Video

VIDEO Pemukim Anggap Gencatan Senjata 'Perjanjian Menyerah' Israel, Hamas Tak Merasa Dikhianati

Dalam pernyataannya, Hamas menyiratkan tidak merasa 'ditinggalkan' oleh Hizbullah dalam perlawanan mereka terhadap agresi Israel.

Editor: Muhammad Aziz

SERAMBINEWS.COM - Gerakan Perlawanan Islam Palestina  atau yang lebih dikenal dengan Hamas menegaskan komitmennya untuk bekerja sama dalam segala upaya terkait dengan gencatan senjata di Gaza.

Kemauan Hamas untuk gencatan senjata dalam perangnya melawan agresi Israel di Gaza ini dinyatakan beberapa jam setelah perjanjian gencatan senjata di Lebanon mulai berlaku.

Gerakan perlawanan Palestina itu dalam sebuah pernyataan pers, pada Rabu (27/11/2024), menambahkan kalau mereka terus mengupayakan penghentian agresi Israel terhadap rakyat Palestina, dalam negosiasi gencatan senjata, lansir Khaberni.

Namun Hamas juga menyoroti perbedaan visi soal faktor-faktor penentu penghentian agresi Israel terhadap Gaza yang semestinya “disepakati secara nasional” oleh faksi manapun di kelompok Palestina.

Hamas menjelaskan, faktor-faktor penentu ini termasuk seputar gencatan senjata, penarikan pasukan pendudukan, kembalinya para pengungsi ke rumah mereka, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran tahanan Palestina dan sandera Israel.

Dalam pernyataannya, Hamas menyiratkan tidak merasa 'ditinggalkan' oleh Hizbullah dalam perlawanan mereka terhadap agresi Israel.

Dalam kacamata Amerika Serikat (AS), yang menggaungkan gencatan senjata di Lebanon, gencatan senjata ini akan membuat Hizbullah 'berhenti' mendukung Hamas sehingga penghentian perang di Gaza juga akan terjadi.

Hamas justru memuji peran penting yang dimainkan oleh Hizbullah, dalam mendukung Jalur Gaza dan perlawanan Palestina, dan “pengorbanan besar yang dilakukan oleh Hizbullah dan kepemimpinannya,” serta ketabahan rakyat Lebanon dan kelompok mereka dalam solidaritas permanen dengan rakyat Palestina “dalam menghadapi pendudukan Zionis dan agresi brutalnya.”

Pernyataan tersebut menekankan bahwa penerimaan Israel terhadap perjanjian dengan Lebanon “tanpa memenuhi persyaratan yang ditetapkan merupakan langkah penting dalam menghancurkan ilusi Netanyahu tentang mengubah peta Timur Tengah dengan kekerasan, dan ilusinya tentang mengalahkan kekuatan perlawanan atau melucuti senjata mereka. "

Hamas juga menekankan bahwa perjanjian ini “tidak akan mungkin terjadi tanpa ketabahan perlawanan dan penggalangan inkubator rakyat di sekitarnya, dan kami yakin bahwa poros perlawanan akan terus mendukung rakyat kami dan mendukung perjuangan mereka dengan segala cara yang mungkin".

Di sisi lain, gencatan senjata yang terjadi justru memicu kontroversi di dalam Israel.

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir sangat menentang gencatan senjata itu.

Ben-Gvir menggambarkannya sebagai “kesempatan yang terlewatkan” untuk mengalahkan Hizbullah.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Katz menekankan kesiapan Israel untuk menanggapi setiap pelanggaran gencatan senjata.

Koalisi Pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga menghadapi perpecahan internal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved