Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
Konflik Aceh dan Bencana Tsunami 2004: Senjata Mainan Gegerkan Relawan hingga TNI Mengepung Rumahnya
Namun, pengalaman relawan saat bertugas di kawasan Surien pada Jumat (6/1/2005) menjadi salah satu cerita yang tak terlupakan.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Yeni Hardika
Konflik Aceh dan Bencana Tsunami 2004: Senjata Mainan Gegerkan Relawan hingga TNI Mengepung Rumahnya
SERAMBINEWS.COM – Sebelum bencana tsunami 2004, Aceh telah menjadi wilayah yang dilanda konflik berkepanjangan antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Konflik ini dipicu oleh tuntutan GAM untuk mendirikan negara merdeka, terpisah dari Indonesia.
Pemerintah Indonesia melancarkan operasi militer untuk mengendalikan situasi, sementara GAM terus melakukan serangan sporadis.
Akibatnya, wilayah Aceh berada dalam keadaan darurat militer yang memperparah penderitaan rakyat.
Bencana tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 menjadi momentum untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama ini.
Kondisi darurat menyadarkan semua pihak bahwa perdamaian adalah kunci untuk membangun kembali Aceh.

Pada Agustus 2005, hanya delapan bulan setelah tsunami, perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM ditandatangani di Helsinki, Finlandia.
Namun, ada kisah unik nan menggelitik ketika para relawan tsunami membantu Aceh dalam mengevakuasi jenazah.
Para relawan dibayangi oleh rasa takut karena pada saat tsunami, Aceh masih dalam suasana konfik.
Di tengah tugas berat mengevakuasi jenazah korban tsunami Aceh, para relawan tak hanya menghadapi tantangan fisik dan emosional, tetapi juga momen-momen unik yang terkadang mencampur aduk rasa tegang dan geli.
Tim SAR Mahameru Malang yang sudah mulai bekerja sejak Sabtu (1/1/2004) ini telah mengevakuasi ratusan jenazah di berbagai lokasi, termasuk Masjid Al Huda di Kampung Laksana, kawasan Peunayong.
Namun, pengalaman mereka saat bertugas di kawasan Surien pada Jumat (6/1/2005) menjadi salah satu cerita yang tak terlupakan.
Bagaimana kisah mereka dan situasi saat TNI mengambil posisi siaga?
Tepat pada hari ini, Kamis, 26 Desember 2024, masyarakat Aceh mengenang tragedi dahsyat bencana gempa dan Tsunami yang melanda Aceh pada 2004.
Peristiwa ini menjadi tragedi bencana alam yang paling membekas dalam ingatan masyarakat Aceh.
Gempa yang berkekuatan 9,0 SR yang disusul gelombang tsunami setinggi 30 meter menghantam dataran Aceh, menimbulkan lembaran duka dalam sejarah Indonesia.
Ratusan ribu nyawa manusia menjadi korban dari bencana mahadahsyat abad ini.
Sebuah arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Sabtu 7 Januari 2005, berkisah tentang relawan kemanusiaan tsunami Aceh yang geger sosok pria memengang senapan mainan dan TNI bersiap dengan posisi perang.
Artikel ini kembali diterbitkan untuk memperingati 20 tahun bencana Tsunami Aceh 2004.
Cerita di Balik Evakuasi Mayat di Aceh: Senapan Mainan Gegerkan Relawan
Рara relawan yang melakukan evakuasi mayat di daerah-daerah yang terkena bencana sering mengalami berbagai pengalaman unik.
Tidak terkecuali Tim SAR Mahameru Malang yang sudah mulai bekerja mengangkut jenazah korban bencana sejak hari Sabtu (1/1/2004) silam.
Begitu tiba di Banda Aceh, anggota tim ini sudah langsung terlibat dalam upaya evakuasi puluhan jenazah yang ditumpuk masyarakat di Masjid Al Huda Kampung Laksana, yang masuk dalam kawasan Peunayong.
Dari catatan Tim SAR Mahameru, selama tujuh hari terakhir, mereka sudah melakukan evakuasi ratusan jenazah.
Pada Jumat, 6 Januari 2005, tim relawan ini mengalami pengalaman menegangkan sekaligus menggelikan ketika melakukan evakuasi jenazah di kawasan Surien.
Sesudah memasukkan sejumlah jenazah ke kantong mayat, menjelang tengah hari sebagian diantara mereka mulai beristirahat.
Tujuh orang memilih berteduh di bawah sebatang pohon.
Sedang asyik-asyiknya melepas lelah, salah satu diantara relawan melihat sesosok bayangan manusia di dalam sebuah rumah yang rusak terlanda gelombang tsunami.
Yang mengejutkan, orang yang terlihat dari pecahan kaca rumah terlihat membawa sepucuk senjata laras panjang.
Melihat hal tersebut para relawan mulai gelisah. Mereka dilanda perasaan khawatir terhadap situasi keamanan.
Apalagi orang yang diketahui membawa senapan tidak mengenakan pakaian seragam TNI atau Polri.
Sempat timbul perdebatan tentang identitas orang itu.
Beberapa anggota tim SAR mengira dia adalah anggota intelijen, namun sebagian lainnya menyanggah.
Karena gerak-gerik orang itu dinilai tidak menunjukkan tanda-tanda layaknya seorang intel.
Karena merasa tidak mendapat kepastian mengenai status orang mencurigakan itu, ditambah perasaan was-was yang semakin meningkat, para anggota Tim SAR meninggalkan pohon tempat mereka berteduh dan bergegas meninggalkan daerah itu.
Sementara Madi, salah satu anggota Tim SAR tetap tinggal dan beristirahat di bawah pohon.
Anggota relawan yang sedang berjalan meninggalkan kawasan rumah tersebut, tiba-tiba berpaspasan dengan tiga orang anggota TNI yang sedang berlari ke arah tempat mereka sebelumnya beristirahat.
Melihat kejadian ini, entah siapa yang memulai, para relawan ikut lari tunggang langgang ke arah jalan raya.
"Padahal di depan ada back hoe, tapi saya tidak peduli. Saya lari melewati alat berat itu." kenang Peo, salah satu anggota Tim SAR.
Keberadaan orang yang terlihat membawa senapan tapi tidak mengenakan seragam TNI atau Polri di rumah tersebut rupanya dipergoki juga oleh warga sekitar dan dilaporkan ke anggota TNI yang berjaga di kawasan ini.
Madi, anggota SAR yang berada di dekat rumah pelan-pelan mulai menyingkir ketika melihat aparat mulai mengambil posisi siaga di depan rumah.
Ketika keadaan semakin tegang seorang pria berteriak-teriak mengingatkan petugas.
"Pak Pak Itu senjata mainan. Punya anak saya diambil orang itu" kata pria itu.
Aparat tidak mau mengambil risiko dan tetap mengarahkan senjatanya ke arah rumah.
Orang yang berada di dalam rumah diberi peringatan untuk melempar senjatanya lewat kaca jendela yang pecah.
Senjata dilempar ke luar dan jatuh ke halaman.
Bentuknya mirip sekali dengan senapan serbu AK 47.
Salah satu anggota TNI segera mengamati senjata itu.
Ketika diinjak...Prak... Pecah berkeping-keping senjata itu ternyata mainan terbuat dari plastik.
(Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Agus Ramadhan)
konflik aceh
Tsunami Aceh
tsunami
senjata mainan
relawan
Tim SAR Mahameru Malang
GAM
TNI
Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
20 Tahun Tsunami Aceh
Sosok Perekam Tsunami Aceh, Cut Putri : Izinkan Aku Merekam Agar Dunia Tahu Kebesaran Mu ya Allah |
![]() |
---|
Selalu Viral saat Peringatan Tsunami Aceh, Ini Lirik dan Terjemahan Lagu Aneuk Yatim dan Ya Rabbana |
![]() |
---|
20 Tahun Tsunami Aceh - Jamaah Menangis saat Shalat Jumat Perdana di Masjid Raya Baiturrahman |
![]() |
---|
Kisah Pelajar SMP Selamatkan Hidup dengan Tong Sampah dan Sepotong Kayu saat Tsunami Aceh 2004 |
![]() |
---|
Bersama Aa Gym, Titiek Puspa Menangis Saat Berada di Aceh Pasca Tsunami 2004: Semua Hancur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.