Perang Gaza

Pesiden Kolombia: Netanyahu akan Dicatat dalam Sejarah sebagai Pelaku Genosida

Dia membandingkan Netanyahu dengan Nazi yang membunuh jutaan orang Yahudi di Eropa dan mengatakan bahwa “genosida tetaplah genosida”, terlepas dari ag

Editor: Ansari Hasyim
AFP
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu 

SERAMBINEWS.COM - Gustavo Petro dan perdana menteri Israel terus saling melontarkan hinaan atas perang di Gaza.

Presiden Kolombia, yang memposting di X, mengatakan: “Tuan Netanyahu, Anda akan tercatat dalam sejarah sebagai seorang genosida. Menjatuhkan bom terhadap ribuan anak-anak, wanita, dan orang lanjut usia yang tidak bersalah tidak menjadikan Anda seorang pahlawan.”

Dia membandingkan Netanyahu dengan Nazi yang membunuh jutaan orang Yahudi di Eropa dan mengatakan bahwa “genosida tetaplah genosida”, terlepas dari agama orang yang dibunuh.

Sebelumnya, Netanyahu menyebut Petro sebagai “pendukung anti-Semit Hamas” setelah pemimpin Kolombia menyerukan penangkapan perdana menteri Israel atas pembunuhan warga Palestina di Gaza.

Baca juga: Abu Obeida Umumkan Sandera Inggris Tewas Kena Bom Israel, Hamas Susun Ulang Kekuatan di Gaza Utara

Serangan udara Israel menggempur kamp pengungsi Jabalia

Kamp pengungsi Jabalia telah rata dengan tanah akibat bombardir Israel. Namun pasukan Israel kembali menargetkannya, termasuk dengan drone.

Pasukan Israel Bombardir Kamp Jabalia di Gaza Utara, Korban Anak dan Wanita Terus Berjatuhan

Dokter di Jabalia menggambarkan situasi yang mengerikan di Gaza utara.

Imad Abu Zayda, seorang dokter darurat di Jabalia, mengatakan bahwa serangan Israel yang intensif di Gaza utara telah membuat rumah sakit tidak dapat beroperasi bahkan ketika jumlah korban perempuan dan anak-anak meningkat.

“Sebagian besar korban luka yang kita lihat saat ini adalah anak-anak dan perempuan,” katanya kepada Al Jazeera.

“Tidak ada fasilitas di sini… Kami tidak memiliki listrik di rumah sakit. Sistem panel surya kami, baterainya telah mati. Sekarang kami tidak memiliki lampu di rumah sakit dan tidak ada oksigen untuk diberikan kepada pasien.”

Warga Palestina mengungsi ketika Israel memerintahkan lebih banyak evakuasi di Rafah.

Sementara pasukan Israel terus menghujani bom di Gaza selatan setelah memerintahkan penduduk di wilayah tambahan di kota Rafah untuk mengungsi.

Namun warga Palestina yang melarikan diri mengatakan tidak ada lagi wilayah aman yang tersisa di Gaza.

Faten Lafi mengatakan dia “pergi karena ketakutan kami dan karena paksaan”, sementara Hanan Al Satari mengatakan dia mengungsi karena tidak ada pilihan lain. “Haruskah kita menunggu sampai kita semua mati bertumpukan?” dia bertanya.(*)

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved