Serambi Awards 2024

Ini Dia Profil Pengasuh Pondok Modern Daarurrahmah Sepadan

H.M. Rasyid Bancin, S.Sos.I. atau biasa dipanggil Ustadz Rasyid alias HRB lahir di Desa Lipat Kajang pada tanggal 5 April 1986. Kakeknya dari......

|
Penulis: Khalidin | Editor: IKL
For Serambinews.com
Pondok Modern Daarurrahmah Sepadan 

Adapun dalam keseharian, Ustadz Rasyid menempatkan diri sebagai bagian warga Sepadan tanpa membedakan antara penduduk lokal dan pendatang, semua adalah sama dalam pandangannya. Warga Sepadan yang mayoritas berasal dari Jawa itu pun merasa dihargai, tidak merasa direndahkan atau dipojokkan sehingga mereka pun banyak yang mau pergi ke masjid atau ke majlis taklim atas kesadaran sendiri. Secara bertahap kepercayaan diri warga Sepadan terangkat, mereka tidak lagi merasa diri sebagai kaum marjinal dengan tuduhan negatif yang selama ini dialamatkan kepadanya. Dan nama Ustadz Rasyid yang semakin lama semakin dikenal di mana-mana membuat nama Desa Sepadan ikut terangkat. Ini tak lepas dari keberadaan Ustadz Rasyid yang mulai dikenal oleh masyarakat Kota Subulussalam dan Aceh Singkil dengan julukan baru yakni "Ustadz Sepadan".


Pada saat bersamaan didirikan pula sebuah dayah bernama Pondok Modern Daarur Rahmah Sepadan dengan menempatkan H.M. Rasyid Bancin, S.Sos.I. sebagai Pengasuh Dayah. Lahan dan bangunan pesantren belum ada, untuk sementara kegiatan pesantren dipusatkan di Masjid Raudhatul Muhajirin Sepadan yang saat itu sudah ramai oleh kegiatan keagamaan.

Pondok Modern Daarur Rahmah Sepadan memang memiliki keunikan dibandingkan dengan dayah atau pesantren yang lain. Keunikan itu terlihat dari proses pendiriannya. Kebanyakan dayah didirikan setelah adanya lahan dan dana yang cukup banyak, atau didirikan oleh seorang ulama yang sudah memiliki nama besar. Tapi PMDR Sepadan tidak seperti itu. Pesantren didirikan atas dukungan sepenuhnya dari warga kampong, tanpa memiliki modal apa-apa, juga diinisiasi oleh seorang pemuda berusia 25 tahun yakni Ustadz Rasyid Bancin yang kebetulan saat itu memang menjadi sosok yang diharapkan oleh warga. Kalau pun ada keunikan lain, maka itu adalah sosok H.M. Rasyid Bancin, S.Sos.I. yang notabene putra Singkil asli yang berhasil merebut hati warga yang hampir semuanya adalah pendatang dari Jawa untuk bersama-sama membangun desa tidak hanya di bidang agama saja, tapi menyeluruh meliputi aspek material dan spiritual, jasmani dan ruhani. Ustadz Rasyid memangkas sekat berupa suku dan asal-usul, ia persatukan dalam bingkai persaudaraan sesama umat Islam atau ukhuwwah islaamiyyah, juga persatuan sebagai sesama warga Aceh dan warga negara Indonesia.

Adalah Suharsono, seorang mantan geuchik (kepala desa) Sepadan sekaligus tokoh masyarakat yang banyak menyumbang dana, lahan, pikiran, dan tenaga. Dia sangat terharu atas capaian ini. Hanya dalam waktu dua tahun semenjak H.M. Rasyid Bancin, S.Sos.I. bertugas sebagai Da`i Perbatasan di Sepadan, kampong ini sudah banyak sekali perubahannya ke arah positif. Dan terutama kehadiran pesantren bukan sekedar mimpi, tapi benar-benar terwujud meskipun saat itu belum tahu ke depannya bagaimana.

Namun nama besar H.M. Rasyid Bancin, S.Sos.I. yang sudah dikenal di seluruh Kota Subulussalam dengan sebutan "Ustadz Sepadan" serta keberadaan PMDR Sepadan sudah cukup untuk menjadi jawaban harapan warga Sepadan selama ini.

Bukan melebihkan atau mengada-ada jika Ustadz Rasyid adalah sosok yang selama ini diharapkan kedatangannya oleh warga Sepadan.

Stigma negatif bahwa Sepadan adalah pemukiman warga yang kurang beragama dan banyak maksiat menjadi luntur dengan sendirinya, bahkan setiap kali terdengar sebutan Sepadan maka yang terlintas dalam benak adalah sosok abuya muda dan pesantren. Namun yang paling penting dari itu semua adalah perubahan yang nyata atas kondisi warga yang jauh lebih Islami, kegiatan keagamaan yang maju, rasa percaya diri yang meningkat, serta perkembangan ekonomi yang terus naik seiring dengan semakin ramai dan besarnya PMDR Sepadan.

Di luar itu, jumlah warga Sepadan yang melanjutkan kuliah juga banyak, sangat kontras dengan kondisi tahun 2009 di mana hampir tidak ada warga yang mau melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Dari Sepadan untuk Subulussalam

Bulan Juli 2011 adalah bulan berdirinya PMDR Sepadan. Selama satu tahun belum ada kegiatan pendidikan di lokasi pesantren karena masih dalam tahap pembangunan. Selama setahun itu pula kegiatan pendidikan masih sebatas non formal yang dipusatkan di Masjid Raudhatul Muhajirin Kampong Sepadan, sekaligus menjadi masa pengkaderan. Bulan Juli 2012 adalah awal penerimaan santri baru dengan fasilitas pendidikan yang masih sederhana. Bangunan dari papan kayu menjadi sarana untuk belajar serta tempat tinggal para ustadz dan santri.

Namun kesederhanaan ini tidak menyurutkan anak-anak Sepadan untuk belajar di Pesantren. Sebanyak 13 anak Sepadan menjadi santri pertama, ditambah 9 santri dari daerah sekitar.

Semangat belajar yang tinggi ditunjang kurikulum yang jelas membuat para santri dan ustadz tidak merasa terkendala oleh sarana. Mereka tampil sebagai para pembelajar yang aktif, bahkan langsung menarik perhatian banyak pihak dengan beragam terobosan yang belum pernah dilakukan pesantren-pesantren lainnya di Kota Subulussalam. Beberapa ustadz dari Pondok Modern Daarussalam Gontor dan para alumni Universitas Al-Azhar sengaja didatangkan ke PMDR Sepadan.

Penerapan berbahasa asing dan kualitas pendidikan formal menjadi perhatian utama di PMDR Sepadan, ditambah keaktifan yang tinggi di bidang seni budaya dan kepramukaan membuat pesantren baru ini mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Subulussalam. H.M. Rasyid Bancin, S.Sos.I. sendiri selaku Pengasuh Dayah juga aktif dalam organisasi kepanduan tingkat Kota hingga Provinsi, ia diangkat sebagai Ketua Kwartir Ranting Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam.

Tahun 2013 PMDR Sepadan mendapat kunjungan langsung dari Prof. Dr. Syahrizal Abbas, M.A., Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh. Secara khusus beliau memuji kinerja Ustadz Rasyid Bancin sebagai Da`i Perbatasan berprestasi yang tidak sekadar menjalankan tugas dakwah di bidang keagamaan saja tapi juga ikut mengangkat kemajuan masyarakat Desa Sepadan di bidang sosial dan ekonomi. Keberadaan PMDR Sepadan adalah prestasi tersendiri bagi Ustadz Rasyid Bancin sebagai seorang da`i di mata Prof. Dr. Syahrizal Abbas, M.A.

Setahun kemudian Kampong Sepadan mendapat kunjungan dari anggota DPR RI Komisi III Bidang Hukum dan HAM, H. Muslim Ayub, S.H., M.M. untuk meninjau kondisi warga Sepadan sebagai bekas korban konflik. Warga Sepadan sudah melupakan trauma konflik tersebut dan menatap masa depan dengan semangat baru. Ini menjadi catatan positif pembangunan sosial warga di bidang Hukum dan HAM. Semua ini tidak lepas dari peran Ustadz Rasyid Bancin dan keberadaan PMDR Sepadan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved