Berita Pidie Jaya
Tembus Ekspor, Nikmatnya Socolatte: Produk Cokelat Pidie Jaya Memikat Hati Turis Lokal & Mancanegara
Cafe ini menyajikan kuliner cokelat olahan khas Pidie Jaya, mulai dari minuman hingga makanan yang berasal dari olahan cokelat.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Firdha Ustin | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, PIDIE JAYA - Socolatte, menjadi salah satu ikon kuliner yang populer di Aceh, khususnya di Pidie Jaya. Dengan menyajikan aneka produk cokelat hingga berbagai minuman berbahan dasar cokelat, warung atau kafe ini berhasil menarik perhatian banyak orang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Berlokasi di Jalan Banda Aceh-Medan, Km 137, Gampong Baroh Musa, Kecamatan Bandar Baru, kafe Socolatte menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang melintas di jalur tersebut.
Cafe ini menyajikan kuliner cokelat hingga minuman cokelat dengan merek Socolatte, selain cafe, socolatte juga memiliki rumah produksi untuk mengolah biji kakao menjadi cokelat.
Socolatte
Dari pintu masuk, aroma cokelat tercium kuat. Sebuah cafe berdiri tegak dengan nuansa jambo, di sampingnya ada ruangan mini kaca, terdapat rak-rak berukuran panjang yang tersusun rapi aneka produk cokelat membuat siapa saja akan tergugah.
Masih satu lokasi yang sama, tepat di belakang gerai cokelat ini ada rumah produksi cokelat socolatte.
Socolatte merupakan produk hasil buah pikiran Irwan Ibrahim, sebagai petani sekaligus praktisi kakao asal Pidie Jaya.
Ide membuat produk olahan cokelat muncul pada tahun 2003, pada saat itu Irwan melihat daerah Pidie Jaya sebagai penghasil kakao di Aceh, namun sayangnya proses pemasaran cokelat yang sangat panjang, dimulai dari petani yang menjual hasilnya ke pengepul, kemudian ke agen di Medan dan akhirnya sampai ke produsen, membuat petani tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Ia pun berpikir bahwa dengan membuat produk olahan cokelat di Pidie Jaya dapat memotong rantai pemasaran yang panjang, sehingga bisa meningkatkan nilai tambah bagi petani di Pidie Jaya.
"Dari situ saya melihat rantai pemasaran yang begitu panjang, otomatis bisa jadi kurang memihak kepada petani. Jadi saya melihat itu suatu upaya yang harus dilakukan yang tujuannya mungkin memangkas pemasaran yang panjang untuk meningkatkan nilai tambah pada petani di Pidie Jaya," katanya kepada Serambinews.com, Sabtu (8/3/2025).

Salah satu cara yang dipikirkan adalah dengan membangun fasilitas pengolahan cokelat di daerah tersebut, agar proses produksi dapat dilakukan langsung di tempat, tanpa perlu melalui banyak pihak dan jarak yang jauh.
Ia juga menyadari bahwa cokelat di Pidie Jaya memiliki kualitas yang unggul dan bagus, namun sayangnya semua hasilnya hanya dijual ke Medan tanpa diproses lebih lanjut.
Selain itu, Irwan juga melihat bahwa belum ada yang mengolah kakao di daerah tersebut, padahal kakao memiliki potensi besar untuk usaha.
Irwan meyakini bahwa pengolahan kakao bisa menghasilkan berbagai produk turunan yang memiliki nilai jual tinggi.
Meski melalui proses yang cukup panjang, produk cokelat socolatte resmi diproduksi pertama kali pada tahun 2010.
"2003 berawal ide, tapi resminya merek socolatte 2010, pas produk pertama keluar, butuh proses dan perjuangan yang sangat pajang, melihat pangsa pasar dan komoditi dan tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah," sambungnya.

Pada akhirnya, pada tahun 2019, sebuah tempat pengolahan cokelat berhasil terwujud di Pidie Jaya yang juga didukung oleh bantuan dari pihak-pihak terkait.
Seiring dengan hadirnya tempat pengolahan, pada saat itu Irwan memiliki cita-cita ke depan adalah agar dalam 10 tahun mendatang, tempat tersebut dapat menjadi pusat keramaian yang dapat meningkatkan nilai tambah produk.
Mereka juga berharap, jika ada produk turunan seperti kripik coklat yang berhasil dipasarkan, hal itu menandakan bahwa usaha mereka telah berkembang dan ramai yang menjadi target utama.
Pada saat itu Irwan memulai usaha dengan modal operasional sekitar 65 juta rupiah, dan mesin pengolahan didapatkan dengan bantuan dari Jepang.
Meskipun banyak orang pesimis pada awalnya karena mereka belum memiliki pasar yang jelas, Irwan tetap optimis dan berusaha keras.
Dengan semangat dan dedikasi tinggi, kini Irwan berhasil mengembangkan usahanya hingga menjadikan Socolatte sebagai salah satu produk unggulan daerah dan kafenya yang kini menjadi ikonik daerah.
Setelah beberapa tahun, usaha mereka sudah berkembang cukup baik, dengan omset yang memungkinkan mereka mempekerjakan 40 orang secara keseluruhan. Setiap harinya, usaha ini menghasilkan minimal 5 juta rupiah per harinya.
Gerai Socolatte tampil megah dengan desain modern, lengkap dengan fasilitas baru seperti kafe yang nyaman bagi para pengunjung.
Kafe ini memungkinkan pengunjung untuk menikmati berbagai olahan cokelat langsung di tempat, mulai dari minuman cokelat hangat, es cokelat hingga camilan berbahan dasar cokelat.
Sementara rumah pengolahan cokelat setiap harinya memproduksi cokelat bar 50 Kg untuk memenuhi permintaan pasar di Aceh.
Tatangan Bisnis
Saat pertama kali meluncurkan produk cokelat Socolatte, banyak masyarakat yang sempat pesimis, mereka berpikir tidak mungkin ada cokelat di Aceh dan mau minum cokelat apalagi Aceh memang terkenal dengan budaya minum kopi.
Namun, setelah mencoba, mereka akhirnya menyadari bahwa rasa cokelat tersebut sangat enak, dan sampai sekarang, banyak pembeli yang tertarik, tidak hanya dari masyarakat lokal tetapi juga dari masyarakat internasional.
Irwan juga beberapa kali mengikuti trade expo di Jakarta, di mana mereka bertemu dengan berbagai negara seperti Rusia, Libya, dan Lebanon. Negara-negara tersebut tertarik dengan produk socolatte, terutama karena rasa cokelat Pidie Jaya yang unik dibanding produk cokelat lainnya.
"Kita juga beberapa kali ikut trade expo di Jakarta, itu banyak negara-negara
mereka minta produk kita alasannya karena tastenya karena cokelat itu sangat berpengaruh pada lingkungan tumbuhnya.
Jadi kalau cokelat Aceh ada rasa spesifiknya, ada rasa rempah-rempah, jadi itu yang mereka minati, yang lokal juga banyak yang minat dengan produk kita," katanya lagi.
Bahkan, bukan hanya masyarakat lokal yang pesimis, tetapi juga banyak orang dari luar yang meragukan ide mereka, dengan mengatakan bahwa sangat berani untuk memasarkan coklat di Aceh, mengingat budaya Aceh lebih mengutamakan kopi.
Namun, Irwan melihat potensi pasar yang baik karena cokelat bukan hanya minuman, tetapi juga memiliki manfaat untuk kesehatan.
Dengan keyakinan tersebut, Irwan berusaha memperkenalkan kepada masyarakat bahwa mengonsumsi cokelat itu sehat. Mereka menargetkan dalam 10 tahun, dengan lima tahun pertama fokus pada sosialisasi dan lima tahun berikutnya untuk penjualan.
"Namun, alhamdulillah, di tahun ketiga, produk kami sudah laku," tambahnya.
Arti Nama Socolatte
Nama "Socolate" dipilih karena dalam menentukan sebuah brand memang sangat penting.
Irwan melihat bahwa nama tersebut sederhana, mudah diucapkan, dan tidak terlalu spesifik, sehingga jika produk tersebut dipasarkan ke luar, orang tetap dapat mengucapkannya dengan mudah.
