Berita Aceh Tengah

Miris! Warga Dua Kampung di Linge Aceh Tengah Terjebak Longsor dan Terisolasi Saat Hari Raya

“Seharusnya kami bisa bersilaturahmi dengan tenang, seperti warga lain. Tapi justru di hari Idul Fitri, kami terkurung longsor,” ucap Namtara Linge.

Penulis: Romadani | Editor: Saifullah
DOK NAMTARA LINGE
BERSIHKAN TIMBUNAN LONGSOR - Warga Kampung Kuteni Reje dan Delung Sekinel bersama personel TNI/Polri bergotong royong membersihkan material longsor yang menimbun jalan akses ke dua desa tersebut di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu (5/4/2025). 

Laporan Romadani | Aceh Tengah

SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Dua kampung di Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah terjebak longsor yang menimbun jalan utama menuju ke desa tersebut sejak Rabu (2/4/2025).

Kondisi ini membuat  warga Kampung Kute Reje dan Delung Sekinel harus merayakan Lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah, dalam kondisi penuh tanah dan lumpur.

Sejak 2 April lalu, jalan utama menuju kedua kampung itu tertimbun longsor akibat hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut.

Bahkan, hingga Minggu (6/4/2025), belum ada bantuan alat berat yang sampai ke desa tersebut guna membantu mengatasi timbunan longsor di jalan.

Akibatnya, di tengah kebahagiaan umat muslim menyambut hari kemenangan usai satu bulan penuh berpuasa, warga Kute Reje dan Delung Sekinel justru harus bergelut dengan lumpur dan tanah. 

Sebab, tak ada jalan lain bagi mereka untuk bisa segera terbebas dari terisolir selain bergotong royong menyingkirkan timbunan longsor dengan menggunakan cangkul, sekop, maupun pakai tangan kosong.

Mereka tak menyerah, meski material longsor yang menimbun jalan terus kembali turun setiap malamnya karena hujan yang tak kunjung reda.

“Seharusnya kami bisa bersilaturahmi dengan tenang, seperti warga lain. Tapi justru di hari Idul Fitri, kami terkurung longsor,” ucap Namtara Linge, Minggu (6/4/2025).

Titik longsor terparah berada di Bur Buder, Dusun Tekur, Kampung Delung Sekinel.

Upaya warga sudah dilakukan sejak hari pertama longsor terjadi dengan melibatkan aparatur kampung dan Forkopimcam.

Namun, tanpa alat berat, perjuangan itu seperti melawan tembok besar.

“Sudah kami laporkan ke dinas, tapi belum juga ada ekskavator (beko) turun ke lokasi," papar warga.

"Padahal ini jalan utama, satu-satunya akses kami keluar masuk kampung,” tambah Namtara.

Harapan pun kini hanya pada perhatian pemerintah. Ia memohon agar pemerintah tidak menutup mata, dan segera mengirimkan alat berat sebelum harapan warga benar-benar terkubur bersama tanah longsor.

“Kami tidak minta banyak, hanya satu unit ekskavator atau beko saja. Kalau bisa, stanby-kan saja di Linge karena wilayah kami ini rawan longsor. Jangan biarkan kami sendirian berjuang,” pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved