Opini
Meneladani Abah Guru Sekumpul, Refleksi Milad Ke-25
Era digital menghadirkan tantangan dan peluang baru bagi umat Islam. Teknologi memudahkan
Oleh: Tgk Nanda Saputra MPd*)
ABAH Guru Sekumpul, atau Muhammad Zaini Abdul Ghani, merupakan salah satu ulama besar Nusantara yang namanya terus dikenang hingga kini. Keteladanan beliau dalam ilmu, akhlak, dan pengabdian kepada umat menjadi cahaya terang yang membimbing umat Islam di berbagai belahan dunia, meskipun Abah Guru Sekumpul telah wafat pada 2005. Momentum Haul Ke-20 Abah Guru Sekumpul pada tahun 2025 bukan hanya momen untuk mengenang, tetapi juga untuk merenungi relevansi ajaran beliau di tengah arus digitalisasi yang semakin pesat.
Era digital menghadirkan tantangan dan peluang baru bagi umat Islam. Teknologi memudahkan akses terhadap ilmu, tetapi juga membawa risiko disinformasi. Media sosial membuka ruang dakwah yang luas, tetapi sering kali menjadi arena konflik yang tidak produktif. Dalam menghadapi era ini, kita dapat meneladani Abah Guru Sekumpul dengan menghidupkan nilai-nilai luhur yang beliau wariskan, seperti kesederhanaan, ketakwaan, dan cinta terhadap ilmu.
Keteladanan Abah Guru Sekumpul dalam Menuntut Ilmu
Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai pencari ilmu sejati yang belajar dari ratusan ulama besar, baik di Nusantara maupun Timur Tengah. Beliau menekankan pentingnya menuntut ilmu dengan niat yang tulus dan sanad keilmuan yang jelas. Di era digital, akses terhadap ilmu agama menjadi lebih mudah melalui berbagai platform seperti YouTube, podcast, dan aplikasi belajar online. Namun, semangat Abah Guru Sekumpul mengingatkan kita untuk tidak sekadar mencari informasi, tetapi mendalami ilmu dari sumber-sumber yang otoritatif.
Informasi agama di internet sering kali tidak terjamin validitasnya. Banyak konten yang mengklaim mewakili ajaran Islam, tetapi sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat. Oleh karena itu, umat Islam harus berhati-hati dan selektif dalam memilih sumber ilmu, memastikan bahwa mereka belajar dari ulama yang memiliki sanad keilmuan yang sahih.
Sosok Abah Guru Sekumpul merupakan contoh bagaimana ilmu harus disampaikan dengan penuh keikhlasan dan bahasa yang sederhana. Majelis ilmu beliau dihadiri oleh berbagai kalangan, dari yang awam hingga intelektual, karena gaya penyampaiannya yang ramah dan mudah dipahami. Di era digital, prinsip ini dapat diterapkan dalam produksi konten dakwah yang menarik, tetapi tetap mendalam, seperti video pendek, artikel, dan infografis.
Kesantunan dalam Berdakwah
Abah Guru Sekumpul selalu menekankan pentingnya adab dalam berdakwah. Kesantunan beliau dalam menyampaikan ajaran Islam menjadi salah satu alasan mengapa dakwahnya diterima oleh banyak kalangan. Di era media sosial, nilai ini menjadi sangat relevan. Platform digital sering kali menjadi ajang perdebatan yang tidak produktif, bahkan merusak ukhuwah Islamiyah.
Meneladani Abah Guru Sekumpul berarti menjaga kesantunan dalam berdakwah di media sosial. Setiap komentar, unggahan, atau diskusi harus dilakukan dengan niat yang baik, bahasa yang bijak, dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat. Dakwah yang efektif bukanlah yang bersifat memaksakan, tetapi yang mampu menyentuh hati dan menginspirasi.
Salah satu warisan terbesar Abah Guru Sekumpul adalah semangat ukhuwah Islamiyah yang beliau bangun melalui majelis ilmunya dan tradisi haul yang terus berlangsung hingga kini. Haul Abah Guru Sekumpul menjadi momen tahunan yang mempererat persaudaraan umat Islam dari berbagai daerah, bahkan negara.
Di era digital, semangat ukhuwah ini dapat diwujudkan melalui kolaborasi online. Teknologi memungkinkan umat Islam untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan dukungan satu sama lain tanpa batas geografis. Misalnya, penggalangan dana online dapat menjadi sarana untuk membantu sesama, sementara grup diskusi agama di media sosial dapat menjadi ruang untuk berbagi pengetahuan.
Ukhuwah sejati hanya dapat terwujud jika interaksi di dunia digital dilakukan dengan niat yang tulus dan penghormatan terhadap nilai-nilai Islam. Konflik yang sering muncul di media sosial sering kali disebabkan oleh ketidaktulusan atau ego pribadi. Meneladani Abah Guru Sekumpul berarti mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi, baik di dunia nyata maupun maya.
Kesederhanaan dalam Menghadapi Modernitas
Kesederhanaan merupakan salah satu nilai utama yang diajarkan oleh Abah Guru Sekumpul. Meskipun memiliki banyak kelebihan dan pengikut, beliau menjalani hidup dengan rendah hati dan menjauhkan diri dari popularitas duniawi. Nilai ini sangat relevan di era digital, di mana banyak orang tergoda untuk mencari popularitas melalui media sosial.
Meneladani kesederhanaan Abah Guru Sekumpul berarti menggunakan teknologi dengan bijak dan sesuai kebutuhan. Media sosial, misalnya, dapat digunakan untuk menyebarkan ilmu dan kebaikan, tetapi bukan untuk memamerkan diri atau mencari pujian. Selain itu, kesederhanaan juga berarti menghindari konsumsi teknologi yang berlebihan, yang dapat mengalihkan perhatian dari ibadah dan tanggung jawab lainnya.
Di era digital, salah satu tantangan terbesar adalah maraknya hoaks dan disinformasi, termasuk dalam hal agama. Sebagai ulama yang selalu menekankan pentingnya kebenaran, Abah Guru Sekumpul mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Setiap informasi yang diterima harus melalui proses verifikasi. Jangan mudah percaya pada konten yang tidak memiliki dasar yang jelas, apalagi jika konten tersebut berpotensi memecah belah umat. Sebagai umat Islam, kita harus belajar untuk bersikap kritis dan hanya mengambil ilmu dari sumber yang terpercaya.
Abah Guru Sekumpul mendedikasikan hidupnya untuk melayani umat, baik melalui ilmu maupun bantuan spiritual. Di era digital, semangat ini dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk, seperti menyediakan aplikasi edukasi agama, membantu menyelesaikan masalah sosial melalui teknologi, atau menjadi inspirasi bagi orang lain melalui konten positif.
Misalnya, aplikasi pengingat salat, tafsir Al-Qur'an digital, atau platform belajar Islam online adalah bentuk konkret dari pelayanan kepada umat di era digital. Dengan semangat pelayanan yang diajarkan oleh Abah Guru Sekumpul, umat Islam dapat berkontribusi dalam menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi sesama.
Menjaga Spritualitas di Tengah Kehidupan Modern
Abah Guru Sekumpul merupakan sosok yang selalu dekat dengan Allah SWT, meskipun sibuk melayani umat. Beliau mengajarkan pentingnya menjaga spritualitas di tengah kesibukan dunia. Di era digital, menjaga spritualitas menjadi tantangan tersendiri, karena teknologi sering kali membuat kita sibuk dengan hal-hal duniawi.
Meneladani Abah Guru Sekumpul berarti mengatur waktu dengan bijak, menyisihkan waktu khusus untuk ibadah, dan menjaga hati dari pengaruh negatif dunia digital. Teknologi seharusnya menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Haul Ke-20 Abah Guru Sekumpul pada tahun 2025 adalah momen untuk merenungi dan menghidupkan kembali ajaran beliau di tengah tantangan zaman. Dengan meneladani semangat beliau dalam menuntut ilmu, berdakwah, memperkuat ukhuwah, menjaga kesederhanaan, dan melayani umat, kita dapat menjadikan era digital sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membawa manfaat bagi sesama.
Warisan Abah Guru Sekumpul bukan hanya tentang mengenang sosok beliau, tetapi juga tentang menerapkan nilai-nilai luhur yang beliau ajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk terus meneladani beliau, sehingga kita menjadi umat yang bermanfaat dan mendapatkan ridha-Nya.
Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
*) Penulis adalah Dosen STIT Al-Hilal Sigli, Mahasiswa Doktoral Universitas Sebelas Maret & Ketua Asosiasi DKLPT
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.