HIMPASAY Kenang 2 Dekade Tsunami Aceh dari Yogyakarta, BMKG Jelaskan Cara Minimalisir Korban Bencana

Laporan Sara Masroni | Yogyakarta

SERAMBINEWS.COM, YOGYAKARTA - Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Aceh-Yogyakarta (HIMPASAY) menggelar zikir, doa bersama, dan sharing session kilas balik bertema “Mengenang, Belajar dan Melangkah: Aceh 20 Tahun Pasca Tsunami”, di Asrama Pocut Baren, Condongcatur, Rabu (25/12/2024) malam.

Ketua Umum HIMPASAY, Mahmuddin, SH dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk mengenang dan mendoakan mereka yang terlebih dahulu meninggalkan dunia ketika tsunami menimpa Aceh pada tahun 2004 silam.

“Kegiatan ini juga sebagai ajang refleksi diri kita sebagai makhluk, selagi masih diberikan kesehatan dan kesempatan maka harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin,” kata Mahmuddin.

Setelah pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan zikir dan doa bersama dipimpin Teungku Razali Abdullah, MA.

Setelah doa, kegiatan dilanjutkan dengan sharing session kilas balik yang diisi Teungku Razali MA, membahas tsunami Aceh dari perspektif Agama. 

Dikatakannya, tsunami merupakan bagian dari kiamat kecil.

“Hikmah yang dapat diambil dari musibah tsunami Aceh 2004 silam adalah kita sebagai makhluk harus jangan lalai, ini merupakan kiamat kecil yang mana bagian daripada bentuk teguran Allah kepada hamba-Nya untuk senantiasa mengingat dan meningkat amal ibadah,” kata Razali.

“Oleh karena itu, alangkah baiknya bagi kita yang masih diberikan kesempatan dan umur agar dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya,” tambahnya.

Sementara pembicara lainnya yakni Staf Mitigasi Stasiun Geofisika Sleman, Nana Diana, ST yang membahas tsunami dari perspektif sains dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Dia menyampaikan, Aceh menjadi wilayah yang rawan akan gempa karena memiliki banyak perbukitan. 

Semakin banyak perbukitan, maka semakin banyak pula patahan lempeng.

Begitu juga dengan tsunami yang terjadi di Aceh 20 tahun silam, karena adanya patahan lempeng bumi yang terjadi di dasar laut dan adanya ledakan dari gunung berapi bawah laut.

“Sehingga menyebabkan air laut menjadi panas dan menghitam lalu meluap,” kata Nana.

Staf BMKG itu menyampaikan, bencana tsunami memang tidak terduga kapan terjadinya, namun masih bisa ditakar dan diprediksi.

Salah satunya bisa dilihat jika ada terjadi gempa lebih dari 20 detik dan berstatus gempa bumi yang terjadi karena pergerakan lempeng tektonik yang saling mendekat atau bertabrakan atau disebut dengan gempa konvergen.

Selain menjelaskan tentang gempa dan tsunami, dia juga menjelaskan bagaimana upaya yang dapat dilakukan sebagai langkah antisipasi. 

Saat terjadi gempa, langkah preventif yang bisa diambil adalah pertama, lari sejauh 20 meter dan menunggu selama 20 menit karena mungkin adanya gempa susulan.

Lalu siapkan perlengkapan siaga bencana untuk perlindungan diri, seperti kotak P3K, masker, makanan dan minuman secukupnya, handphone dan charger, dokumen pribadi, pakaian lengkap, senter, dan peluit. 

Karena itu merupakan alat yang harus disediakan sebagai antisipasi bencana, terkhusus gempa bumi dan tsunami.

“Saya juga menekankan, dalam situasi menghadapi suatu bencana, kita perlu mengenali, memahami dan mengulangi. Kenali lingkungan, pahami rambu evakuasi, dan mengulangi latihan diri dalam menghadapi bencana,” papar Nana.

“Saat gempa terjadi, hal yang harus dilindungi yang paling utama adalah bagian tubuh yang vital yaitu kepala dan bagian leher belakang. Kemudian jangan panik,” tambahnya.

Di akhir penyampaiannya, Nana mengatakan, upaya mitigasi tetap harus dipelajari dan dipersiapkan sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi bencana yang tidak terprediksi. 

"Potensi bencana alam khususnya gempa dan tsunami akan selalu ada dan tidak dapat diprediksi dengan pasti kapan terjadinya. Oleh karena itu, upaya mitigasi tetap harus terus dipersiapkan dan dipelajari," pungkasnya.

Kegiatan tersebut ditutup dengan foto bersama, dilanjutkan dengan menikmati makan malam bersama narasumber dan pengurus HIMPASAY.(*)