait hak hak vital dilingkungan pekerjaan bagi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan buruh.

Sejarah hari buruh dimulai dari tahun 1886. Kala itu, para buruh di Amerika Serikat melakukan aksi mogok kerja massal untuk menuntut penyesuaian jam kerja menjadi delapan jam sehari (dari yang biasanya belasan jam sehari).

Aksi mogok massal tersebut kelak dikenal dengan peristiwa Haymarket Affair atau Kerusuhan Haymarket. Everett Carter dalam artikel jurnal berjudul The Haymarket Affair in Literature (1950) yang diterbitkan The Johns Hopkins University Press.

Pada tahun 1889, Kongres Buruh Internasional di Paris, Prancis, menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, Ardiansyah mengatakan, peringatan hari buruh bukan hanya sebagai momentum peringatan belaka.

“Banyak problematika yang perlu diperhatikan Pemerintah Daerah maupun Pusat secara intens terhadap hak para buruh, seperti masalah upah atau gaji, hak kesehatan bagi buruh/pekerja, hingga penghapusan dan perubahan pada pasal-pasal outsourcing,” Ungkapnya

Lanjutnya, Buruh merupakan suatu komponen penting dalam yang memiliki kontribusi penuh terhadap perekonomian negara. “Dibeberapa sektor buruh serasa selalu dimarginalkan, dan jika kita menelisik secara dalam. Buruh memiliki kontribusi dalam perekenomian negara.

Peran buruh sangat besar, seperti sebagai penggerak perekonomian, hingga sebagai pelaku utama pembangunan peradaban.” Pungkasnya.

“Jumlah buruh/tenaga kerja di Indonesia yang cukup besar. Sehingga seharusnya menjadi suatu peluang kekuatan yang besar dalam kemajuan ekonomi, tanpa mengesampingkan kesejahteraan bagi para buruh atau pekerja,” tutupnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved