Berita Banda Aceh

Mahasiswa USK Bacakan Puisi di Depan Kantor DPRA Saat Aksi Demo 'Indonesia Gelap', Ini Isinya

Puisi ini merupakan bentuk protes terhadap ketimpangan sosial, ketidakadilan, serta kondisi politik dan ekonomi yang timpang di Indonesia.

Editor: Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM/Cut Bintu Jabbabirah
AKSI DEMO - Seribuan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar aksi demo 'Indonesia Gelap' di depan Gedung DPRA, Banda Aceh pada Rabu (19/2/2025) 

Mahasiswa USK Bacakan Puisi di Depan Kantor DPRA Saat Aksi Demo 'Indonesia Gelap', Ini Isinya

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Seribuan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar aksi demonstrasi bertajuk Indonesia Gelap di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada Rabu (19/2/2025). 

Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat, terutama terkait efisiensi anggaran dan pengurangan dana Otonomi Khusus (Otsus).

Seorang mahasiswa USK, Ahmad Taisir dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), membacakan puisi yang berjudul “Sajak Sebatang Lison” karya WS Rendra.

Puisi ini merupakan bentuk protes terhadap ketimpangan sosial, ketidakadilan, serta kondisi politik dan ekonomi yang timpang di Indonesia.

Ahmad Taisir membacakan pusisi ini dihadapan para peserta aksi dan masyarakat yang menyaksikan. Berikut isi puisinya:

Menghisap sebatang lisong
Melihat indonesia raya
Mendengar 130 juta rakyat
Dan di langit
Dua tiga cukung mengangkang
Berak di atas kepala mereka

Matahari terbit
Fajar tiba
Dan aku melihat delapan juta kanak kanak tanpa pendidikan

Aku bertanya
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentur meja kekuasaan yang macet
Dan papantulis papantulis para pendidik
Yang terlepas dari persoalan kehidupan

Delapan juta kanak kanak
Menghadapi satu jalan panjang
Tanpa pilihan
Tanpa pepohonan
Tanpa dangau persinggahan
Tanpa ada bayangan ujungnya

Menghisap udara
Yang disemprot deodorant
Aku melihat sarjana sarjana menganggur
Berpeluh di jalan raya
Aku melihat wanita bunting
Antri uang pensiunan

Dan di langit
Para teknokrat berkata :
Bahwa bangsa kita adalah malas
Bahwa bangsa mesti dibangun
Mesti di up-grade
Disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung gunung menjulang
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
Protes protes yang terpendam
Terhimpit di bawah tilam

Aku bertanya
Tetapi pertanyaanku
Membentur jidat penyair penyair salon
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan
Sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
Dan delapan juta kanak kanak tanpa pendidikan
Termangu mangu di kaki dewi kesenian

Bunga bunga bangsa tahun depan
Berkunang kunang pandang matanya
Di bawah iklan berlampu neon
Berjuta juta harapan ibu dan bapak
Menjadi gemalau suara yang kacau
Menjadi karang di bawah muka samodra

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved