Dosen USK Edukasi Penanganan Hasil Tangkapan Rajungan di Alue Naga

“Rajungan yang dibolehkan untuk ditangkap memiliki ciri-ciri ukuran lebar karapas di atas 10 cm, sementara beratnya di atas 60 gr/ekor...

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
For Serambinews.com
Dosen bersama mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) saat memberikan sosialisasi pengelolaan dan penanganan hasil tangkapan rajungan terhadap kelompok nelayan "Hareukat Bersama" di Desa Alue Naga, Banda Aceh, Senin (29/7/2024). 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dosen bersama mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) gelar pengabdian masyarakat melalui sosialisasi pengelolaan dan penanganan hasil tangkapan rajungan terhadap kelompok  nelayan "Hareukat Bersama" di Desa Alue Naga, Banda Aceh, Senin (29/7/2024). 

Kegiatan ini diketuai oleh Ilham Zulfahmi S.Kel, M.Si dari Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP), dengan anggota pengabdi Adli Waliul Perdana S.Kel., M.Si (FKP) dan Ir Hidayat Syah Putra, S.T., M.Sc (Fakultas Teknik). Kegiatan ini didanai oleh Universitas Syiah Kuala, melalui skema Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk Teknologi Tepat Guna tahun anggaran 2024. 

"Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen USK dalam menjalankan tri darma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan fokus pada pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan nelayan lokal," ungkap Ilham Zulfahmi.

Narasumber yang kompeten di bidangnya ikut dihadirkan untuk memberikan materi terkait pengelolaan dan penanganan hasil tangkapan rajungan. Pemateri pertama, Edi Miswar, S.Si, M.Si membekali nelayan terkait peraturan mentri kelautan dan perikanan terkait pengelolaan rajungan.

“Rajungan yang dibolehkan untuk ditangkap memiliki ciri-ciri ukuran lebar karapas di atas 10 cm, sementara beratnya di atas 60 gr/ekor,” jelas Rian Juanda, pemateri lainnya.

Sebelumnya, sejak bulan Mei 2024, tim pengabdian dibantu lima mahasiswa USK, Tria Gustiva, Abdullah Syatari, Teuku Riskia Bareguf, Abdul Rahim, dan Rafiki telah terlibat aktif dalam pembuatan bubu modifikasi yang dirancang khusus untuk meningkatkan hasil tangkapan rajungan

Kelompok nelayan "Hareukat Bersama" sebelumnya mengeluhkan penurunan hasil tangkapan akibat penggunaan bubu tradisional yang kurang efektif.

Hasil observasi sebelumnya menunjukkankan bahwa bubu yang digunakan oleh nelayan belum memiliki cukup berat untuk menahan atau menyeimbangkan tekanan arus air sehingga rentan hilang pada kondisi cuaca yang buruk. Ditambah lagi penggunaan pelampung yang tidak layak, menyebabkan bubu susah untuk ditemukan jika terbawa arus.

Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan USK, Prof Dr Muchlisin ZA menyatakan kebanggannya atas inisiasi dan kontribusi dosen-dosen dari FKP.

“Harapan kami kegiatan ini tidak hanya berakhir di sosialisasi ini. Namun juga diikuti dengan tindak lanjut seperti monitoring serta pendataan hasil tangkapan rajungan oleh mitra baik harian, mingguan, maupun bulanan untuk kemudian dapat dilakukan evaluasi rencana aksi pada dokumen hasil tangkapan rajungan,” tutupnya.(*)


Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved