FDP Mengelar Seminar Nasional Anti Pendangkalan Akidah

Seminar yang berlansung di Asrama Haji dihadirin  lebih dari  tiga ratusan peserta yang kebanyakan para dai muda yang punya semangat dalam berdakwah. 

Editor: IKL
For Serambinews
FDP Mengelar Seminar Nasional Anti Pendangkalan Akidah 

SERAMBINEWS.COM - Forum Dakwah Perbatasan (FDP) menghadirkan pakar Kristologi Nasional dalam rangka meghambat aksi pemurtadan dan  pendangkalan akidah, hadir dalam seminar tersebut Koh Dondy Tan yang masuk Islam  2014 dan fokus pada kajian perbandingan agama, beliau seorang youtuber  tenar saat ini karena kajian perbandingan agama sangat tajam dan kritis. Ustaz Iwan Setiawan, pakar Misiologi , Ustaz Mashud, Pakar Kristologi dan Ustazah Nevy Amaliyah, Ketua Yayasan Isa bin Maryam mantan penginjil  yang  berbalik menjadi dai Islam.  

Seminar yang berlansung di Asrama Haji dihadirin  lebih dari  tiga ratusan peserta yang kebanyakan para dai muda yang punya semangat dalam berdakwah. 

Seminar yang dibukan oleh Dr. Munawar A. Jalil. Kepala Dinas  Pendidikan Dayah  Aceh mewakili Gubernur Aceh, turut hadir dalam acara tersebut  Kepala Dinas Syariat Islami Aceh yang diwakili  Kepala Bidang Penyuluhan Agama Islam dan Tenaga Dai, Dr. Fikri Sulaiman Ismail.  

Seminar yang  bertopik "Membentengi Akidah Umat dari Permurtadan dan Aliran Sesat"  berlangsung pada pada tanggal 25 Desember 2024, dilanjutkan dengan Pelatihan Khusus Dai dan Aktifis Dakwah  selama dua hari 26 dan 27 Desember 2024 di Aula Hotel Oman. 

Dalam kesempatan itu,  Ketua Forum Dakwah Perbatasan, dr. Nurkhalis, Sp.Jp-FIHA. FasCC menyampaikan program FDP serta visi dan misi organisasi; memperbaiki kondisi umat dan mengembalikan mereka ke jalan Islam yang benar.  

Secara khusus Nurkhalis  menjelaskan  terjadi peningkatan jumlah mu'alaf secara signifikan dan perlu persiapan untuk memastikan pembinaan mu'alaf dilakukan secara terstruktur, sehingga mereka benar-benar memahami Islam dan menjadi Muslim yang  taat.

FDP memiliki beberapa program utama, Salah satunya membangun masjid di daerah pedalaman yang akses transportasinya sangat sulit.

Hingga saat ini, kita telah mendirikan tiga masjid di kawasan Leuser, Aceh Tenggara,  Masjid di Bukit Meriah,  Bukit Bintang Indah,  Bumbun Indah. Satu masjid di Pinem Dairi Sumut yang sejak Indonesia merdeka mereka belum memiliki masjid, dan kini sedang merenovasi masjid di Gunung Pakpak Leuser.  Dengan berdirinya masjid-masjid tersebut, semangat dan kesadaran masyarakat terhadap Islam semakin meningkat karena dibarengi dengan penempatan Dai FDP untuk memastikan masjid tetap  Makmur dengan jamaah dan pengajian anak-anak dan orang tua.

Untuk menutupi kebutuhan dai di Kawasan-kawasan Perbatasan dan Pedalaman FDP telah menyekolahkan anak-anak kewasan tersebut ke Lembaga-lembaga Pendidikan Islam baik di Aceh, Jakarta dan Yogyakarta.  Tidak hanyak  konsern  di perbatasan dan pedalaman, FDP juga peduli dengan persoalan perkotaan seperti isu sosial  meningkatnya kasus HIV/AIDS,  yang data tidak dipublikasikan secara luas karena sifatnya  sensitif. Ucap Nukhalis; Kita berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi melalui dakwah, baik di pedalaman, perbatasan, maupun wilayah lain yang membutuhkan sentuhan keislaman. Saat ini  Aceh berhadapan dengan tantangan besar yang mengancam masa depan Aceh, seperti LGBT, judi online, dan narkoba. Data-data yang kita miliki menunjukkan bahwa situasi ini sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Forum Dakwah Perbatasan (FDP) berkolaborasi dengan DPP KK Aceh telah menyelenggarakan program Sekolah Keluarga Samara. Tujuan utama program ini untuk memperkuat pondasi keluarga di Aceh, menekan angka perceraian, mengurangi kekerasan dalam rumah tangga, dan menyelesaikan berbagai persoalan sosial, termasuk yang dihadapi oleh generasi muda, hingga saat ini, lebih dari 200 peserta telah mengikuti program Sekolah Samara.  

Ketua FDP juga memandang pentingnya mempersiapkan wadah khusus bagi para pemuda Aceh untuk melatih mereka menjadi pemimpin masa depan. Ini adalah langkah strategis dalam menghadapi tantangan global, sekaligus menjawab pertanyaan besar tentang posisi Aceh pada tahun 2045, saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan sebagai Indonesia Emas. Apakah Aceh pada saat itu akan menjadi provinsi termiskin, terbelakang, atau menjadi beban bagi negara? Atau justru, Aceh mampu menjadi provinsi modal yang memberikan kontribusi terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Indonesia secara keseluruhan. Untuk itu harus mulai mendesain masa depan dari sekarang. Dengan persiapan matang dan pembinaan yang berkesinambungan, harapan Aceh dapat melahirkan pemimpin-pemimpin hebat yang akan membawa kemajuan bagi bangsa. Waktu 20 tahun adalah waktu yang singkat, tetapi jika kita bekerja sungguh-sungguh, insyaAllah Allah akan membukakan jalan.  

Program dan ide cemerlang tersebut disambut baik oleh Pemerintah Aceh lewat sambutan yang disampaikan oleh Kepala Dinas  Pendidikan Dayah Aceh, Munawar A. Jalil, dalam sambutannya menyampaikan  " tema ini menggugah kesadaran kita semua akan pentingnya menjaga akidah umat di tengah berbagai tantangan yang terus berkembang.” Lanjutnya, sebagai wilayah yang dikenal dengan sebutan Serambi Mekah, Aceh memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga nilai-nilai keislaman dan keberlangsungan akidah umat. Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam hal ini semakin kompleks. Pengaruh globalisasi, perkembangan teknologi informasi, dan penetrasi pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari ajaran Islam menjadi tantangan nyata yang perlu kita hadapi bersama.   Langkah-langkah strategis diperlukan untuk memastikan bahwa akidah umat tetap kokoh di tengah gempuran perubahan zaman. 

Pemerintah Aceh lewat Kepada Dinas Pendidikan Dayah menawarkan strategi bersama  untuk melindungi akidah  umat; 1. Peningkatan  Pendidikan agama untuk generasi muda harus diperkuat di semua lini: formal, nonformal, dan informal Pendekatan pendidikan harus disesuaikan dengan tantangan zaman, sehingga dapat memberikan pemahaman yang mendalam dan kontekstual kepada generasi muda. 2. Penguatan Peran Ulama dan Dai,  perlu terus dibekali dengan wawasan dan kemampuan yang relevan untuk menghadapi ber bagai isu kontemporer, termasuk strategi dakwah yang efektif dalam menangkal ideologi menyimpang. 3. Pemanfaatan Teknologi Digital,  teknologi menjadi alat penting dalam menyebarkan pesan-pesan Islam yang benar melalui konten-konten yang berkualitas dan menarik. 4. Sinergi Antar-Stakeholders. dibutuhkan kerja sama yang erat antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal, untuk menghasilkan solusi yang efektif.   Dalam penutup sambutanya,Kadis Dinas Dayah menegaskan bahwa Pemerintah Aceh berkomitmen untuk terus mendukung segala upaya yang bertujuan melindungi akidah generasi muda dan umat secara keseluruhan.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved