Internasional
Israel Rencanakan Penggandaan Populasi di Dataran Tinggi Golan
"Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel, dan itu sangat penting saat ini. Kami akan terus bertahan di sana, menjadikannya berkembang,
Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM- Israel telah mengumumkan rencana untuk menggandakan jumlah penduduknya di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada Minggu (15/12/2024), dengan alasan untuk memperkuat keamanan negara tersebut, meskipun ada ancaman dari Syria.
Dilansir dari kantor berita Reuters pada Senin (16/12/2024), Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa memperkuat Golan adalah langkah yang sangat penting di tengah ketegangan yang masih berlangsung di wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mengatakan, "Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel, dan itu sangat penting saat ini. Kami akan terus bertahan di sana, menjadikannya berkembang, dan menetap di sana".
Rencana ini mendapat persetujuan penuh dari pemerintah Israel, yang menyetujui anggaran lebih dari 40 juta shekel (sekitar 11 juta dolar AS) untuk mendorong pertumbuhan demografis di wilayah tersebut.
Sejak Israel merebut sebagian besar Dataran Tinggi Golan dari Syria pada Perang Enam Hari 1967, wilayah tersebut tetap menjadi titik panas perselisihan antara kedua negara.
Meskipun Israel menganeksasi Golan pada tahun 1981, aneksasi tersebut tidak diakui oleh sebagian besar negara, termasuk Syria, yang menuntut Israel untuk mundur.
Saat ini, sekitar 31.000 warga Israel tinggal di Golan, dengan banyak dari mereka bekerja di sektor pertanian, seperti kebun anggur, serta di industri pariwisata.
Golan juga menjadi rumah bagi sekitar 24.000 orang Druze, sebuah kelompok minoritas Arab yang menganut cabang Islam. Sebagian besar dari mereka mengidentifikasi diri sebagai orang Syria.
Namun, meskipun Israel berfokus pada pemukiman dan penguatan wilayah Golan, situasi keamanan di perbatasan Syria tetap menjadi perhatian utama.
Tindakan militer Israel di Syria, termasuk serangan terhadap gudang senjata strategis, bertujuan untuk mencegah senjata jatuh ke tangan kelompok pemberontak yang menumbangkan Presiden Bashar al-Assad.
Israel juga mengklaim bahwa intervensi mereka di wilayah Syria yang demiliterisasi, termasuk di Gunung Hermon yang strategis, adalah langkah sementara untuk memastikan keamanan perbatasan.
Keputusan Israel untuk memperluas pemukiman di Golan mendapat kecaman dari beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar. UEA, yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada 2020, menggambarkan tindakan tersebut sebagai "usaha sengaja untuk memperluas pendudukan."
Sementara itu, pemimpin de facto Syria, Ahmad al-Sharaa, menyatakan bahwa Israel menggunakan dalih palsu untuk membenarkan serangannya terhadap Syria.
Namun, dia menegaskan bahwa Syria tidak tertarik untuk terlibat dalam konfrontasi baru dan lebih memilih fokus pada upaya rekonstruksi negara yang hancur akibat perang selama bertahun-tahun.
"Prioritas kami saat ini adalah membangun kembali dan mencapai stabilitas, bukan terlibat dalam perselisihan yang bisa menambah kehancuran," kata Sharaa dalam sebuah wawancara.
Sisa Rumah Firaun di Bawah Tanah Mesir Beredar Luas Media Sosial, Apa yang Sebenarnya Terjadi? |
![]() |
---|
Vietnam Tingkatkan Tunjangan Guru 70 Persen Hingga 100 Persen Bagi Guru di Wilayah Tertinggal |
![]() |
---|
Agni-V Meluncur! Perlombaan Rudal India dan Pakistan Memanas, India Kirim Sinyal Keras ke China? |
![]() |
---|
Satria Kumbara Meringis Kesakitan, TNI Tegaskan Tak Lagi Bertanggung Jawab Kepada Pengkhianat Negara |
![]() |
---|
The Fed Siap Tekan Suku Bunga, Wall Street Bergairah, Trump Ngamuk Lagi? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.