Meskipun demikian, di balik nama itu, mereka memiliki makna tersendiri. "So" yang berasal dari bahasa Aceh artinya merujuk pada siapa, dan "colate" mengacu pada cokelat, sehingga nama "Socolate" dapat diartikan sebagai "coklat siapa?" yang jawabannya adalah "coklat Aceh".
Saat ini, produk Socolatte menjadi primadona bagi para turis yang berkunjung ke Aceh, khususnya Pidie Jaya. Keunikan rasa coklat yang ditawarkan membuatnya berbeda dari minuman cokelat lainnya dengan bahan-bahan yang diolah secara khas.
Tidak hanya rasa manis yang menggoda, tapi juga cita rasa cokelat yang autentik dan kaya. Bagi banyak wisatawan, menikmati segelas minuman cokelat dari Socolatte sudah menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan selama berada di Aceh.
Di tempat ini, mereka memproduksi cokelat hingga menjadi produk jadi, dengan berbagai macam produk yang dihasilkan.
Biasanya, produk-produk tersebut dipasarkan di toko souvenir di Banda Aceh dan bahkan hingga keluar Aceh.
Produk mereka juga rutin diekspor ke Jepang dan permintaan dari pasar Jepang mengarah pada produk coklat bar yang terbuat 100 persen cokelat.
Sementara produk yang dijual di cafe antara lain minuman bubuk dengan tiga varian, yaitu susu gula coklat, coklat krim yang terdiri dari coklat, krim, dan gula, serta coklat gula atau coklat original.
Semua produk tersebut cukup diseduh tanpa perlu tambahan gula lagi.
Varian yang paling sering dipasarkan adalah coklat gula yang sering dipasok ke warung dan kafe di Aceh maupun di luar Aceh.
Selain itu, Irwan juga memiliki produk cokelat dalam berbagai bentuk, seperti coklat dengan kacang mete dalam ukuran kecil dan besar, permen coklat, coklat bar (termasuk varian dark cokelat 80 dan dark 100 persen), brownies untuk kafe, timpan, serta coklat kripik dan coklat brownies.
"Itu sering kami pasok ke warung atau Cafe di Aceh dan di luar Aceh, nanti mereka ada yang dimix lagi dengan aneka rasa minuman coklat," timpalnya.
Terakhir, Irwan berharap kepada stakeholder yang berkepentingan harus bisa mengembangkan sektor perkakaoan di Aceh.
Ia mengatakan, saat ini para buyer luar negeri tengah melirik cokelat Aceh karena cokelat Aceh itu memiliki rasa yang spesifik dan aromanya sehingga ini merupakan suatu peluang besar jika dimanfaatkan dengan baik.
"Ini merupakan peluang besar, mengingat konsumsi coklat global terus meningkat setiap tahunnya, terutama di negara-negara seperti China, India, dan Indonesia, yang kesulitan mendapatkan bahan baku coklat. Sementara itu, harga bahan baku coklat diperkirakan akan naik sekitar 300 persen pada tahun 2024, dari yang semula sekitar 35 ribu rupiah per kilogram menjadi sekitar 160 ribu, yang sebelumnya juga pernah mencapai 150 ribu rupiah," katanya.
Oleh karena itu, Irwan berharap ada kepedulian dari semua stakeholder di Aceh untuk memajukan kakao, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.
"Kami berharap kepedulian bersama para stakeholder Aceh untuk memajukan kakao kembali agar bisa meningkatkan nilai tambah ekonomi masyarakat," pungkasnya. (Serambinews.com/Firdha Ustin)
Puluhan Keuchik di Pidie Jaya Ikut Rapat Koodinasi, Ini Pesan Bupati |
![]() |
---|
Polisi Tahan Guru Honorer di Pijay, Diduga Aniaya Siswa SMP hingga Masuk RS |
![]() |
---|
Kisah Pilu Kehidupan Janda Miskin di Pidie Jaya |
![]() |
---|
Pijay Komit Sukseskan MTQ ke 27, MCK dan Rekayasa Lalulintas Jadi Prioritas |
![]() |
---|
Sekda Tinjau Gedung Utama MTQ Provinsi di Pijay, Progres Capai 91 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.