Motivasi

Stella Christie: Strategi Efektif untuk Memperkuat Daya Ingat dengan Elaborasi

Stella Christie membahas tiga kategori utama memori: memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Muhammad Hadi
Kompas.com
Stella Christie, seorang pakar di bidang kognisi yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Dikti Saintek). 

SERAMBINEWS.COM - Di era modern ini, banyak orang menghadapi tantangan dalam menjaga daya ingat mereka di tengah derasnya informasi yang datang dari berbagai sumber.

Sering kali kita merasa mudah lupa atau sulit menyimpan informasi jangka panjang.

Inilah yang menjadi perhatian Stella Christie, seorang pakar di bidang kognisi yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Dikti Saintek), baru-baru ini membagikan wawasan mendalam mengenai teknik belajar yang efektif dalam sebuah video yang diunggah oleh IDN Times pada Rabu (23/10/2024).

Stella, yang sebelumnya adalah profesor di Universitas Tsinghua, Beijing, dikenal atas risetnya di bidang psikologi kognitif dan perkembangan anak, khususnya terkait pemahaman konsep, ingatan, dan kreativitas.

 

Dalam video tersebut, Stella menguraikan bahwa kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi bergantung pada pemahaman yang mendalam, bukan sekadar mengulang atau menghafal.

Dia membahas tiga kategori utama memori: memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.

 

Memori sensorik bersifat sangat singkat, hanya bertahan sekitar 20 milidetik, sehingga informasi cepat hilang jika tidak diolah lebih lanjut.

Untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang, ia menyebut bahwa diperlukan proses tertentu yang mendalam, seperti elaborasi  .

Stella menjelaskan bahwa elaborasi adalah metode pengolahan informasi secara aktif.

“Salah satu cara paling efektif untuk membuat memori bertahan lebih lama adalah dengan metode elaborasi.

Jika kita mencatat dengan kata-kata sendiri atau mengajarkan materi itu kepada orang lain, kita sebenarnya sedang membuat ingatan lebih kuat.

Ini bukan sekadar mengulang, tetapi melibatkan proses berpikir yang lebih mendalam,” ujarnya dalam video talk show bersama Uni Lubis.

 

Lebih lanjut, Stella menjelaskan bahwa repetisi memang membantu, tetapi tidak selalu efektif jika dilakukan tanpa pemahaman yang benar.

Menurutnya, cara belajar yang efektif bukan hanya menghafal berulang kali, tetapi juga mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, menulis catatan dengan bahasa sendiri, dan mengajarkan materi tersebut kepada orang lain.

“Ketika kita menyampaikan suatu materi ke orang lain, kita dipaksa untuk benar-benar memahami esensi dari apa yang kita pelajari, itulah yang disebut elaborasi.

Dalam proses mengajar, kita lebih mudah mengaitkan antara informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada,” katanya.

 

Stella menekankan pentingnya pendekatan ini bagi mahasiswa dalam dunia pendidikan saat ini.

Karena memungkinkan pemahaman yang mendalam dan memfasilitasi penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang.

Dia juga mendorong agar metode belajar mengajar di lembaga pendidikan lebih menitikberatkan pada proses berpikir aktif dan elaboratif, bukan sekadar pengulangan materi.

“Pendekatan ini bukan hanya memperkaya daya ingat, tetapi juga meningkatkan pemahaman,” ujar   Stella di akhir wawancara.

“Inilah yang seharusnya menjadi dasar bagi sistem pendidikan kita, agar para mahasiswa dan pelajar lebih mudah mengingat sekaligus memahami konsep secara mendalam.”pungkasnya.

Stella Christie lahir pada 11 Januari 1979 adalah akademisi dan ilmuwan kognitif asal Medan, Sumatera Utara, Indonesia, yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Harvard University dan meraih gelar Ph.D. dalam psikologi kognitif dari Northwestern University.

Saat ini, Stella menjadi profesor di Tsinghua University, Beijing, Tiongkok, serta memegang posisi Research Chair di Tsinghua Laboratory of Brain and Intelligence dan menjabat sebagai Direktur Child Cognition Center.

Di samping itu, ia juga merupakan anggota Governing Board dari Cognitive Science Society dan aktif sebagai penasihat sains dan pendidikan untuk Pemerintah Indonesia.

Pada 21 Oktober 2024, Presiden Republik Indonesia ke-8, Prabowo Subianto, secara resmi melantik menteri dan wakil menteri dalam Kabinet Merah Putih, termasuk Stella Christie, seorang ilmuwan lulusan Harvard yang dipercaya sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, sebuah jabatan yang menarik perhatian publik.

Dengan latar belakangnya yang kuat dalam riset kognisi dan pengalaman di bidang akademik internasional, pandangan Stella mengenai metode pengajaran elaboratif ini mendapat sambutan positif dari banyak kalangan.

Pendekatannya dianggap sebagai langkah maju dalam mendorong pola belajar yang lebih efektif dan bermanfaat dalam membangun daya ingat yang tahan lama dan memperbaiki kualitas pendidikan di era modern.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved