Konflik Palestina vs Israel

Jenderal Israel: Hamas Itu Hebat dan Mereka akan Menang Meski Israel Unggul Dalam Taktik

Di hari 349 hari sejak Israel mengkonfrontasi Jalur Gaza, Hamas hingga kini masih belum terkalahkan dan masih juga melakukan perlawanan.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS/hamas military
Untuk pertama kalinya sejak invasi Rafah dilancarkan pada awal Mei, sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, mengumumkan bahwa pejuangnya menembakkan peluru kendali anti-tank (ATGM) ke sasaran Israel. 

Jenderal Israel: Hamas Itu Hebat dan Mereka akan Menang Meski Israel Unggul Dalam Taktik

SERAMBINEWS.COM – Seorang jenderal senior Israel mengatakan bahwa kelompok gerakan perlawanan Palestina, Hamas sungguh hebat dalam pertahanan di Jalur Gaza yang terkepung.

Di hari 349 hari sejak Israel mengkonfrontasi Jalur Gaza, Hamas hingga kini masih belum terkalahkan dan masih juga melakukan perlawanan.

Ketangguhan Hamas itu, menurut Jenderal Israel, akan membawa kemenangan bagi mereka meski Israel unggul dalam taktik. 

Dalam wawancara dengan The New York Times yang diterbitkan pada Selasa, adalah Mayor Jenderal Gadi Shamni, mantan komandan divisi militer Israel di Gaza.

Ia menekankan bahwa Hamas memenangkan perang, sementara rezim Tel Aviv kalah dan dalam skala besar.”

Jenderal Gadi menambahkan bahwa meskipun kemampuan militer Hamas telah menurun, gerakan tersebut terus memegang otoritas atas Gaza.

Ia menekankan bahwa pejuang Hamas telah merebut kembali kota-kota di wilayah yang diblokade tersebut tepat 15 menit setelah pasukan Israel menarik diri dari mereka. 

Menurut laporan Time, Shamni tidak sendirian dalam penilaian ini. 

Anggota Brigade Izz Ad-Din Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. (MIDDLE EAST MONITOR / ANADOLU AGENCY / MUSTAFA HASSONA)
Anggota Brigade Izz Ad-Din Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. (MIDDLE EAST MONITOR / ANADOLU AGENCY / MUSTAFA HASSONA) (MIDDLE EAST MONITOR / ANADOLU AGENCY / MUSTAFA HASSONA)

Hal ini juga diamini oleh sejumlah pejabat militer Israel, baik saat ini maupun sebelumnya, yang tidak melihat kekalahan Hamas sebagai suatu kemungkinan.

Mereka menekankan bahwa rezim Tel Aviv kalah dalam perang, pencegahan dan tawanannya.

Secara terpisah pada Selasa, lembaga penyiaran Amerika ABC News mengutip pernyataan seorang pejabat militer senior yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Israel “kalah dalam perang.”

Pejabat tersebut juga memperingatkan agar tidak melancarkan perang di Lebanon, dengan mengatakan perang di sana “mudah dimulai, tetapi sangat sulit diakhiri,”.

ABC News juga mengutip pernyataan pejabat militer Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Israel “terjebak” di Gaza dan tidak mampu mencapai tujuan perangnya. 

Israel melancarkan perang brutal yang didukung AS di Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa terhadap entitas perampas kekuasaan itu sebagai balasan atas meningkatnya kekejaman terhadap rakyat Palestina.

Namun, hampir setahun setelah agresi genosida tersebut, rezim Tel Aviv gagal mencapai tujuan yang dideklarasikannya untuk menghancurkan Hamas dan menemukan tawanan Israel.

Israel telah membunuh setidaknya 41.252 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 95.497 lainnya.

 

Ribuan IDF Ditarik dari Gaza Lalu Disiagakan di Perbatasan Lebanon

Menyusul serangan teroris siber Israel di Lebanon, Tel Aviv mengerahkan pasukan di perbatasan dengan Lebanon untuk mengantisipasi perang skala penuh.

Dilaporkan ribuan pasukan zionis Israel (IDF) ditarik dari jalur Gaza dan Tepi Barat, lantas ditempatkan di perbatasan Lebanon, Kamis (19/9/2024).

Hal itu dilakukan IDF untuk mengantisipasi perang besar-besaran dengan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, mengutip Al-Jazeera.

Perkiraan perang besar ini terjadi setelah serangan teroris dunia maya Israel, yang dilakukan dalam dua gelombang pada hari Selasa dan Rabu, menewaskan sedikitnya 32 warga Lebanon termasuk anak-anak, dan melukai ribuan lainnya.

“Radio tentara Israel mengatakan bahwa telah diputuskan untuk memindahkan pasukan tempur dari Tepi Barat ke perbatasan dengan Lebanon untuk mengantisipasi pecahnya perang skala penuh,” kata Al-Jazeera.

ABC News juga melaporkan bahwa Israel telah memindahkan kekuatan tempur yang kuat ke perbatasan utara dalam beberapa hari terakhir.

“Israel telah memperkuat pasukan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, termasuk kedatangan divisi tentara yang kuat minggu ini, termasuk yang bertempur di Jalur Gaza," ujar laporan tersebut.

Jaringan berita Amerika berbicara tentang pengerahan divisi ke-98 di perbatasan dengan Lebanon, yang menurutnya mencakup ribuan tentara, termasuk unit infanteri penerjun payung dan artileri serta pasukan komando elit.

Pengerahan divisi ke-98 juga dikonfirmasi oleh surat kabar Israel Yedioth Ahronoth.

"Sebagai persiapan untuk kemungkinan perluasan perang melawan Hizbullah di Lebanon selatan,” bunyi laporan lainnya.

The Wall Street Journal juga mengutip sumber informasi yang mengatakan bahwa serangan teroris siber Israel di Lebanon terjadi bersamaan dengan pemindahan divisi dari Jalur Gaza ke perbatasan dengan Lebanon.

Sementara itu Radio Israel melaporkan pada tanggal 16 September bahwa komandan brigade utara, Uri Gordin, mengumumkan pasukannya siap untuk membangun zona keamanan di sisi perbatasan Lebanon.

Yakni di tengah meningkatnya ketegangan dalam pemerintahan Israel mengenai perluasan operasi militer di Lebanon.

Hal ini terjadi pada hari yang sama ketika Dewan Keamanan Israel bertemu dan memutuskan untuk memberi wewenang kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant untuk memasukkan kembali penduduk utara ke rumah mereka sebagai tujuan perang.

Surat kabar Israel Maariv melaporkan bahwa latihan darurat dilakukan sehari sebelumnya di Haifa, yang mensimulasikan berbagai skenario masa perang, termasuk potensi konflik dengan Lebanon.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved