PBB Masukkan Israel ke Daftar Hitam Pembantai Anak-Anak di Palestina, Kini Zionis Setara ISIS

Laporan tersebut akan disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB pada tanggal 14 Juni dan selanjutnya secara resmi diterbitkan pada 18 Juni 2024.

Editor: Faisal Zamzami
MAHMUD HAMS/AFP
Seorang pria berjalan di antara mayat-mayat yang terbungkus kafan dari mereka yang tewas dalam pemboman Israel di Deir Balah di Jalur Gaza tengah, di rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di kota yang sama pada 6 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. 

SERAMBINEWS.COM, ISTANBUL -  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi memasukkan Israel ke “daftar hitam” atau blacklist negara yang telah melakukan pelanggaran kekerasan dan pembantaian terhadap anak-anak dalam konflik bersenjata.

Dikutip dari CNN, Jumat (7/6/2024), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric mengungkapkan hal tersebut pada Jumat.

Selain itu, kata Dujarric, Hamas dan Jihad Islam Palestina juga ditambahkan ke dalam daftar tersebut.

Dujarric menambahkan, utusan PBB Israel dihubungi oleh kepala staf Guterres pada hari Jumat. 

Hal itu merupakan sebuah "penghormatan" yang diberikan kepada negara-negara yang baru masuk dalam daftar.

“Hal ini dilakukan untuk memberikan peringatan kepada negara-negara tersebut dan menghindari kebocoran,” ujar Dujarric.

Laporan tersebut akan disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB pada tanggal 14 Juni dan selanjutnya secara resmi diterbitkan pada 18 Juni 2024.

Dimasukkannya Israel ke dalam daftar tersebut terjadi setelah delapan bulan perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Hingga saat ini, setidaknya tentara Israel (IDF) sudah menewaskan lebih dari 15.500 anak di Gaza.

Adapun negara-negara yang sudah masuk ke dalam daftar hitam PBB seperti Arab Saudi, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Sudan, Suriah, dan Yaman.

Israel akan muncul dalam daftar hitam yang akan dirilis minggu depan dalam laporan yang didistribusikan kepada anggota Dewan Keamanan PBB, dan diskusi dijadwalkan dilakukan pada 26 Juni.

Kanal Israel 13 mengonfirmasi pada Kamis malam bahwa meskipun ada upaya Israel untuk mencegahnya, Sekretaris Jenderal PBB memutuskan untuk melanjutkan pengumuman ini.

Bulan lalu, Yedioth Ahronoth dan platform online-nya, Ynet, mengungkapkan kekhawatiran yang nyata di Israel tentang langkah ini, setelah beberapa pernyataan kritis dari Guterres terhadap Israel.

Sumber-sumber menyatakan Sekretaris Jenderal PBB saat ini tidak menyukai Israel dan sulit dipengaruhi.

Israel khawatir, dimasukkannya negara itu dalam daftar ini dapat menyebabkan embargo senjata terhadap negara tersebut.

Laporan tahunan yang ditulis oleh Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, akan mencakup semua peristiwa tahun 2023, dengan peningkatan signifikan dalam insiden akibat perang di Gaza yang meletus pada bulan Oktober. 

Sebelumnya, daftar hitam tersebut mencakup negara-negara seperti Afghanistan, Kongo, Mali, Myanmar, Somalia, Sudan, Yaman, Suriah, serta organisasi teror seperti Al Qaeda, ISIS,  Al Shabaab, dan Boko Haram.

Laporan mendatang tidak akan menyebut Israel atau militer Israel secara eksplisit, tetapi akan merujuk pada pasukan keamanan Israel.

Data dalam laporan tersebut berdasarkan informasi dari organisasi PBB dan sumber lapangan. 

Surat kabar tersebut mencatat bahwa konsekuensi dari masuk daftar hitam termasuk hancurnya reputasi Israel secara signifikan, karena laporan ini mendapatkan perhatian internasional dan dikutip di berbagai badan PBB, termasuk Majelis Umum, Dewan Keamanan, Mahkamah Internasional, dan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.

Secara praktis, masuk dalam daftar hitam menghasilkan laporan khusus mengenai entitas yang terdaftar. Kantor Perwakilan Khusus akan menyusun laporan khusus tentang Israel, yang kemudian akan disajikan kepada Dewan Keamanan.

Draf laporan yang diterima Israel beberapa bulan lalu mencakup beberapa kritik, seperti penggunaan bom skala besar di wilayah pendudukan, blokade ketat di Gaza, serangan terhadap infrastruktur penting, upaya merekrut anak-anak sebagai informan, dan menggunakan anak-anak sebagai tameng manusia.

Sejak Oktober, agresi Israel yang berkelanjutan di Gaza telah menyebabkan kematian 36.654 warga Palestina, termasuk sekitar 15.500 anak-anak dan 10.300 wanita, dengan 83.309 orang terluka, mayoritas anak-anak dan wanita.

Angka-angka ini belum final, karena ribuan jasad warga sipil masih terjebak di bawah reruntuhan atau di jalanan, dengan tim penyelamat tidak dapat mencapai mereka akibat serangan militer Israel.

 

Baca juga: VIDEO Israel Rudal Sekolah Dibawah Perlindungan PBB di Gaza Tengah, 40 Orang Tewas

 

Israel Murka

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan membagikan rekaman dirinya melakukan panggilan telepon yang tampaknya kepada pejabat PBB. Rekaman tersebut ia bagikan ke akun X resmi pribadi miliknya.

Dalam video itu, Erdan mengungkapkan kemarahannya atas keputusan PBB. Bahkan, ia mengeklaim IDF sebagai “tentara paling bermoral di dunia”.

“Satu-satunya orang yang masuk daftar hitam saat ini adalah Sekretaris Jenderal, yang keputusannya sejak perang dimulai, dan bahkan sebelumnya, memberikan penghargaan kepada teroris dan memberikan insentif kepada mereka untuk menggunakan anak-anak untuk aksi teror… Sungguh memalukan!” kata Erdan.

Dujarric mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan Erdan adalah hal mengejutkan dan “tidak dapat diterima”.

Dujarric mengungkapkan bahwa hal itu adalah sesuatu yang belum pernah dilihatnya selama 24 tahun melayani PBB.


Palestina sambut baik

Pejabat senior Palestina Riad Malki menyambut baik keputusan PBB itu, meski langkah tersebut sudah terlambat.

 
“Sekarang, dihadapkan pada bencana di Gaza yang dunia lihat dengan mata telanjang dengan genosida yang secara khusus menargetkan anak-anak dan perempuan, Sekjen PBB tidak lagi punya alasan untuk tidak memasukkan Israel ke dalam daftar hitam,” ucap Malki dilansir dari AlJazeera, Jumat (7/6/2024).

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengutuk pemboman dan pengepungan Israel di Gaza terhadap anak-anak Palestina di wilayah itu.

Para ahli PBB juga menjelaskan, pembatasan Israel terhadap pengiriman makanan, air, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya telah menciptakan krisis kemanusiaan.

Badan PBB untuk hak-hak anak, UNICEF menerangkan bahwa 90 persen anak Palestina di Gaza hidup dalam kemiskinan pangan yang parah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan, lebih dari 80 persen anak-anak Palestina di Gaza tidak makan sepanjang hari.

WHO memperkirakan, anak-anak Palestina makan setidaknya satu kali dalam tiga hari terakhir.

Defense for Children International-Palestine (DCIP) juga telah melaporkan dampak mengerikan dari serangan militer Israel yang terus berlanjut di Gaza, termasuk ribuan anak Palestina yang mengalami luka kritis sejak Oktober 2023.

DCIP menambahkan, runtuhnya sistem perawatan kesehatan di Gaza telah menyebabkan banyak pasien, termasuk anak-anak, tidak dapat memperoleh perawatan yang mereka butuhkan.

“Anak-anak Palestina yang selamat dari serangan Israel menghadapi pemulihan seumur hidup untuk sembuh dari trauma fisik dan psikologis,” ungkap direktur program akuntabilitas DCIP Ayed Abu Eqtaish.

Baca juga: Nasib Pilu Siswi SMP Diperkosa Satu Keluarga di Musi Rawas, Berdalih Ritual untuk Kuda Lumping

Baca juga: Bos Rental Meninggal Usai Diamuk Massa, Dituduh Maling Saat Mau Ambil Mobilnya

Baca juga: Diduga Jalani Program Diet Berlebihan, Aurel Hermansyah Masuk Rumah Sakit Jelang Naik Haji

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved