Tampang Guru Agama yang Diduga Hukum RSS Squat Jump 100 Kali Sebelum Meninggal
Hukuman ini berujung pada kematian siswa tersebut, yang menimbulkan keprihatinan dan kemarahan di kalangan masyarakat.
SERAMBINEWS.COM - Inilah tampang Selli Winda, atau Selli Winda Hutapea, seorang guru agama Kristen yang kini menjadi sorotan publik setelah diduga menghukum siswanya, Rindu Syahputra Sinaga (RSS), dengan melakukan squat jump sebanyak 100 kali.
Hukuman ini berujung pada kematian siswa tersebut, yang menimbulkan keprihatinan dan kemarahan di kalangan masyarakat.
Kasus ini bermula pada Kamis, (19/9/2024), ketika Selli Winda memberikan hukuman berat kepada Rindu di SMP Negeri 1 STM Hilir, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Menurut informasi yang beredar, hukuman tersebut diberikan sebagai bentuk disiplin.
Rindu diminta untuk melakukan squat jump sebanyak 100 kali, sebuah aktivitas fisik yang cukup melelahkan.
Setelah menjalani hukuman itu, Rindu mulai merasakan sakit. Meskipun demikian, Rindu tidak langsung mendapatkan perawatan yang memadai.
Kondisinya semakin memburuk, dan setelah satu minggu dirawat, Rindu dinyatakan meninggal dunia pada Kamis, (26/9/2024).
Kematian Rindu menciptakan gelombang reaksi di media sosial dan masyarakat, yang mempertanyakan tindakan Selli Winda dan prosedur pendidikan di sekolah.
Kejadian ini menyoroti isu penting mengenai etika dalam pendidikan, terutama terkait dengan penggunaan hukuman fisik sebagai metode disiplin.
Banyak pihak, termasuk orang tua siswa dan aktivis pendidikan, mendesak pihak berwenang untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap kasus ini.
Masyarakat berharap agar tindakan yang tidak sesuai dengan etika pendidikan seperti ini tidak terulang di masa depan, dan bahwa para pendidik diberikan pelatihan yang memadai dalam menangani disiplin siswa secara positif dan konstruktif.

Lantas siapa Selli Winda Hutapea sebenarnya ?
Beriut Tibunnewswiki rangkum terkait sosok Selli Winda Hutapea, guru agama Kristen yang namanya terseret dalam kasus kematian Rindu Syahputra Sinaga :
Selli Winda memiliki akun media sosial Facebook.
Terpantau dari akun media sosial Facebooknya @SelliWinda, ia lulusan Sekolah Tinggi Teologia Real Batam tahun 2022.
Selli Winda Hutapea anak tunggal perempuan dari 5 bersaudara.
Selli Winda juga masih gadis yang belum memiliki pasangan hidup alias suami.
Hal itu terlihat dari foto yang diunggah di akun Facebooknya.
"Orangtua sudah mulai resah ketika anak cewek satu2nya terlalu asyik dengan kesendiriannya,"tulisnya dalam keterangan foto.
Yuliana Padang, ibu korban menjelaskan, anaknya itu dihukum karena tak bisa menghafal apa yang disuruh guru mata pelajaran agama Kristen tersebut.
Hal itu diketahuinya karena sepulang sekolah, Rindu langsung mengeluh sakit.
"Hari Kamis dihukum guru dia mengeluh kedua kakinya sakit,"katanya kepada Tribun Medan, Jumat (27/9/2024).
Yuliana membeberkan bagaimana rintihan sakit anaknya sebelum tewas.
Hampir setiap hari Rindu meringis kesakitan akibat kedua pahanya membengkak dan berwarna biru tua.
Meski sudah diobati, sakit yang dialami korban tak mereda.
Malah semakin parah sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
"Saya bawa dia berobat, tapi tidak sembuh juga, dia terus mengeluh kesakitan 'mak sakit kurasa kakiku ini mak',"kata Yuliana menirukan ucapan anaknya.
Yuliana mengungkap, pada Selasa 24 September ia datang ke sekolah dan meminta izin secara langsung supaya anaknya diizinkan libur karena sakit.
Keesokan harinya, Rabu 25 September kondisi korban semakin parah dan dibawa ke klinik lagi.
Setibanya di klinik, rupanya tim medis sudah tidak mampu menanganinya sehingga korban dirujuk ke RS Sembiring Delitua.
Pada Kamis 26 September, pagi sekitar pukul 06:30 WIB, anaknya dinyatakan meninggal dunia.
"Rabu anak saya ngedrop, saya bawa ke klinik lagi. Rupanya klinik merujuk ke RS Sembiring, Delitua. Hari kamis pagi setengah 7 kurang anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia,"ujarnya dengan tangisan.
Terkait hal ini, Kepala Sekolah SMP Negeri I STM Hilir, Suratman saat dikonfirmasi Tribun Medan melalui telepon belum merespon.
Selli Winda Paksa Rindu Syahputra untuk Squat Jump
Seorang siswi SMP meregang nyawa setelah dihukum squat jump 100 kali.
Korban adalah Rindu Syahputra Sinaga (14), Siswa Sekolah Menengah Pertama warga Dusun I Desa Negara Beringin Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang meninggal dunia diduga setelah dihukum gurunya squat jump 100 kali.
Rindu dihukum diduga oknum guru honor agama Kristen bernama Selli Winda Hutapea (SWH) di sekolahnya, kelas IX SMP Negeri 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.
Rindu Sinaga dihukum karena tidak mengerjakan tugas sekolah.
Rindu kemudian dipaksa melakukan squat jump sebanyak 100 kali oleh oknum guru honorer agama Kristen pada Kamis (19/9/24).
Paman korban, Makmur Padang (31) bilang, karena kondisi Rindu Syahputra Sinaga semakin buruk dibawa ke RSU Sembiring Delitua, Kamis (26/9/24) sekira pukul 01.00 wib dini hari.
Beberapa jam mendapat perawatan dari petugas medis rumah sakit, Rindu Syahputra Sinaga dinyatakan meninggal dunia.
Pada bagian paha Rindu Sinaga terlihat membiru diduga pembuluh darah beku dan pecah.
Rindu Syahputra Sinaga (14) meninggal dunia pada Kamis (26/9/2024), setelah menjalani perawatan selama seminggu atas sakit yang dirasakan usai dihukum squat jump 100 kali di sekolah oleh gurunya Selli Winda Hutapea.
Pelatih fisik di Sumatera Utara, AR menjelaskan ada beberapa standar indikator yang boleh melakukan squat jump.
Dalam kasus Rindu, hukuman 100 kali squat jump dinilai terlalu berlebihan dan tidak pantas
"Kalau kita masalah kesehatannya itu kan ke dokter, jadi saya mengambil intisari kedokteran yang pernah saya pelajari. Kalau bicara usia 40 yang bukan atlet itu tidak disarankan, untuk lari hanya jalan," katanya.
AR mengatakan, untuk melakukan squat jump perlu pemanasan dan latihan secara kontiniu.
Artinya tidak bisa dilakukan individu secara memdadak, apalagi dengan jumlah gerakan yang melampaui batas.
"Dia atlet atau tidak atlet kalau kita bilang squat jump 100 kali kalau dia tidak mempunyai penyakit atau riwayat apapun mungkin dia hanya kecapean dan dia paling sakit. Kenapa itu kan hukuman yang berat dengan jumlah yang tidak wajar, sedangkan atlet saja kadang kita kasih hukuman paling suruh push up 10 sampai 20. Sedangkan dia yang tidak atlet tidak bisa terlalu. Kita menyimpulkan itu hukuman yang terlalu mengganggu kesehatan kalau menurut saya," katanya.
"Bisa lari ke intinya ke jantung. Karena kan kita kalau kita ngepress misalnya kita lari nih, orang yang biasanya tidak pernah lari tiba-tiba disuruh lari dengan intensitas yang tinggi itu setelah kita berhenti tidak disarankan langsung berhenti. Setelah dia sampai dia jalan bukan berhenti atau duduk itu larinya ke jantung," jelasnya.
Lanjut AR, atlet beda daya kekebalan tubuhnya dengan daya tubuh orang biasa.
Apalagi atlet saja yang tidur di atas jam 10.00 atau jam 12.00 malam besoknya latihan itu pasti turun intensitas latihannya.
"Mana lagi yang dia tidak atlet tiba-tiba kena pressure dan harus squat jump dengan intensitas cepat atau lambat pastikan kita bicara logika pasti naning lah atau oyong (sempoyongan berkurang kesadaran)," pungkasnya.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaa)
Artikel ini telah tayang di tribunnewswiki.com
Baca juga: Houthi Luncurkan Rudal Menyasar Pesawat Netanyahu di Bandara Ben Guiron, Sirene Meraung di Israel
Baca juga: Angkatan Udara Israel Serang Ras Isa dan Hodeidah Yaman, 4 Orang Tewas
Dua Dekade Damai Aceh dalam Sorotan Film Dokumenter, Ini Jadwal dan Lokasi Pemutaran Film |
![]() |
---|
MSAKA21:Aceh Klasik- Migrasi Tiga Kulit Bawang dan Seribu Tahun Pertemuan Dunia - Bagian IV |
![]() |
---|
Ka Kwarcab Aceh Besar Muhammad Iswanto Jadi Pembina Upacara Pembukaan PPIM Pesantren Oemar Diyan |
![]() |
---|
Sediakan Beras Dua Ton, Pangan Murah Polres Aceh Besar Diburu Masyarakat |
![]() |
---|
Catat! Ini Jadwal Pasar Pangan Murah Polres Aceh Singkil, Start Tugu Rimo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.