Amerika Ancam Kim Jong Un: Jika Tentara Korea Utara Masuk Ukraina, Pulang dalam Kantong Mayat

Otoritas AS, pada Senin (28/10) waktu setempat, melaporkan bahwa 10.000 tentara Korut saat ini sedang berlatih di wilayah Rusia.

Editor: Faisal Zamzami
KCNA
Pemimpim tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un melakukan inspekasi terhadap pasukan militer negara itu. 

SERAMBINEWS.COM - Amerika Serikat (AS) melontarkan peringatan untuk Korea Utara (Korut) yang dilaporkan mengirimkan tentaranya ke Rusia untuk mendukung perang di Ukraina.

Washington mengingatkan bahwa tentara Korut akan dipulangkan di dalam kantong mayat, jika nekat masuk wilayah Ukraina dan berperang bersama pasukan Rusia.

Peringatan itu, seperti dilansir AFP, Kamis (31/10/2024), disampaikan oleh Wakil Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Robert Wood saat berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan pada Rabu (30/10) waktu setempat.

"Jika pasukan DPRK memasuki Ukraina untuk mendukung Rusia, mereka pasti akan kembali dalam kantong mayat," ucap Wood dalam pernyataannya, menggunakan nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea atau disingkat DPRK.

"Jadi saya akan menyarankan kepada Ketua Kim untuk berpikir dua kali soal terlibat dalam perilaku sembrono dan berbahaya seperti itu," ujarnya.

Belum ada tanggapan langsung dari Korut soal peringatan AS tersebut.

Badan mata-mata Korea Selatan (Korsel) sebelumnya melaporkan bahwa Korut telah mengirimkan ribuan tentaranya, termasuk pasukan khusus elite, ke Rusia.

Otoritas AS, pada Senin (28/10) waktu setempat, melaporkan bahwa 10.000 tentara Korut saat ini sedang berlatih di wilayah Rusia.

Pyongyang membantah telah mengirimkan pasukannya ke Rusia.

Namun Wakil Menlu Korut untuk Urusan Rusia, Kim Jong Gyu, dalam pernyataan via media pemerintah pekan lalu, mengatakan bahwa jika pengerahan pasukan seperti itu dilakukan, maka akan sejalan dengan norma-norma global.

Korut dan Rusia sama-sama berada di bawah sanksi PBB, dengan Pyongyang karena program senjata nuklirnya dan Moskow karena invasinya ke Ukraina.

Baca juga: Tentara Korea Utara di Rusia Hanya Memperkaya Kim Jong Un, Prajurit Bakal Mati Konyol dan Tak Digaji

 

NATO dan AS Konfirmasi Tentara Korea Utara Telah Dikerahkan ke Kursk Rusia untuk Perangi Ukraina

NATO dan AS mengonfirmasi tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Kursk, Rusia, dengan kekhawatiran akan digunakan dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina.

NATO awalnya pada Senin (28/10/2024) menyebutkan, pasukan Korut telah dikerahkan ke wilayah Kursk yang diserbu secara mendadak oleh pasukan Ukraina pada Agustus lalu dan hingga kini masih dikuasai.

 “Kerja sama militer yang semakin dalam antara Rusia dan Korea Utara merupakan ancaman bagi keamanan Indo-Pasifik dan Euro-Atlantik," ucap Sekjen NATO Mark Rutte kepada para wartawan di Brussel, dikutip dari Reuters.

 
Ia berbicara demikian setelah para pejabat dan diplomat NATO menerima pengarahan dari delegasi intelijen dan militer Korea Selatan.

Rutte mengatakan, pengerahan 3.000 tentara Korea Utara itu merupakan “eskalasi yang signifikan” dari keterlibatan Pyongyang dalam “perang ilegal Rusia” di Ukraina

 Ia menganggapnya sebagai sebuah pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB dan “perluasan yang berbahaya” dari perang yang telah berlangsung selama 32 bulan itu.

Rutte menambahkan, pengerahan pasukan Korea Utara menjadi tanda keputusasaan Presiden Rusia Vladimir Putin yang semakin besar.

“Lebih dari 600.000 tentara Rusia telah terbunuh atau terluka dalam perang Putin dan dia tidak bisa mempertahankan serangannya terhadap Ukraina tanpa dukungan asing,” kata Rutte.

Baca juga: 10.000 Tentara Korea Utara Tiba di Kursk Bantu Rusia Perangi Ukraina, Digaji Rp 31 Juta per Bulan


 
Penjelasan AS

 Secara terpisah, Pentagon pada Selasa (29/10/2024) menyebutkan, pasukan Korea Utara telah dikerahkan di wilayah Kursk, Rusia, di perbatasan Ukraina.

Menurut mereka, jumlah tentara Korea Utara yang telah dikerahkan ke wilayah tersebut baru "sejumlah kecil”. 

Meski demikian, Pentagon mengungkapkan kekhawatiran bahwa mereka akan digunakan dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina.

Ini adalah konfirmasi pertama AS mengenai pengerahan Korea Utara di wilayah tersebut, di mana pasukan Ukraina telah melakukan serangan darat sejak Agustus dan menguasai beberapa ratus kilometer persegi wilayah Rusia.

“Ada indikasi bahwa sudah ada sejumlah kecil yang benar-benar berada di Oblast Kursk, dengan beberapa ribu lainnya yang hampir tiba di sana atau akan tiba dalam waktu dekat,” kata Juru Bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, tentang pasukan Korea Utara

“Kami khawatir bahwa mereka berniat untuk menggunakan pasukan ini dalam pertempuran melawan Ukraina, atau setidaknya mendukung operasi tempur melawan Ukraina di wilayah Kursk,” kata Ryder, dikutip dari AFP.

Ia menambahkan, AS masih akan memantau bagaimana pasukan Korea Utara di Kursk itu akan digunakan.

Sebelum-sebelumnya, Amerika Serikat hanya menyatakan keprihatinan bahwa pasukan Korea Utara dapat dikerahkan di Ukraina.

Washington mengatakan, sekitar 10.000 tentara Korea Utara saat ini sudah berada di Rusia. Para ahli menilai, sebagai imbalan atas pengerahan pasukan ini, Korea Utara kemungkinan akan mendapatkan teknologi militer, mulai dari satelit pengintai hingga kapal selam, serta jaminan keamanan dari Rusia.

Rusia dan Korea Utara telah meningkatkan aliansi politik dan militer mereka selama konflik Ukraina.

Keduanya diketahui kini berada di bawah sanksi Internasional. Korea Utara disanksi karena program senjata nuklirnya, sedangkan Rusia karena perangnya melawan Ukraina.

 

 

Menhan AS-Korsel Serukan Korut Tarik Pasukan dari Rusia

Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin dan Menhan Korsel Kim Yong Hyun, pada Rabu (30/10), kompak menyerukan agar Korut menarik mundur pasukan mereka dari Rusia.

Seruan ini disampaikan saat kekhawatiran internasional meluas atas prospek tentara-tentara Korut ikut berperang melawan pasukan Ukraina.

"Saya menyerukan kepada mereka (Korut-red) untuk menarik pasukan mereka keluar dari Rusia," ucap Austin saat berbicara di Pentagon, melontarkan seruan serupa dari Menhan Korsel yang berdiri di sebelahnya.

"Jika tentara Korea Utara bertempur bersama tentara Rusia dalam konflik ini dan menyerang tentara Ukraina, maka tentara Ukraina berhak membela diri. Mereka menjadi pihak yang berperang, dan Anda memiliki alasan untuk meyakini bahwa... mereka akan terbunuh dan terluka akibat pertempuran," sebutnya.

Austin menyebut tentara Korut itu dilengkapi dengan seragam dan senjata militer Rusia.

Menyampaikan informasi senada, Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menyebut pasukan Korut mengenakan seragam militer Rusia dan berbaur dengan unit etnis minoritas untuk menyembunyikan mereka.

Dia juga mengatakan bahwa tentara Korut itu diperkirakan akan mulai bertempur melawan pasukan Ukraina pada November mendatang.

Kim Yong Hyun, yang berbicara melalui penerjemah, menyebut pengerahan pasukan Korut ke Rusia "bisa mengakibatkan peningkatan ancaman keamanan di Semenanjung Korea".

Hal itu, menurut Kim Yong Hyun, dikarenakan adanya "kemungkinan besar" bagi Pyongyang untuk meminta transfer teknologi dari Moskow untuk membantu program persenjataannya -- termasuk senjata nuklir taktis, rudal balistik antarbenua dan satelit pengintaian -- sebagai imbalan atas pengerahan pasukan mereka.

Baca juga: VIDEO Israel Mau Rekrut Tentara Cadangan Lagi Lawan Lebanon, Zionis Krisis 

Baca juga: Harga Emas di Banda Aceh Terus Merangkak Naik, Cek Rincian Per Mayam Edisi 31 Oktober 2024

Baca juga: Tiga Pimpinan DPRK Aceh Tengah 2024-2029 Dilantik, Ini Harapan Pj Bupati

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved