Konflik Israel dan Palestina
Komite Perlindungan Jurnalis Mengecam Pembunuhan Jurnalis Oleh Israel di Gaza
“Setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh di seluruh dunia pada tahun 2024,” kata CEO CPJ Jodie Ginsberg.
Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM- Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengecam tindakan Israel yang membunuh empat jurnalis Palestina di Gaza dalam sepekan terakhir.
Pembunuhan ini terjadi saat militer Israel semakin intensif melakukan serangan udara di wilayah yang terkepung tersebut.
Dilansir dari kantor berita Aljazeera pada Selasa (17/12/2024), dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (16/12/2024), CPJ yang berbasis di Amerika Serikat menyatakan bahwa masyarakat internasional gagal untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas serangan terhadap jurnalis dan media di Gaza, meskipun jumlah korban tewas di kalangan jurnalis dan warga sipil terus meningkat.
Baca juga: Misteri Hilangnya Pesawat Kargo Il-76 Suriah Saat Assad Melarikan Diri, Jatuh Atau ‘Dicuri’ Rusia?
Menurut Jodie Ginsberg, CEO CPJ, setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh di seluruh dunia pada tahun 2024. Dari jumlah itu, dua pertiga kematian tersebut terjadi akibat tindakan Israel.
Meskipun demikian, Israel tetap bertindak tanpa konsekuensi atas pembunuhan jurnalis dan serangan terhadap media.
“Setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh di seluruh dunia pada tahun 2024,” kata CEO CPJ Jodie Ginsberg.
“Israel bertanggung jawab atas dua pertiga dari kematian tersebut, namun tetap bertindak dengan impunitas total dalam hal pembunuhan jurnalis dan serangannya terhadap media," tambahnya.
Pembunuhan terbaru terjadi pada 16 Desember 2024, saat pasukan Israel membunuh Ahmed al-Louh, seorang jurnalis Palestina berusia 39 tahun yang bekerja sebagai juru kamera untuk Al Jazeera, di kamp pengungsi Nuseirat.
Sebelumnya, Israel juga membunuh jurnalis Mohammed Balousha, Mohammed Jabr al-Qrinawi, dan Eman Shanti dalam serangan yang terpisah.
Eman Shanti, seorang jurnalis Palestina yang dibunuh dalam serangan udara Israel, sempat menulis di media sosial beberapa jam sebelum kematiannya, "Mungkinkah kami masih hidup sampai sekarang?" Tak lama setelah itu, Shanti bersama suami dan anak-anaknya tewas dalam serangan udara di Kota Gaza pada Rabu.
Menurut data yang dirilis oleh otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 45.000 warga Palestina telah terbunuh akibat serangan Israel sejak dimulainya konflik.
Israel juga terus meratakan sebagian besar wilayah Gaza dan memberlakukan blokade yang sangat ketat, yang menyebabkan kelaparan massal di wilayah tersebut.
PBB dan organisasi hak asasi manusia menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, mengingat jumlah korban tewas yang sangat tinggi dan kondisi kehidupan yang semakin memburuk di wilayah tersebut.
Karena tidak ada wartawan asing yang diizinkan bekerja di Gaza, wartawan Palestina menjadi satu-satunya saksi yang menceritakan kekejaman yang terjadi di wilayah tersebut kepada dunia luar. Hal ini membuat jurnalis Palestina menjadi sasaran utama militer Israel, yang sering kali tidak mengindahkan hukum internasional dan norma etika dalam serangan mereka.
Menurut data dari Kantor Media Pemerintah Gaza, pasukan Israel telah menewaskan 196 pekerja media Palestina sejak perang dimulai pada tahun lalu.
Sementara itu, CPJ mencatat bahwa jumlah korban tewas di kalangan pekerja media mencapai 133.
Pada hari Minggu, Al Jazeera mengutuk pembunuhan al-Louh dan menuduh Israel melakukan "pembunuhan sistematis terhadap jurnalis dengan kejam". Al-Louh adalah jurnalis Al Jazeera kedua yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak perang dimulai.
Sebelumnya, pada tahun ini, Israel juga membunuh koresponden Al Jazeera Ismail al-Ghoul dan juru kamera Rami al-Rifi dalam serangan yang ditargetkan.
Militer Israel tidak membantah telah menargetkan al-Louh dan jurnalis Al Jazeera lainnya. Namun, mereka berusaha membenarkan pembunuhan tersebut dengan menuduh para jurnalis tersebut sebagai anggota kelompok bersenjata Palestina tanpa memberikan bukti yang jelas.
Misalnya, pada hari Minggu, militer Israel mengklaim bahwa al-Louh adalah anggota Jihad Islam Palestina, tetapi tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.
Israel juga sebelumnya menuduh al-Ghoul sebagai anggota Hamas dan merilis dokumen yang tampaknya dipalsukan sebagai bukti, yang menyatakan bahwa al-Ghoul menerima pangkat militer Hamas pada tahun 2007, saat ia masih berusia 10 tahun.
Sejak dimulainya perang, Israel telah sering menuduh serangan mereka terhadap warga Palestina sebagai bagian dari kampanye melawan Hamas, meskipun bukti yang mendukung tuduhan ini sangat terbatas.
Selain itu, militer Israel juga telah mengebom berbagai fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit, dan kamp pengungsi, dengan klaim bahwa mereka menargetkan pejuang Hamas, meskipun serangan-serangan ini sering kali mengakibatkan korban jiwa di kalangan warga sipil.
Donald Trump Klaim Israel Sepakat Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza, Desak Hamas Terima Kesepakatan |
![]() |
---|
Temuan Pil Diduga Narkoba di Karung Tepung Bantuan AS, Otoritas Gaza Sebut Bentuk Serangan Langsung |
![]() |
---|
Lokasi Bantuan Jadi 'Perangkap Maut', 549 Warga Gaza Tewas Ditembak |
![]() |
---|
Israel Kembali Bombardir Gaza, 71 Warga Palestina Tewas di Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 |
![]() |
---|
Konflik Memanas! Iran Tolak Negosiasi Nuklir di Tengah Serangan Israel, Ketegangan Global Meningkat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.