Video

VIDEO - Kisah Lek Ngadiman dan Kolang-Kaling untuk Menghidupi Keluarga

Bagi Lek Ngadiman, usaha rumahan ini bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga bagian dari tradisi yang terus ia pertahankan. 

Penulis: Maulidi Alfata | Editor: m anshar

 

Laporan Maulidi Alfata | Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI - Menjelang bulan suci Ramadan, berkah ekonomi mulai dirasakan oleh banyak orang, termasuk Ngadiman, atau yang akrab disapa Lek Ngadiman.

Pria paruh baya asal Desa Alue Ie Mirah, Kecamatan Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur ini, setiap tahun kembali disibukkan dengan mengolah buah nira menjadi kolang-kaling, bahan favorit dalam hidangan berbuka puasa.

Di belakang dapur sederhananya, Lek Ngadiman terlihat telaten mengaduk buah nira yang direbus dalam kuali besar. Asap dari kayu bakar mengepul, menyebarkan aroma khas yang menandakan musim panen telah tiba.

Setiap Ramadan, permintaan kolang-kaling selalu meningkat, menjadikan usaha rumahan ini sebagai sumber penghidupan bagi keluarganya.

Kolang-kaling, dengan tekstur kenyal dan rasa netral, menjadi bahan serbaguna yang cocok diolah menjadi berbagai sajian seperti es buah, cendol, kolak, hingga manisan. Namun, di balik kesegarannya, proses pembuatan kolang-kaling ternyata cukup melelahkan.

Setelah direbus berjam-jam hingga berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, buah nira harus didinginkan sebelum dibelah dan dikeluarkan isinya. Dengan tangan cekatan, Lek Ngadiman menggunakan pisau kecil dan sendok untuk mencongkel biji kolang-kaling satu per satu.

Kini, karena faktor usia, Lek Ngadiman tak lagi memanjat pohon nira sendiri. Anak dan menantunya turun tangan membantu proses panen, memastikan stok buah tetap tersedia. Setelah melalui proses sterilisasi dengan air bersih, kolang-kaling buatan Lek Ngadiman siap dijual.

Ia memasarkan hasil produksinya di Pasar Kedai Alue Ie Mirah dengan harga Rp12.000 per kilogram. Tak jarang, pelanggan setianya datang langsung ke rumah untuk membeli dalam jumlah besar.

Bagi Lek Ngadiman, usaha rumahan ini bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga bagian dari tradisi yang terus ia pertahankan. 

Di tengah semarak persiapan Ramadan, Lek Ngadiman menjadi bukti bahwa rezeki bisa datang dari ketekunan dan keikhlasan. Dari tangan-tangan sederhana seperti miliknya, hadir sajian berbuka puasa yang membawa kebahagiaan bagi banyak orang. (*)

Narator: Syita

Video Editor: M Anshar 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved